Hanifa Zuhaira, Gentur Handoyo, Puwanto Purwanto, Agus Anugroho Dwi Suryoputro, S. Yulina
{"title":"Kajian Perbandingan Analisis Pasang Surut dengan Menggunakan Metode Least Square dan Fourier di Perairan Barat Sumatera","authors":"Hanifa Zuhaira, Gentur Handoyo, Puwanto Purwanto, Agus Anugroho Dwi Suryoputro, S. Yulina","doi":"10.14710/ijoce.v2i3.8184","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Indonesia memiliki wilayah yang sebagian besar adalah perairan. Posisinya yang strategis, Indonesia menjadi salah satu yang memiliki potensi untuk berbagai aktivitas kelautan. Umumnya dalam mendukung aktivitas kelautan perlu diketahui gerakan naik turunnya permukaan laut yaitu pasang surut (Supriyono et al., 2015). Ketersediaan data pasang surut yang akurat dan kontinu masih sangat terbatas. Besar usaha dan biaya yang dibutuhkan menjadi permasalahan dalam pengambilan data pasang surut. Ahli oseanografi akhirnya banyak memanfaatkan model prediksi pasang surut (Syahputra dan Nugraha, 2017). Model-model tersebut memberikan hasil analisis yang berbeda-beda karena seiring berkembangnya zaman dan semakin meningkatnya teknologi komputer, sehingga model pasang surut tersebut banyak dikembangkan. Banyaknya ahli yang mengembangkan model pasang surut tersebut dapat memberikan hasil analisis dan resolusi yang berbeda-beda dengan hasil yang lebih akurat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji perbandingan analisis pasang surut antara metode Least Square dan Fourier di Perairan Barat Sumatera, dan mengetahui karakteristik pasang surutnya. Penelitian ini menggunakan data 3 lokasi stasiun pasang surut, yaitu Meulaboh, Sibolga dan Padang selama 5 tahun dari tahun 2014 hingga 2018. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, analisis kedua model memberikan perbedaan dan persamaan pada beberapa parameter. Perbedaan yang diperoleh berada pada jumlah komponen yang dihasilkan yaitu metode Least Square mengidentifikasi komponen yang lebih banyak sebanyak 68 komponen. Persamaan dari kedua metode yaitu diperoleh tipe pasang surut Campuran Condong Harian Ganda dengan nilai Formzahl rata-rata sebesar 0,36, dan pembentukan pasang surut didominasi komponen M2 dengan nilai amplitude rata-rata sebesar 0,258 meter.","PeriodicalId":274305,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Oceanography","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Indonesian Journal of Oceanography","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14710/ijoce.v2i3.8184","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
印度尼西亚的领土主要是水域。她的战略地位使印尼成为一个有潜力进行各种海洋活动的国家。海洋活动的普遍支持需要知道海平面的上升和下降运动,即潮汐(Supriyono et al, 2015)。准确和持续的潮汐数据的可用性仍然非常有限。所需的巨大努力和成本是潮汐数据检索的一个问题。海洋学家最终采用了许多潮汐预测模型(syahson和Nugraha, 2017)。这些模型提供了不同的分析结果,因为随着年龄的增长和计算机技术的增加,潮汐模型得到了广泛的发展。许多开发潮汐模型的专家可以提供更准确的结果的分析和决议的不同结果。这项研究的目的是研究苏门答腊西部水域最平方和傅里叶对潮汐的比较,以及它们潮汐的特征。这项研究使用的数据是自2014年至2018年以来的3个潮汐站、Sibolga和field的数据。根据所进行的研究,对这两种模型的分析为几个参数提供了差异和方程。它的不同之处在于它所生产的成分数量,它是最不平方的方法,可以识别比68种更多的成分。这两种方法的相似之处是获得了一种具有Formzahl平均价值0.36的双斜斜混合物,而潮汐的形成控制了0.258米的水平水平的M2成分。
Kajian Perbandingan Analisis Pasang Surut dengan Menggunakan Metode Least Square dan Fourier di Perairan Barat Sumatera
Indonesia memiliki wilayah yang sebagian besar adalah perairan. Posisinya yang strategis, Indonesia menjadi salah satu yang memiliki potensi untuk berbagai aktivitas kelautan. Umumnya dalam mendukung aktivitas kelautan perlu diketahui gerakan naik turunnya permukaan laut yaitu pasang surut (Supriyono et al., 2015). Ketersediaan data pasang surut yang akurat dan kontinu masih sangat terbatas. Besar usaha dan biaya yang dibutuhkan menjadi permasalahan dalam pengambilan data pasang surut. Ahli oseanografi akhirnya banyak memanfaatkan model prediksi pasang surut (Syahputra dan Nugraha, 2017). Model-model tersebut memberikan hasil analisis yang berbeda-beda karena seiring berkembangnya zaman dan semakin meningkatnya teknologi komputer, sehingga model pasang surut tersebut banyak dikembangkan. Banyaknya ahli yang mengembangkan model pasang surut tersebut dapat memberikan hasil analisis dan resolusi yang berbeda-beda dengan hasil yang lebih akurat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji perbandingan analisis pasang surut antara metode Least Square dan Fourier di Perairan Barat Sumatera, dan mengetahui karakteristik pasang surutnya. Penelitian ini menggunakan data 3 lokasi stasiun pasang surut, yaitu Meulaboh, Sibolga dan Padang selama 5 tahun dari tahun 2014 hingga 2018. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, analisis kedua model memberikan perbedaan dan persamaan pada beberapa parameter. Perbedaan yang diperoleh berada pada jumlah komponen yang dihasilkan yaitu metode Least Square mengidentifikasi komponen yang lebih banyak sebanyak 68 komponen. Persamaan dari kedua metode yaitu diperoleh tipe pasang surut Campuran Condong Harian Ganda dengan nilai Formzahl rata-rata sebesar 0,36, dan pembentukan pasang surut didominasi komponen M2 dengan nilai amplitude rata-rata sebesar 0,258 meter.