{"title":"TOKOH NYI POHACI SANGHYANG SRI DALAM WAWACAN SULANJANA DAN CARITA PANTUN SRI SADANA: TINJAUAN INTERTEKSTUALITAS JULIA KRISTEVA","authors":"Evi Fuji Fauziyah, Ade Kosasih","doi":"10.26499/loa.v16i1.3523","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penelitian ini akan membandingkan cerita, tokoh, dan peristiwa antara teks dalam naskah Wawacan Sulanjana dan teks dalam Carita Pantun Sri Sadana. Kedua teks tersebut memiliki bentuk berbeda yaitu yang satu teks tertulis dan yang satu teks yang dituturkan secara lisan. Adapun teori yang digunakan yaitu teori intertekstualitas yang dikemukakan oleh Julia Kristeva. Secara genre, Wawacan Sulanjana dan Carita Pantun Sri Sadana bisa dikategorikan sebagai puisi. Disinyalir Wawacan Sulanjana menjadi salah satu bentuk transformasi dari Carita Pantun Sri Sadana. Adapun untuk membuktikan transformasi dan hipogram maka digunakan teori intertekstualitas Julia Kristeva. Berdasarkan hasil analisis maka didapatkan kesimpulan bahwa tema dalam kedua teks tersebut memiliki satu kesamaan yaitu tentang kehidupan masyarakat agraris di tanah Sunda. Adapun yang menjadi objek cerita yaitu seorang tokoh bernama Nyi Pohaci Sanghyang Sri. Setelah dibandingkan, ada sedikit perbedaan urutan peristiwa dalam cerita dan adanya tokoh-tokoh lain yang menyertai cerita di dalam teks Carita Pantun Sri Sadana, tidak disertakan dalam cerita Wawacan Sulanjana. AbstractThis research will compare the stories, chadacters, and events in the text between the Wawacan Sulanjana manuscript and the text in the Carita Pantun Sri Sadana. The two texts have different forms, one is a written text and one is oral text. The theory used is the intertextuality theory proposed by Julia Kristeva. In genre, Wawacan Sulanjana and Carita Pantun Sri Sadana can be categorized as poetry. It is pointed out that Wawacan Sulanjana is a form of transformation of Carita Pantun Sri Sadana. As for proving the transformation and hypogram, Julia Kristeva's theory of intertextuality is used. Based on the results of the analysis, it can be concluded that the themes in the two texts have one thing in common, namely about the life of agrarian communities in Sundanese land. The story is based on one of the character, namely Nyi Pohaci Sanghyang Sri. After comparison, there is a slight different in the sequence of the events, and there are several characters who told in the Carita Pantun Sri Sadana were not involved in the Wawacan Sulanjana.","PeriodicalId":410724,"journal":{"name":"LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan","volume":"105 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.26499/loa.v16i1.3523","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
本研究将比较瓦瓦坎苏兰蒂纳文本中的故事、人物和事件与Carita tanita Sri Sadana文本之间的故事、人物和事件。这两篇课文都有不同的形式,即一篇是书面的,另一篇是口头上的。至于朱莉娅·克里斯蒂瓦提出的客套性理论。《现代诗人》(Wawacan Sulanjana)和Carita诗集被归类为诗歌。据说Wawacan Sulanjana正在成为Carita Sri Sadana诗歌的一种转变。然后用茱莉亚·克里斯特瓦的间质理论来证明他的变换和抵押贷款。根据分析得出的结论,这两篇课文的主题有一个共同点,那就是巽他的农业生活。故事的主角是Nyi Pohaci Sanghyang Sri。相比之下,故事中的事件顺序和故事中伴随故事而来的其他人物几乎没有差异,没有包括《瓦瓦坎苏兰纳》的故事。本研究将比较Wawacan Sulanjana手稿和Carita Sri的文本之间的故事、对照组和事件。这两种文本有不同的格式,一种是文本写作,另一种是口头文本。所使用的理论是茱莉亚·克里斯蒂瓦(Julia Kristeva)提出的内在性理论。在类型中,Wawacan Sulanjana和Carita tanita Sri Sadana可以将其归类为诗歌。有人指出,瓦瓦坎苏丹是卡里塔赞美诗的一种变形形式。为了证明变革和造句,朱莉娅·克里斯特瓦的内部教学被实践所取代。基于分析的结果,可以得出结论,这两种文本中的主题有一件共同的事情,比如在Sundanese land的农业公社的生活。故事是基于性格的一部分,namely Nyi Pohaci Sanghyang Sri。在补充之后,事件的高潮有一个不同的亮点,在Carita诗词中有几个特点,Sri Sadana没有参与到Wawacan Sulanjana。
TOKOH NYI POHACI SANGHYANG SRI DALAM WAWACAN SULANJANA DAN CARITA PANTUN SRI SADANA: TINJAUAN INTERTEKSTUALITAS JULIA KRISTEVA
Penelitian ini akan membandingkan cerita, tokoh, dan peristiwa antara teks dalam naskah Wawacan Sulanjana dan teks dalam Carita Pantun Sri Sadana. Kedua teks tersebut memiliki bentuk berbeda yaitu yang satu teks tertulis dan yang satu teks yang dituturkan secara lisan. Adapun teori yang digunakan yaitu teori intertekstualitas yang dikemukakan oleh Julia Kristeva. Secara genre, Wawacan Sulanjana dan Carita Pantun Sri Sadana bisa dikategorikan sebagai puisi. Disinyalir Wawacan Sulanjana menjadi salah satu bentuk transformasi dari Carita Pantun Sri Sadana. Adapun untuk membuktikan transformasi dan hipogram maka digunakan teori intertekstualitas Julia Kristeva. Berdasarkan hasil analisis maka didapatkan kesimpulan bahwa tema dalam kedua teks tersebut memiliki satu kesamaan yaitu tentang kehidupan masyarakat agraris di tanah Sunda. Adapun yang menjadi objek cerita yaitu seorang tokoh bernama Nyi Pohaci Sanghyang Sri. Setelah dibandingkan, ada sedikit perbedaan urutan peristiwa dalam cerita dan adanya tokoh-tokoh lain yang menyertai cerita di dalam teks Carita Pantun Sri Sadana, tidak disertakan dalam cerita Wawacan Sulanjana. AbstractThis research will compare the stories, chadacters, and events in the text between the Wawacan Sulanjana manuscript and the text in the Carita Pantun Sri Sadana. The two texts have different forms, one is a written text and one is oral text. The theory used is the intertextuality theory proposed by Julia Kristeva. In genre, Wawacan Sulanjana and Carita Pantun Sri Sadana can be categorized as poetry. It is pointed out that Wawacan Sulanjana is a form of transformation of Carita Pantun Sri Sadana. As for proving the transformation and hypogram, Julia Kristeva's theory of intertextuality is used. Based on the results of the analysis, it can be concluded that the themes in the two texts have one thing in common, namely about the life of agrarian communities in Sundanese land. The story is based on one of the character, namely Nyi Pohaci Sanghyang Sri. After comparison, there is a slight different in the sequence of the events, and there are several characters who told in the Carita Pantun Sri Sadana were not involved in the Wawacan Sulanjana.