{"title":"Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penggemukan Ternak Sapi di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah Kabupaten Timor Tengah Selatan","authors":"Jumitci Anita Naklui, U. R. Lole, M. R. Deno Ratu","doi":"10.57089/jplk.v4i3.1044","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Perbedaan ketinggian berpengaruh terhadap ketersediaan hijauan pakan, tampilan tubuh ternak sapi, pendapatan peternak, dan kelayakan usaha tersebut. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan finansial usaha ternak sapi yang dipelihara di dataran tinggi dan dataran rendah di Kabupaten TTS. Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode pengambilan contoh dilaksanakan melalui tiga tahap, yakni tahap penentuan kecamatan contoh secara purposif dimana terpilih dua kecamatan contoh; tahap penentuan desa contoh secara purposif dimana terpilih empat desa contoh; dan tahap penentuan petani peternak contoh secara acak non proporsional dimana terpilih sebanyak 80 petani peternak contoh. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis finansial dengan menggunakan kriteria investasi R/C, B/C, PP, dan BEP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) di dataran tinggi, nilai R/C Ratio = 2,50; B/C Ratio = 1,50; PP = 0,65 tahun (8 bulan 5 hari); BEP produksi = 2 ST; dan BEP harga = Rp15.974.729; 2) di dataran rendah, nilai R/C Ratio = 2,74; B/C Ratio = 1,74; PP = 0,54 tahun (8 bulan 25 hari); dan BEP produksi = 2 ST, dan BEP harga = Rp15.105.212. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa usaha ternak sapi di dataran tinggi dan dataran rendah Kabupaten TTS sudah menghasilkan pendapatan bagi peternak dan layak secara finansial..\n \nDifference of altitude influences towards availability of feed and forages, cattle performance, farmer’s income, and farm’s feasibility. Research objectives were to analyze the financial feasibility of the cattle farm at the highland and lowland areas in Timor Tengah Selatan Regency. The research method used were survey. Method of selection sample comprises three steps. Fisrt, selection of three sub-districts, purposively; second, selection of six villages sample, purposively; and third, selection of 80 cattle farmers as respondents, randomly. Method of data analyze applied was financial analysis based on investment criterias namely R/C, BCR, PP, dan BEP. The result showed that: 1) at highland area, the value of R/C Ratio was 2,50 ; B/C Ratio was 1,50; PP reached 0,65 year (8 months and 5 days); BEP of production was 2 cattle heads, and BEP price was IDR15,974.729; and 2) at lowland area the value of R/C Ratio ratio was 2.74; B/C Ratio was 1.74; PP = 0.54 year (8 months and 25 days); BEP production was 2 heads; and BEP price was IDR15,105.212. In conclusion, the cattle farm at the highland and lowland areas in the Regency of Timor Tengah Selatan have been producing the farmers’ income and the farm was finacially feasible\n ","PeriodicalId":251106,"journal":{"name":"Jurnal Peternakan Lahan Kering","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-09-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Peternakan Lahan Kering","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.57089/jplk.v4i3.1044","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penggemukan Ternak Sapi di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah Kabupaten Timor Tengah Selatan
Perbedaan ketinggian berpengaruh terhadap ketersediaan hijauan pakan, tampilan tubuh ternak sapi, pendapatan peternak, dan kelayakan usaha tersebut. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan finansial usaha ternak sapi yang dipelihara di dataran tinggi dan dataran rendah di Kabupaten TTS. Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode pengambilan contoh dilaksanakan melalui tiga tahap, yakni tahap penentuan kecamatan contoh secara purposif dimana terpilih dua kecamatan contoh; tahap penentuan desa contoh secara purposif dimana terpilih empat desa contoh; dan tahap penentuan petani peternak contoh secara acak non proporsional dimana terpilih sebanyak 80 petani peternak contoh. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis finansial dengan menggunakan kriteria investasi R/C, B/C, PP, dan BEP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) di dataran tinggi, nilai R/C Ratio = 2,50; B/C Ratio = 1,50; PP = 0,65 tahun (8 bulan 5 hari); BEP produksi = 2 ST; dan BEP harga = Rp15.974.729; 2) di dataran rendah, nilai R/C Ratio = 2,74; B/C Ratio = 1,74; PP = 0,54 tahun (8 bulan 25 hari); dan BEP produksi = 2 ST, dan BEP harga = Rp15.105.212. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa usaha ternak sapi di dataran tinggi dan dataran rendah Kabupaten TTS sudah menghasilkan pendapatan bagi peternak dan layak secara finansial..
Difference of altitude influences towards availability of feed and forages, cattle performance, farmer’s income, and farm’s feasibility. Research objectives were to analyze the financial feasibility of the cattle farm at the highland and lowland areas in Timor Tengah Selatan Regency. The research method used were survey. Method of selection sample comprises three steps. Fisrt, selection of three sub-districts, purposively; second, selection of six villages sample, purposively; and third, selection of 80 cattle farmers as respondents, randomly. Method of data analyze applied was financial analysis based on investment criterias namely R/C, BCR, PP, dan BEP. The result showed that: 1) at highland area, the value of R/C Ratio was 2,50 ; B/C Ratio was 1,50; PP reached 0,65 year (8 months and 5 days); BEP of production was 2 cattle heads, and BEP price was IDR15,974.729; and 2) at lowland area the value of R/C Ratio ratio was 2.74; B/C Ratio was 1.74; PP = 0.54 year (8 months and 25 days); BEP production was 2 heads; and BEP price was IDR15,105.212. In conclusion, the cattle farm at the highland and lowland areas in the Regency of Timor Tengah Selatan have been producing the farmers’ income and the farm was finacially feasible