{"title":"社会符号学体现在马拉喀什人的万古拉社会传统中","authors":"I. Lubis","doi":"10.35447/vernacular.v1ii.130","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pada dasarnya masyarakat Angkola sangat menjunjung tinggi adat pada setiap kali ingin melaksanakan hajatan atau acara adat, di mana apabila ada salah satu dari warga yang ingin melaksanakan horja atau pesta dalam hal ini adalah Suhut, maka seluruh anggota keluarga akan bermusyawarah kepada para pataya-pataya adat atau ketua adat untuk menyampaikan keinginan atau keluhan untuk meminta bantuan kepada ketua adat tersebut agar kiranya disampaikan kepada para warga sekampung. Dalam hal ini, martahi karejo merupakan acara adat yang dilakukan sebelum prosesi upacara perkawinan pada masyarakat Angkola yang dimulai dari musyawarah seperti yang sudah dianalisis di atasyakni berbicara dalam bertutur sapa yang sangat khusus dan unik, antara barisan yang terdapat dalamdalian na tolu yaitu Kahanggi, Anak Boru dan Mora. Konteks situasi yang terlihat pada teks hobar pada tradisi martahi karejo yaitu medan wacana yang terdiri dari Hata ni Suhut, Hata ni Kahanggi, Hata ni Hombar Suhut, Hata ni Anak Boru, Hata ni Pisang raut, Hata ni mora, Hata mangalusi ni Hatobangon, Hata pangalusi ni Harajaon, Hata pangalusi ni orang kaya, Hata pangalusi ni Raja, dan Hatani Pasahat Burangir Taon-Taon. Sementara itu, yang dikategorikan sebagai pelibat wacana dari teks hobar pada tradisi martahi karejo adalah Suhut Si Habolonan, Kahanggi, Anak Boru, Pisang Raut, Na Mora , Hatobangon, Hatarajaon, OrangKaya, dan Raja Pasunan Bulung. Sedangkan yang dikategorikan sebagai sarana wacana dari teks hobar pada tradisi martahi karejo adalah pesan disampaikan secara lisan yaitu dengan cara monolog, berpidato dan berpantun. Makna perangkat adat yang mempunyai arti luas dan mempunyai filsafat bagi masyarakat Angkola khususnya, yakni (1) burangir (sirih), (2) gambir, (3) soda, (4) pining (pinang), (5) timbako (tembakau), (6) pinggan (piring), (7) abit (kain), dan (8) hadangan. Perangkat adat satu sampai lima dikatakan juga pada istilah masyarakat Angkola, yakni empat ganjil lima gonop yang artinya emapat masih terasa ganjil atau janggal maka harus dibuat 5 agar menjadi genap ataupun lengkap.","PeriodicalId":133969,"journal":{"name":"Vernacular: Linguistics, Literature, Communication and Culture Journal","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-02-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Semiotik Sosial Yang Terkandung Dalam Tradisi Martahi Karejo Masyarakat Angkola\",\"authors\":\"I. Lubis\",\"doi\":\"10.35447/vernacular.v1ii.130\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Pada dasarnya masyarakat Angkola sangat menjunjung tinggi adat pada setiap kali ingin melaksanakan hajatan atau acara adat, di mana apabila ada salah satu dari warga yang ingin melaksanakan horja atau pesta dalam hal ini adalah Suhut, maka seluruh anggota keluarga akan bermusyawarah kepada para pataya-pataya adat atau ketua adat untuk menyampaikan keinginan atau keluhan untuk meminta bantuan kepada ketua adat tersebut agar kiranya disampaikan kepada para warga sekampung. Dalam hal ini, martahi karejo merupakan acara adat yang dilakukan sebelum prosesi upacara perkawinan pada masyarakat Angkola yang dimulai dari musyawarah seperti yang sudah dianalisis di atasyakni berbicara dalam bertutur sapa yang sangat khusus dan unik, antara barisan yang terdapat dalamdalian na tolu yaitu Kahanggi, Anak Boru dan Mora. Konteks situasi yang terlihat pada teks hobar pada tradisi martahi karejo yaitu medan wacana yang terdiri dari Hata ni Suhut, Hata ni Kahanggi, Hata ni Hombar Suhut, Hata ni Anak Boru, Hata ni Pisang raut, Hata ni mora, Hata mangalusi ni Hatobangon, Hata pangalusi ni Harajaon, Hata pangalusi ni orang kaya, Hata pangalusi ni Raja, dan Hatani Pasahat Burangir Taon-Taon. Sementara itu, yang dikategorikan sebagai pelibat wacana dari teks hobar pada tradisi martahi karejo adalah Suhut Si Habolonan, Kahanggi, Anak Boru, Pisang Raut, Na Mora , Hatobangon, Hatarajaon, OrangKaya, dan Raja Pasunan Bulung. Sedangkan yang dikategorikan sebagai sarana wacana dari teks hobar pada tradisi martahi karejo adalah pesan disampaikan secara lisan yaitu dengan cara monolog, berpidato dan berpantun. Makna perangkat adat yang mempunyai arti luas dan mempunyai filsafat bagi masyarakat Angkola khususnya, yakni (1) burangir (sirih), (2) gambir, (3) soda, (4) pining (pinang), (5) timbako (tembakau), (6) pinggan (piring), (7) abit (kain), dan (8) hadangan. Perangkat adat satu sampai lima dikatakan juga pada istilah masyarakat Angkola, yakni empat ganjil lima gonop yang artinya emapat masih terasa ganjil atau janggal maka harus dibuat 5 agar menjadi genap ataupun lengkap.\",\"PeriodicalId\":133969,\"journal\":{\"name\":\"Vernacular: Linguistics, Literature, Communication and Culture Journal\",\"volume\":\"21 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2020-02-13\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Vernacular: Linguistics, Literature, Communication and Culture Journal\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.35447/vernacular.v1ii.130\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Vernacular: Linguistics, Literature, Communication and Culture Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.35447/vernacular.v1ii.130","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
基本上Angkola很维护社会习俗每次想执行派对或习俗,在哪里当节目当中有一个人想在这方面执行horja或派对Suhut,那么整个家庭成员将按惯例向pataya-pataya习俗还是主席们商议向主席表达欲望或投诉求助习俗使愿传达给社区的居民。在这种情况下,martar karejo是一个传统的仪式,在Angkola社区的婚礼队伍之前就已经被分析过,在dalian na tolu中发现的是Kahanggi、Boru的儿子和Mora。上下文的情况看起来在霍巴特的文本传统martahi karejo即Hata ni Suhut组成的话语场,Hata ni Kahanggi Hata ni Hombar Suhut Hata ni Boru孩子,Hata ni香蕉的表情、莫拉Hata ni Hata mangalusi ni Hatobangon, Hata pangalusi ni Harajaon, Hata pangalusi ni富人,Hata pangalusi ni国王,Hatani Pasahat Burangir Taon-Taon。与此同时,霍巴尔传统上的传统将其列为哈布罗尼亚语、卡汉吉语、博鲁语、香蕉萨马、纳莫拉语、哈托班农语、哈瓦拉节安语、拉丹语国王。至于将hobar文本归类为karejo martar传统的话语工具,则是通过独白、演讲和诗歌的方式传达的信息。一种对安科拉人有广泛意义的习俗和哲学,特别是:(1)burangir(西里),(2)gambir,(3)苏打水,(4)timbako(烟草),(6)盘子,(7)abit(该隐)和(8)集市。一到五种文化也被称为“五种奇数”,意为“五种奇数或奇数”。
Semiotik Sosial Yang Terkandung Dalam Tradisi Martahi Karejo Masyarakat Angkola
Pada dasarnya masyarakat Angkola sangat menjunjung tinggi adat pada setiap kali ingin melaksanakan hajatan atau acara adat, di mana apabila ada salah satu dari warga yang ingin melaksanakan horja atau pesta dalam hal ini adalah Suhut, maka seluruh anggota keluarga akan bermusyawarah kepada para pataya-pataya adat atau ketua adat untuk menyampaikan keinginan atau keluhan untuk meminta bantuan kepada ketua adat tersebut agar kiranya disampaikan kepada para warga sekampung. Dalam hal ini, martahi karejo merupakan acara adat yang dilakukan sebelum prosesi upacara perkawinan pada masyarakat Angkola yang dimulai dari musyawarah seperti yang sudah dianalisis di atasyakni berbicara dalam bertutur sapa yang sangat khusus dan unik, antara barisan yang terdapat dalamdalian na tolu yaitu Kahanggi, Anak Boru dan Mora. Konteks situasi yang terlihat pada teks hobar pada tradisi martahi karejo yaitu medan wacana yang terdiri dari Hata ni Suhut, Hata ni Kahanggi, Hata ni Hombar Suhut, Hata ni Anak Boru, Hata ni Pisang raut, Hata ni mora, Hata mangalusi ni Hatobangon, Hata pangalusi ni Harajaon, Hata pangalusi ni orang kaya, Hata pangalusi ni Raja, dan Hatani Pasahat Burangir Taon-Taon. Sementara itu, yang dikategorikan sebagai pelibat wacana dari teks hobar pada tradisi martahi karejo adalah Suhut Si Habolonan, Kahanggi, Anak Boru, Pisang Raut, Na Mora , Hatobangon, Hatarajaon, OrangKaya, dan Raja Pasunan Bulung. Sedangkan yang dikategorikan sebagai sarana wacana dari teks hobar pada tradisi martahi karejo adalah pesan disampaikan secara lisan yaitu dengan cara monolog, berpidato dan berpantun. Makna perangkat adat yang mempunyai arti luas dan mempunyai filsafat bagi masyarakat Angkola khususnya, yakni (1) burangir (sirih), (2) gambir, (3) soda, (4) pining (pinang), (5) timbako (tembakau), (6) pinggan (piring), (7) abit (kain), dan (8) hadangan. Perangkat adat satu sampai lima dikatakan juga pada istilah masyarakat Angkola, yakni empat ganjil lima gonop yang artinya emapat masih terasa ganjil atau janggal maka harus dibuat 5 agar menjadi genap ataupun lengkap.