{"title":"ATTACHMENT ANAK TERLANTAR DENGAN PENGASUH DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK RUMAH PENGHARAPAN BARU BANDUNG BARAT","authors":"Yosua Yabes Togatorop, Dorang Luhpuri, Aep Rusmana","doi":"10.31595/rehsos.v3i1.376","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Attachment merupakan suatu ikatan emosional yang kuat antara individu satu dengan yang lain yang bersifat diskriminatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran attachment anak terlantar dengan pengasuh di LKSA Rumah Pengharapan Baru yang mencakup karakteristik responden, kepercayaan responden (trust), komunikasi (communication) dan keterasingan responden (alienation). Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 24 anak terlantar berusia 10-18 tahun yang tinggal di LKSA Rumah Pengharapan Baru. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah sensus atau jenuh. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan studi dokumentasi. Pengujian validitas alat ukur menggunakan Product Moment Pearson Correlation sedangkan untuk uji reliabilitas menggunakan rumus cronchbach alpha. Alat ukur yang digunakan adalah skala Likert yang menyediakan empat alternatif jawaban yaitu “Selalu”, “Sering”, “Kadang-kadang”, “Hampir Tidak Pernah” dan “Tidak Pernah” pada setiap pernyataan positif dan negatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan attachment anak terlantar dengan pengasuh di LKSA Rumah Pengharapan Baru berada pada rentang sedang yang diketahui dari aspek kepercayaan yang berada pada rentang tinggi dengan skor 917, aspek komunikasi berada pada rentang sedang dengan skor 685 dan aspek keterasingan dalam rentang sedang dengan skor 507. Hasil tersebut menunjukkan masalah sehingga dibutuhkan sebuah program yang dapat meningkatkan aspek komunikasi dan mengurangi aspek keterasingan.","PeriodicalId":404475,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial (Rehsos)","volume":"70 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial (Rehsos)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.31595/rehsos.v3i1.376","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
ATTACHMENT ANAK TERLANTAR DENGAN PENGASUH DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK RUMAH PENGHARAPAN BARU BANDUNG BARAT
Attachment merupakan suatu ikatan emosional yang kuat antara individu satu dengan yang lain yang bersifat diskriminatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran attachment anak terlantar dengan pengasuh di LKSA Rumah Pengharapan Baru yang mencakup karakteristik responden, kepercayaan responden (trust), komunikasi (communication) dan keterasingan responden (alienation). Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 24 anak terlantar berusia 10-18 tahun yang tinggal di LKSA Rumah Pengharapan Baru. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah sensus atau jenuh. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan studi dokumentasi. Pengujian validitas alat ukur menggunakan Product Moment Pearson Correlation sedangkan untuk uji reliabilitas menggunakan rumus cronchbach alpha. Alat ukur yang digunakan adalah skala Likert yang menyediakan empat alternatif jawaban yaitu “Selalu”, “Sering”, “Kadang-kadang”, “Hampir Tidak Pernah” dan “Tidak Pernah” pada setiap pernyataan positif dan negatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan attachment anak terlantar dengan pengasuh di LKSA Rumah Pengharapan Baru berada pada rentang sedang yang diketahui dari aspek kepercayaan yang berada pada rentang tinggi dengan skor 917, aspek komunikasi berada pada rentang sedang dengan skor 685 dan aspek keterasingan dalam rentang sedang dengan skor 507. Hasil tersebut menunjukkan masalah sehingga dibutuhkan sebuah program yang dapat meningkatkan aspek komunikasi dan mengurangi aspek keterasingan.