Muhammad Wishnu Wibisono, D. A. Tanudirjo, Imam Hindarto
{"title":"NILAI PENTING SUMBER DAYA BUDAYA KOTAWARINGIN LAMA","authors":"Muhammad Wishnu Wibisono, D. A. Tanudirjo, Imam Hindarto","doi":"10.24832/nw.v16i1.500","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Historiografi Kabupaten Kotawaringin Barat tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Kerajaan Kotawaringin abad ke-17-19 Masehi. Kerajaan Kotawaringin tumbuh dan berkembang sebagai kawasan multietnis Bugis, Dayak dan Jawa. Beberapa sumber daya budaya Kerajaan Kotawaringin, di Kotawaringin Lama, yang masih tersisa adalah Astana Al-Nursari, Makam Kuta Tanah, Masjid Kyai Gede, dan Danau Masoraian. Hasil wawancara menunjukkan bahwa Astana Al-Nursari akan dikembangkan menjadi museum yang berintegrasi dengan ketiga sumber daya budaya lainnya. Rencana pengembangan tersebut diinisiasi oleh keturunan Kerajaan Kotawaringin, yang didukung oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat. Namun demikian, sampai sekarang penelitian mengenai sumber daya budaya Kerajaan Kotawaringin yang menjadi langkah awal rencana pengembangan tersebut masih sebatas studi aspek sejarahnya. Penelitian kali ini ditujukan untuk memahami nilai penting sumber daya budaya Kerajaan Kotawaringin berdasarkan kondisi aktual masa kini. Pemahaman akan nilai penting tersebut diharapkan dapat menggambarkan karakter dan potensi Kotawaringin Barat yang dapat menjadi landasan dalam pengelolaan sumber daya budaya Kerajaan Kotawaringin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber daya budaya di Kotawaringin Lama, di Kalimantan Tengah, memiliki nilai penting yang dapat menjadi fondasi pengelolaan kawasan cagar budaya yang berintegrasi dengan kawasan lindung geologi. Integrasi pengelolaan dua kawasan lindung tersebut merupakan suatu langkah awal sebelum kawasan tersebut dapat dimanfaatkan secara praktis dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, khususnya masyarakat di sekitar kawasan dan Indonesia secara umum. \n. The historiography of Kotawaringin Barat Regency cannot be separated from the existence of the 17th-19th century Kotawaringin Kingdom. The Kotawaringin kingdom grew and developed as a multi-ethnic region of Bugis, Dayak and Javanese. Some of the cultural resources of the Kotawaringin Kingdom, in Kotawaringin Lama, which still exists are the Astana Al-Nursari, the Kuta Tanah Cemetery, Kyai Gede Mosque, and the Masoraian Lake. The interview results suggest that Astana Al-Nursari will be developed into a museum that integrates with the other three cultural resources. The development plan was initiated by descendants of the Kotawaringin Kingdom, supported by the Regency Government of Kotawaringin Barat. However, until today research on the cultural resources of the Kotawaringin Kingdom, which is the first step in this development plan, is still limited to studying the historical aspects of the Kotawaringin Kingdom. This research is aimed at understanding the important value of the cultural resources of the Kotawaringin Kingdom based on current actual conditions. The understanding of these important values is expected to enable the depiction of the characteristics and potential of Kotawaringin Barat which can become the basis for cultural resources management of the Kotawaringin Kingdom. The results show that the cultural resources of Kotawaringin Lama, in Central Kalimantan, have important values that can become the foundation for the management of the cultural heritage region which is integrated with geoconservation. The integration of the management of the two protected areas is a first step before these regions can practically be used to improve people's welfare, especially the people living around the area and Indonesia in general.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Naditira Widya","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24832/nw.v16i1.500","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

希望西方的柯林主义摄政与公元17-19世纪柯林堡王国的存在是不可分割的。ko提供王国希望作为布吉斯、达亚克和爪哇的多民族地区而发展和繁荣。王国的一些文化资源,在旧的共存,只剩下Astana Al-Nursari, cemch land, Kyai Masjid,和masor芭芭拉湖。采访结果显示,阿斯塔纳·努尔萨里将被开发成一个与三种文化资源融合的博物馆。该发展计划是由卡马卡王国的后裔发起的,这是由西柯克林摄政支持的。然而,到目前为止,对帝国文化资源的研究一直仅限于对其历史方面的研究。目前的研究旨在了解沙特皇家现有资源的重要价值。人们希望,了解这些重要价值将有助于描述西方文化资源管理方面的基本角色和潜力。研究结果表明,加里曼丹中部的古马卡的文化资源具有重要价值,这可能是保护区管理与地质保护区融合的基础。把这两个保护区的管理整合起来,是在对改善人民福利,特别是该地区和印度尼西亚一般人民的福祉进行实际利用的第一步。希望西方摄政的历史不能与17 -19世纪的王国分离。邀请王国繁荣并发展为布吉、达雅克和日本人的多种族地区。一些文化资源想要王国,在古马卡里,但仍然存在的是阿斯塔纳·努尔萨里、古他的墓地、凯·哈萨克和马萨拉湖。阿斯塔纳·努尔萨里(Astana Al-Nursari)的最新建议是,阿萨纳•努尔萨里(Astana Al-Nursari)将开发出一个与其他三种文化资源组成的博物馆。发展计划是由渴望王国的提议发起的,由渴望西方的新兴政府支持。However,直到今天对王国的文化资源进行研究,这是该发展计划的第一步,但目前还无法了解其对王国的历史支持。这项研究已经认识到,基于当前自然条件的共同利益的文化资源的重要性。了解这些重要价值的价值观,将使西方的奉献成为文化资源管理王国的基础。最近在加里曼丹中部举行的文化选举资源展示,可以成为文化遗产管理地区的重要组成部分,该地区与地理保护相结合。这两个受保护地区的管理参与是在这些地区被用来改善人们的福利之前的第一步,特别是在一般情况下居住在该地区和印度尼西亚的人们。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
NILAI PENTING SUMBER DAYA BUDAYA KOTAWARINGIN LAMA
Historiografi Kabupaten Kotawaringin Barat tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Kerajaan Kotawaringin abad ke-17-19 Masehi. Kerajaan Kotawaringin tumbuh dan berkembang sebagai kawasan multietnis Bugis, Dayak dan Jawa. Beberapa sumber daya budaya Kerajaan Kotawaringin, di Kotawaringin Lama, yang masih tersisa adalah Astana Al-Nursari, Makam Kuta Tanah, Masjid Kyai Gede, dan Danau Masoraian. Hasil wawancara menunjukkan bahwa Astana Al-Nursari akan dikembangkan menjadi museum yang berintegrasi dengan ketiga sumber daya budaya lainnya. Rencana pengembangan tersebut diinisiasi oleh keturunan Kerajaan Kotawaringin, yang didukung oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat. Namun demikian, sampai sekarang penelitian mengenai sumber daya budaya Kerajaan Kotawaringin yang menjadi langkah awal rencana pengembangan tersebut masih sebatas studi aspek sejarahnya. Penelitian kali ini ditujukan untuk memahami nilai penting sumber daya budaya Kerajaan Kotawaringin berdasarkan kondisi aktual masa kini. Pemahaman akan nilai penting tersebut diharapkan dapat menggambarkan karakter dan potensi Kotawaringin Barat yang dapat menjadi landasan dalam pengelolaan sumber daya budaya Kerajaan Kotawaringin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber daya budaya di Kotawaringin Lama, di Kalimantan Tengah, memiliki nilai penting yang dapat menjadi fondasi pengelolaan kawasan cagar budaya yang berintegrasi dengan kawasan lindung geologi. Integrasi pengelolaan dua kawasan lindung tersebut merupakan suatu langkah awal sebelum kawasan tersebut dapat dimanfaatkan secara praktis dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, khususnya masyarakat di sekitar kawasan dan Indonesia secara umum. . The historiography of Kotawaringin Barat Regency cannot be separated from the existence of the 17th-19th century Kotawaringin Kingdom. The Kotawaringin kingdom grew and developed as a multi-ethnic region of Bugis, Dayak and Javanese. Some of the cultural resources of the Kotawaringin Kingdom, in Kotawaringin Lama, which still exists are the Astana Al-Nursari, the Kuta Tanah Cemetery, Kyai Gede Mosque, and the Masoraian Lake. The interview results suggest that Astana Al-Nursari will be developed into a museum that integrates with the other three cultural resources. The development plan was initiated by descendants of the Kotawaringin Kingdom, supported by the Regency Government of Kotawaringin Barat. However, until today research on the cultural resources of the Kotawaringin Kingdom, which is the first step in this development plan, is still limited to studying the historical aspects of the Kotawaringin Kingdom. This research is aimed at understanding the important value of the cultural resources of the Kotawaringin Kingdom based on current actual conditions. The understanding of these important values is expected to enable the depiction of the characteristics and potential of Kotawaringin Barat which can become the basis for cultural resources management of the Kotawaringin Kingdom. The results show that the cultural resources of Kotawaringin Lama, in Central Kalimantan, have important values that can become the foundation for the management of the cultural heritage region which is integrated with geoconservation. The integration of the management of the two protected areas is a first step before these regions can practically be used to improve people's welfare, especially the people living around the area and Indonesia in general.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信