{"title":"发现了古兰经中号角吹响的意义的矛盾","authors":"Ihsan Nur, Isra Fadhillah Arham","doi":"10.22373/tafse.v3i2.13275","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The beginning of the apocalypse is when the first and second trumpets are blown. QS. al-Mu'minun verse 101 explains that after the trumpet blast, the two humans will be resurrected separately, kinship relations are no longer valid and there are no more questions. However, QS. Thaha verses 102-104 state that when he is resurrected, there are people who ask each other questions. This paper wants to discuss the interpretation of the scholars of the interpretation of the contradictions of the text of the verses about the blowing of the trumpet. The results showed that the trumpet blast in QS. al-Mu'minun verse 101 and Thaha verse 102-104 are both the second trumpet blast but in a different human context. QS. al-Mu'minun verse 101 talks about humans as a whole where when they are resurrected they are in their own state without any family relationship. While QS. Thaha verses 102-104 talk about the disbelievers and when they are resurrected they will have a blue face. The commentators interpret the textual contradiction of the verse by saying that humans do not speak when they are on their way to Padang Mahsyar and the condition of wondering occurs when humans are already in the Mahsyar field. Permulaan terjadi kiamat adalah ketika sangkakala pertama dan kedua ditiupkan. QS. al-Mu’minun ayat 101 menjelaskan bahwa setelah tiupan sangkakala kedua manusia akan dibangkitkan dalam keadaan sendiri-sendiri, tidak berlaku lagi hubungan kekerabatan dan tidak ada lagi yang bertanya-tanya. Namun, QS. Thaha ayat 102-104 menyatakan bahwa ketika dibangkitkan ada di antara manusia yang saling bertanya-tanya. Tulisan ini ingin mendiskusikan penafsiran ulama tafsir terhadap kontradiksi teks ayat-ayat tentang tiupan sangkakala. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang dimaksud tiupan sangkakala pada QS. al-Mu’minun ayat 101 dan Thaha ayat 102-104 adalah sama-sama tiupan sangkakala yang kedua, namun dalam konteks manusia yang berbeda. QS. al-Mu’minun ayat 101 berbicara tentang manusia secara keseluruhan dimana ketika dibangkitkan mereka dalam keadaan sendiri-sendiri tidak ada hubungan keluarga. Sedangkan QS. Thaha ayat 102-104 membicarakan tentang orang kafir dan ketika dibangkitkan mereka dalam keadaan wajah berwarna biru. Ulama tafsir memaknai kontradiksi tekstual ayat tersebut dengan mengatakan bahwa manusia tidak berkata-kata ketika berada dalam perjalanan menuju ke Padang mahsyar dan kondisi bertanya-tanya terjadi ketika manusia sudah berada di padang mahsyar. ","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"81 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Kompromisasi Kontradiksi Makna Tiupan Sangkakala dalam Al-Qur’an\",\"authors\":\"Ihsan Nur, Isra Fadhillah Arham\",\"doi\":\"10.22373/tafse.v3i2.13275\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"The beginning of the apocalypse is when the first and second trumpets are blown. QS. al-Mu'minun verse 101 explains that after the trumpet blast, the two humans will be resurrected separately, kinship relations are no longer valid and there are no more questions. However, QS. Thaha verses 102-104 state that when he is resurrected, there are people who ask each other questions. This paper wants to discuss the interpretation of the scholars of the interpretation of the contradictions of the text of the verses about the blowing of the trumpet. The results showed that the trumpet blast in QS. al-Mu'minun verse 101 and Thaha verse 102-104 are both the second trumpet blast but in a different human context. QS. al-Mu'minun verse 101 talks about humans as a whole where when they are resurrected they are in their own state without any family relationship. While QS. Thaha verses 102-104 talk about the disbelievers and when they are resurrected they will have a blue face. The commentators interpret the textual contradiction of the verse by saying that humans do not speak when they are on their way to Padang Mahsyar and the condition of wondering occurs when humans are already in the Mahsyar field. Permulaan terjadi kiamat adalah ketika sangkakala pertama dan kedua ditiupkan. QS. al-Mu’minun ayat 101 menjelaskan bahwa setelah tiupan sangkakala kedua manusia akan dibangkitkan dalam keadaan sendiri-sendiri, tidak berlaku lagi hubungan kekerabatan dan tidak ada lagi yang bertanya-tanya. Namun, QS. Thaha ayat 102-104 menyatakan bahwa ketika dibangkitkan ada di antara manusia yang saling bertanya-tanya. Tulisan ini ingin mendiskusikan penafsiran ulama tafsir terhadap kontradiksi teks ayat-ayat tentang tiupan sangkakala. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang dimaksud tiupan sangkakala pada QS. al-Mu’minun ayat 101 dan Thaha ayat 102-104 adalah sama-sama tiupan sangkakala yang kedua, namun dalam konteks manusia yang berbeda. QS. al-Mu’minun ayat 101 berbicara tentang manusia secara keseluruhan dimana ketika dibangkitkan mereka dalam keadaan sendiri-sendiri tidak ada hubungan keluarga. Sedangkan QS. Thaha ayat 102-104 membicarakan tentang orang kafir dan ketika dibangkitkan mereka dalam keadaan wajah berwarna biru. Ulama tafsir memaknai kontradiksi tekstual ayat tersebut dengan mengatakan bahwa manusia tidak berkata-kata ketika berada dalam perjalanan menuju ke Padang mahsyar dan kondisi bertanya-tanya terjadi ketika manusia sudah berada di padang mahsyar. \",\"PeriodicalId\":410919,\"journal\":{\"name\":\"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies\",\"volume\":\"81 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2018-12-29\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.22373/tafse.v3i2.13275\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22373/tafse.v3i2.13275","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
启示录的开始是第一个和第二个号角吹响的时候。QS。al-Mu'minun第101节解释说,号角吹响后,两个人将分别复活,亲属关系不再有效,不再有任何问题。然而,q。他哈第102-104节说,当他复活时,有人互相问问题。本文拟探讨学者对《吹号诗》文本的矛盾解读。结果表明,在QS中喇叭爆炸。al-Mu'minun第101节和Thaha第102-104节都是第二次喇叭吹响,但在不同的人类背景下。QS。《穆米农》第101节讲的是人类作为一个整体,当他们复活时,他们处于自己的状态,没有任何家庭关系。而QS。塔哈第102-104节谈到不信道者,当他们复活时,他们将有一张蓝色的脸。解说员对这句诗的文本矛盾的解释是,人类在去巴东马赫萨尔的路上不说话,而当人类已经在马赫萨尔领域时,就会出现疑惑的情况。Permulaan terjadi kiamat adalah ketika sangkakala pertama dan kedua ditiupkan。QS。【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】Namun QS。Thaha ayat 102-104 menyatakan bahwa ketika dibangkitkan ada di antara jania yang saling bertanya-tanya。伊斯兰教在中东地区的领导地位,以及伊斯兰教在中东地区的领导地位,都是由伊斯兰教领导的。Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang dimaksud tiupan sangkakala pada QS。al-Mu 'minun ayat 101 dan Thaha ayat 102-104 adalah sama-sama tiupan sangkakala yang kedua, namun dalam konteks manusia yang berbeda。QS。在这里,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是而QS。Thaha ayat 102-104成员kankantantanang kafir dan ketika dibangkitkan mereka dalam keadaan wajah berwarna biru。例如tafsir memaknai kontradiksi tekstual影片于dengan mengatakan bahwa manusia有些berkata-kata ketika berada dalam perjalanan menuju ke巴东mahsyar丹kondisi bertanya-tanya terjadi ketika manusia sudah berada di巴东mahsyar。
Kompromisasi Kontradiksi Makna Tiupan Sangkakala dalam Al-Qur’an
The beginning of the apocalypse is when the first and second trumpets are blown. QS. al-Mu'minun verse 101 explains that after the trumpet blast, the two humans will be resurrected separately, kinship relations are no longer valid and there are no more questions. However, QS. Thaha verses 102-104 state that when he is resurrected, there are people who ask each other questions. This paper wants to discuss the interpretation of the scholars of the interpretation of the contradictions of the text of the verses about the blowing of the trumpet. The results showed that the trumpet blast in QS. al-Mu'minun verse 101 and Thaha verse 102-104 are both the second trumpet blast but in a different human context. QS. al-Mu'minun verse 101 talks about humans as a whole where when they are resurrected they are in their own state without any family relationship. While QS. Thaha verses 102-104 talk about the disbelievers and when they are resurrected they will have a blue face. The commentators interpret the textual contradiction of the verse by saying that humans do not speak when they are on their way to Padang Mahsyar and the condition of wondering occurs when humans are already in the Mahsyar field. Permulaan terjadi kiamat adalah ketika sangkakala pertama dan kedua ditiupkan. QS. al-Mu’minun ayat 101 menjelaskan bahwa setelah tiupan sangkakala kedua manusia akan dibangkitkan dalam keadaan sendiri-sendiri, tidak berlaku lagi hubungan kekerabatan dan tidak ada lagi yang bertanya-tanya. Namun, QS. Thaha ayat 102-104 menyatakan bahwa ketika dibangkitkan ada di antara manusia yang saling bertanya-tanya. Tulisan ini ingin mendiskusikan penafsiran ulama tafsir terhadap kontradiksi teks ayat-ayat tentang tiupan sangkakala. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang dimaksud tiupan sangkakala pada QS. al-Mu’minun ayat 101 dan Thaha ayat 102-104 adalah sama-sama tiupan sangkakala yang kedua, namun dalam konteks manusia yang berbeda. QS. al-Mu’minun ayat 101 berbicara tentang manusia secara keseluruhan dimana ketika dibangkitkan mereka dalam keadaan sendiri-sendiri tidak ada hubungan keluarga. Sedangkan QS. Thaha ayat 102-104 membicarakan tentang orang kafir dan ketika dibangkitkan mereka dalam keadaan wajah berwarna biru. Ulama tafsir memaknai kontradiksi tekstual ayat tersebut dengan mengatakan bahwa manusia tidak berkata-kata ketika berada dalam perjalanan menuju ke Padang mahsyar dan kondisi bertanya-tanya terjadi ketika manusia sudah berada di padang mahsyar.