{"title":"地震灾民的忧郁","authors":"Priyo Pratikno","doi":"10.32315/ti.9.i033","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Masyarakat korban bencana gempa bumi 2006 Yogyakarta membangun kembali tempat tinggalnya (omah jembar) yang luluh-lantak secara mandiri mereka. Berbagai keterbatasan seperti tenaga kerja, ketrampilan, dan material, mengharuskan mereka menggunakan kembali puing-puing reruntuhan bangunan lama agar omah jembar dapat ditinggali lagi. Rasa kehilangan tempat tinggalnya di depan mata kepala sendiri sangat menyedihkan dan mereka kehilangan (melankolia) baik fisik maupun memori mereka. Makalah ini menjelaskan fenomena melankolia dan laku perkabungannya (mourning) dengan metode kualitatif deskriptif berdasarkan data sekunder. Analisis dilakukan berdasar sekuen temporal beberapa saat setelah gempa dicocokkan dengan kondisi rumahnya yang sekarang. Hasilnya menunjukkan bahwa hunian baru yang mereka buat jauh dari kriteria omah jembar sebagaimana yang mereka ingini. Namun melalui laku melankolia mereka berhasil membangun kembali huniannya, melalui berbagai penyangkalan (disavowal), dalam kategori yang menawarkan kebaruan dan berhasil menyembuhkan luka akibat perkabungannya melalui cara-rara yang fetis. Kata-kunci : omah jembar, membangun dengan puing, melankolia, fetis.","PeriodicalId":124612,"journal":{"name":"Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2021 : Strategi Pengembangan Wilayah Perkotaan Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Melankolia Para Korban Gempa tentang Omah Jembar\",\"authors\":\"Priyo Pratikno\",\"doi\":\"10.32315/ti.9.i033\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Masyarakat korban bencana gempa bumi 2006 Yogyakarta membangun kembali tempat tinggalnya (omah jembar) yang luluh-lantak secara mandiri mereka. Berbagai keterbatasan seperti tenaga kerja, ketrampilan, dan material, mengharuskan mereka menggunakan kembali puing-puing reruntuhan bangunan lama agar omah jembar dapat ditinggali lagi. Rasa kehilangan tempat tinggalnya di depan mata kepala sendiri sangat menyedihkan dan mereka kehilangan (melankolia) baik fisik maupun memori mereka. Makalah ini menjelaskan fenomena melankolia dan laku perkabungannya (mourning) dengan metode kualitatif deskriptif berdasarkan data sekunder. Analisis dilakukan berdasar sekuen temporal beberapa saat setelah gempa dicocokkan dengan kondisi rumahnya yang sekarang. Hasilnya menunjukkan bahwa hunian baru yang mereka buat jauh dari kriteria omah jembar sebagaimana yang mereka ingini. Namun melalui laku melankolia mereka berhasil membangun kembali huniannya, melalui berbagai penyangkalan (disavowal), dalam kategori yang menawarkan kebaruan dan berhasil menyembuhkan luka akibat perkabungannya melalui cara-rara yang fetis. Kata-kunci : omah jembar, membangun dengan puing, melankolia, fetis.\",\"PeriodicalId\":124612,\"journal\":{\"name\":\"Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2021 : Strategi Pengembangan Wilayah Perkotaan Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan\",\"volume\":\"44 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-12-20\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2021 : Strategi Pengembangan Wilayah Perkotaan Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.32315/ti.9.i033\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2021 : Strategi Pengembangan Wilayah Perkotaan Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32315/ti.9.i033","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Masyarakat korban bencana gempa bumi 2006 Yogyakarta membangun kembali tempat tinggalnya (omah jembar) yang luluh-lantak secara mandiri mereka. Berbagai keterbatasan seperti tenaga kerja, ketrampilan, dan material, mengharuskan mereka menggunakan kembali puing-puing reruntuhan bangunan lama agar omah jembar dapat ditinggali lagi. Rasa kehilangan tempat tinggalnya di depan mata kepala sendiri sangat menyedihkan dan mereka kehilangan (melankolia) baik fisik maupun memori mereka. Makalah ini menjelaskan fenomena melankolia dan laku perkabungannya (mourning) dengan metode kualitatif deskriptif berdasarkan data sekunder. Analisis dilakukan berdasar sekuen temporal beberapa saat setelah gempa dicocokkan dengan kondisi rumahnya yang sekarang. Hasilnya menunjukkan bahwa hunian baru yang mereka buat jauh dari kriteria omah jembar sebagaimana yang mereka ingini. Namun melalui laku melankolia mereka berhasil membangun kembali huniannya, melalui berbagai penyangkalan (disavowal), dalam kategori yang menawarkan kebaruan dan berhasil menyembuhkan luka akibat perkabungannya melalui cara-rara yang fetis. Kata-kunci : omah jembar, membangun dengan puing, melankolia, fetis.