{"title":"Pancasila在Toraja的“屠宰场”概念及其对生态危机的贡献中所说的全面正义","authors":"Dody Grace Febryanto Rongrean","doi":"10.37196/kenosis.v8i2.538","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Fokus studi ini bertujuan untuk menyikapi krisis ekologi yang terjadi hari ini. Penulis melihat bahwa, kerusakan alam diakibatkan oleh ulah manusia yang bertindak semena-mena atas alam. Perlakuan tersebut tak jauh dari konsep bahwa manusia adalah pusat (antroposentrisme), dan karenanya berhak memperlakukan alam semaunya. Akibatnya ialah lingkungan yang tercemar, pemanasan global, polusi, deforestasi dan krisis lingkungan lainnya. Penulis melihat fenomena tersebut dari sudut pandang kearifan lokal masyarakat Toraja, yaitu konsep Sangserekan. Dalam konsep tersebut dijumpai “roh” Pancasila tentang bagaimana berlaku adil secara “menyeluruh”, tidak hanya bagi sesama manusia, tetapi berlaku juga bagi alam. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif, dan pendekatan yang digunakan ialah fenomenologis. Penulis sampai pada temuan bahwa keadilan dalam Pancasila berlaku bagi seluruh ciptaan yang ada, termasuk alam. Dan konsep tersebut ditemui dalam konsep Sangserekan masyarakat Toraja. Dengan demikian alam adalah Sangserekan/ saudara, karenanya layak diperlakukan secara adil.AbstractThe focus of this aims to address the ecological crisis that is happening today. The author sees that, the damage to nature is caused by human activities that act arbitrarily upon nature. This treatment is not far from the concept that humans are the center (anthropocentrism), and therefore have the right to treat as they please. The result is a polluted environment, global warming, pollution, deforestation, and other environmental crises. The author looks at this phenomenon from the point of view of the local wisdom of the Toraja people, namely the concept of Sangserekan. In this concept one can find the “spirit” of Pancasila about how to act fairly “overall”, not only for fellow human beings, but also for nature. The methodology used in this study is phenomenological. The author comes to the finding that justice in Pancasila applies to all existing creation, including nature. And this concept is found in the concept of Sangserekan of the Toraja people. Thus, nature is Sangserekan/ brother therefore it deserves to be treated fearly.","PeriodicalId":423837,"journal":{"name":"KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Keadilan Menyeluruh Menurut Pancasila dalam konsep “Sangserekan” di Toraja Serta Sumbangsihnya Bagi Krisis Ekologi\",\"authors\":\"Dody Grace Febryanto Rongrean\",\"doi\":\"10.37196/kenosis.v8i2.538\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Fokus studi ini bertujuan untuk menyikapi krisis ekologi yang terjadi hari ini. Penulis melihat bahwa, kerusakan alam diakibatkan oleh ulah manusia yang bertindak semena-mena atas alam. Perlakuan tersebut tak jauh dari konsep bahwa manusia adalah pusat (antroposentrisme), dan karenanya berhak memperlakukan alam semaunya. Akibatnya ialah lingkungan yang tercemar, pemanasan global, polusi, deforestasi dan krisis lingkungan lainnya. Penulis melihat fenomena tersebut dari sudut pandang kearifan lokal masyarakat Toraja, yaitu konsep Sangserekan. Dalam konsep tersebut dijumpai “roh” Pancasila tentang bagaimana berlaku adil secara “menyeluruh”, tidak hanya bagi sesama manusia, tetapi berlaku juga bagi alam. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif, dan pendekatan yang digunakan ialah fenomenologis. Penulis sampai pada temuan bahwa keadilan dalam Pancasila berlaku bagi seluruh ciptaan yang ada, termasuk alam. Dan konsep tersebut ditemui dalam konsep Sangserekan masyarakat Toraja. Dengan demikian alam adalah Sangserekan/ saudara, karenanya layak diperlakukan secara adil.AbstractThe focus of this aims to address the ecological crisis that is happening today. The author sees that, the damage to nature is caused by human activities that act arbitrarily upon nature. This treatment is not far from the concept that humans are the center (anthropocentrism), and therefore have the right to treat as they please. The result is a polluted environment, global warming, pollution, deforestation, and other environmental crises. The author looks at this phenomenon from the point of view of the local wisdom of the Toraja people, namely the concept of Sangserekan. In this concept one can find the “spirit” of Pancasila about how to act fairly “overall”, not only for fellow human beings, but also for nature. The methodology used in this study is phenomenological. The author comes to the finding that justice in Pancasila applies to all existing creation, including nature. And this concept is found in the concept of Sangserekan of the Toraja people. Thus, nature is Sangserekan/ brother therefore it deserves to be treated fearly.\",\"PeriodicalId\":423837,\"journal\":{\"name\":\"KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi\",\"volume\":\"1 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-12-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.37196/kenosis.v8i2.538\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.37196/kenosis.v8i2.538","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Keadilan Menyeluruh Menurut Pancasila dalam konsep “Sangserekan” di Toraja Serta Sumbangsihnya Bagi Krisis Ekologi
Fokus studi ini bertujuan untuk menyikapi krisis ekologi yang terjadi hari ini. Penulis melihat bahwa, kerusakan alam diakibatkan oleh ulah manusia yang bertindak semena-mena atas alam. Perlakuan tersebut tak jauh dari konsep bahwa manusia adalah pusat (antroposentrisme), dan karenanya berhak memperlakukan alam semaunya. Akibatnya ialah lingkungan yang tercemar, pemanasan global, polusi, deforestasi dan krisis lingkungan lainnya. Penulis melihat fenomena tersebut dari sudut pandang kearifan lokal masyarakat Toraja, yaitu konsep Sangserekan. Dalam konsep tersebut dijumpai “roh” Pancasila tentang bagaimana berlaku adil secara “menyeluruh”, tidak hanya bagi sesama manusia, tetapi berlaku juga bagi alam. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif, dan pendekatan yang digunakan ialah fenomenologis. Penulis sampai pada temuan bahwa keadilan dalam Pancasila berlaku bagi seluruh ciptaan yang ada, termasuk alam. Dan konsep tersebut ditemui dalam konsep Sangserekan masyarakat Toraja. Dengan demikian alam adalah Sangserekan/ saudara, karenanya layak diperlakukan secara adil.AbstractThe focus of this aims to address the ecological crisis that is happening today. The author sees that, the damage to nature is caused by human activities that act arbitrarily upon nature. This treatment is not far from the concept that humans are the center (anthropocentrism), and therefore have the right to treat as they please. The result is a polluted environment, global warming, pollution, deforestation, and other environmental crises. The author looks at this phenomenon from the point of view of the local wisdom of the Toraja people, namely the concept of Sangserekan. In this concept one can find the “spirit” of Pancasila about how to act fairly “overall”, not only for fellow human beings, but also for nature. The methodology used in this study is phenomenological. The author comes to the finding that justice in Pancasila applies to all existing creation, including nature. And this concept is found in the concept of Sangserekan of the Toraja people. Thus, nature is Sangserekan/ brother therefore it deserves to be treated fearly.