Gregorius Loudowick Lengga Wangge, Robertus Wijanarko
{"title":"从语言游戏的角度来看,印尼后期真理时代的政治身份","authors":"Gregorius Loudowick Lengga Wangge, Robertus Wijanarko","doi":"10.23887/jfi.v6i2.53628","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tulisan ini bertujuan untuk menggali pemikiran Language Games Ludwig Wittgenstein yang sekiranya sesuai untuk merawat dunia politik Indonesia. Pada era post-truth ini, Indonesia sebagai bangsa yang plural sedang diterjang fenomena politik identitas dengan mengusung isu keagamaan. Kebenaran tidak lagi mudah untuk dikenali secara objektif karena adanya unsur politik kepentingan berkedok identitas, dengan dalihnya yang melibatkan aspek emosional publik. Alhasil kebenaran objektif menjadi tersamarkan oleh nuansa emosional keagamaan yang terbentuk. Dalam menganalisis fenomena tersebut, kami menggunakan metode pembacaan kritis atas fenomena politik identitas keagamaan di Indonesia dalam perspektif pemikiran Wittgenstein. Melalui perspektif Language Games Ludwig Wittgenstein, kami hendak menyadarkan kembali jati diri pluriformitas Bangsa Indonesia dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika. Melalui pemikiran Wittgenstein, penulis hendak menganalisis kemajemukan bangsa Indonesia sebagai suatu fakta objektif yang menggambarkan realitas bangsa Indonesia sesungguhnya. Realitas pluriformitas tersebut adalah realitas yang tidak terbantahkan dan menyadarkan setiap rakyatnya akan adanya otonomi, adanya language games masing-masing yang tidak dapat dicampuradukkan. Maka dari itu, untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan perlu idealisasi ke arah kesatuan yang saling menghargai. Hal itu terangkum dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.","PeriodicalId":344212,"journal":{"name":"Jurnal Filsafat Indonesia","volume":"75 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Politik Identitas Era Post-Truth di Indonesia dalam Perspektif Language Games Ludwig Wittgenstein\",\"authors\":\"Gregorius Loudowick Lengga Wangge, Robertus Wijanarko\",\"doi\":\"10.23887/jfi.v6i2.53628\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Tulisan ini bertujuan untuk menggali pemikiran Language Games Ludwig Wittgenstein yang sekiranya sesuai untuk merawat dunia politik Indonesia. Pada era post-truth ini, Indonesia sebagai bangsa yang plural sedang diterjang fenomena politik identitas dengan mengusung isu keagamaan. Kebenaran tidak lagi mudah untuk dikenali secara objektif karena adanya unsur politik kepentingan berkedok identitas, dengan dalihnya yang melibatkan aspek emosional publik. Alhasil kebenaran objektif menjadi tersamarkan oleh nuansa emosional keagamaan yang terbentuk. Dalam menganalisis fenomena tersebut, kami menggunakan metode pembacaan kritis atas fenomena politik identitas keagamaan di Indonesia dalam perspektif pemikiran Wittgenstein. Melalui perspektif Language Games Ludwig Wittgenstein, kami hendak menyadarkan kembali jati diri pluriformitas Bangsa Indonesia dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika. Melalui pemikiran Wittgenstein, penulis hendak menganalisis kemajemukan bangsa Indonesia sebagai suatu fakta objektif yang menggambarkan realitas bangsa Indonesia sesungguhnya. Realitas pluriformitas tersebut adalah realitas yang tidak terbantahkan dan menyadarkan setiap rakyatnya akan adanya otonomi, adanya language games masing-masing yang tidak dapat dicampuradukkan. Maka dari itu, untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan perlu idealisasi ke arah kesatuan yang saling menghargai. Hal itu terangkum dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.\",\"PeriodicalId\":344212,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Filsafat Indonesia\",\"volume\":\"75 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-06-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Filsafat Indonesia\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.23887/jfi.v6i2.53628\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Filsafat Indonesia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.23887/jfi.v6i2.53628","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Politik Identitas Era Post-Truth di Indonesia dalam Perspektif Language Games Ludwig Wittgenstein
Tulisan ini bertujuan untuk menggali pemikiran Language Games Ludwig Wittgenstein yang sekiranya sesuai untuk merawat dunia politik Indonesia. Pada era post-truth ini, Indonesia sebagai bangsa yang plural sedang diterjang fenomena politik identitas dengan mengusung isu keagamaan. Kebenaran tidak lagi mudah untuk dikenali secara objektif karena adanya unsur politik kepentingan berkedok identitas, dengan dalihnya yang melibatkan aspek emosional publik. Alhasil kebenaran objektif menjadi tersamarkan oleh nuansa emosional keagamaan yang terbentuk. Dalam menganalisis fenomena tersebut, kami menggunakan metode pembacaan kritis atas fenomena politik identitas keagamaan di Indonesia dalam perspektif pemikiran Wittgenstein. Melalui perspektif Language Games Ludwig Wittgenstein, kami hendak menyadarkan kembali jati diri pluriformitas Bangsa Indonesia dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika. Melalui pemikiran Wittgenstein, penulis hendak menganalisis kemajemukan bangsa Indonesia sebagai suatu fakta objektif yang menggambarkan realitas bangsa Indonesia sesungguhnya. Realitas pluriformitas tersebut adalah realitas yang tidak terbantahkan dan menyadarkan setiap rakyatnya akan adanya otonomi, adanya language games masing-masing yang tidak dapat dicampuradukkan. Maka dari itu, untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan perlu idealisasi ke arah kesatuan yang saling menghargai. Hal itu terangkum dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.