{"title":"巴布亚种族主义问题的演员网络和角色冲突","authors":"Felia Primaresti, Rizky Murdiana, Pitaloka Ainun Yasmin, Tiara Chaerani","doi":"10.22146/polgov.v4i2.3641","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tulisan ini berusaha memetakan aktor dan relasinya dalam perkembangan sentimen dan isu SARA terhadap masyarakat Papua di Twitter. Selain itu, artikel ini juga berupaya melihat respons masyarakat Twitter terhadap sentimen SARA oleh aktor yang sudah dipetakan. Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini adalah pendekatan kualitatif, sementara metodenya adalah Social Network Analysis (SNA) dan metode analisis sentimen pada rentang waktu Agustus 2019 hingga Juni 2021 (Kasus Papua-Surabaya, Abu Janda-Natalius Pigai, Papua-Risma-ASN, dan Papua-TNI-Disabilitas). Persamaan yang dapat dilihat dari empat kasus rasisme yang hadir adalah adanya campur tangan multiaktor dalam setiap isu yang berkembang, seperti adanya keterlibatan negara, media, organisasi masyarakat sipil, dan aktor individu. Masing-masing aktor dapat menjadi representasi suatu lembaga yang memengaruhi pola pikir dan arah narasi yang diutarakan. Namun, sering kali aktor mewakili dirinya sendiri (alter) dan cuitan yang hadir tidak merepresentasikan golongan mana pun (anonim). Sentimen dalam temuan penelitian ini justru mendorong narasi rasisme terhadap masyarakat Papua yang harus dihentikan. Tingginya intensitas narasi rasisme yang muncul di Twitter membentuk komunitas yang sensitif terhadap konflik dan isu-isu rasial. Twitter sebagai platform yang memfasilitasi perkembangan isu sosial-politik membawa dampak yang cukup luas terhadap komposisi masyarakat yang semakin sensitif terhadap isu rasial di dunia nyata.","PeriodicalId":228269,"journal":{"name":"Jurnal PolGov","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Jaringan Aktor dan Konflik Peran dalam Isu Rasisme Papua\",\"authors\":\"Felia Primaresti, Rizky Murdiana, Pitaloka Ainun Yasmin, Tiara Chaerani\",\"doi\":\"10.22146/polgov.v4i2.3641\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Tulisan ini berusaha memetakan aktor dan relasinya dalam perkembangan sentimen dan isu SARA terhadap masyarakat Papua di Twitter. Selain itu, artikel ini juga berupaya melihat respons masyarakat Twitter terhadap sentimen SARA oleh aktor yang sudah dipetakan. Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini adalah pendekatan kualitatif, sementara metodenya adalah Social Network Analysis (SNA) dan metode analisis sentimen pada rentang waktu Agustus 2019 hingga Juni 2021 (Kasus Papua-Surabaya, Abu Janda-Natalius Pigai, Papua-Risma-ASN, dan Papua-TNI-Disabilitas). Persamaan yang dapat dilihat dari empat kasus rasisme yang hadir adalah adanya campur tangan multiaktor dalam setiap isu yang berkembang, seperti adanya keterlibatan negara, media, organisasi masyarakat sipil, dan aktor individu. Masing-masing aktor dapat menjadi representasi suatu lembaga yang memengaruhi pola pikir dan arah narasi yang diutarakan. Namun, sering kali aktor mewakili dirinya sendiri (alter) dan cuitan yang hadir tidak merepresentasikan golongan mana pun (anonim). Sentimen dalam temuan penelitian ini justru mendorong narasi rasisme terhadap masyarakat Papua yang harus dihentikan. Tingginya intensitas narasi rasisme yang muncul di Twitter membentuk komunitas yang sensitif terhadap konflik dan isu-isu rasial. Twitter sebagai platform yang memfasilitasi perkembangan isu sosial-politik membawa dampak yang cukup luas terhadap komposisi masyarakat yang semakin sensitif terhadap isu rasial di dunia nyata.\",\"PeriodicalId\":228269,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal PolGov\",\"volume\":\"31 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-12-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal PolGov\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.22146/polgov.v4i2.3641\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal PolGov","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22146/polgov.v4i2.3641","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Jaringan Aktor dan Konflik Peran dalam Isu Rasisme Papua
Tulisan ini berusaha memetakan aktor dan relasinya dalam perkembangan sentimen dan isu SARA terhadap masyarakat Papua di Twitter. Selain itu, artikel ini juga berupaya melihat respons masyarakat Twitter terhadap sentimen SARA oleh aktor yang sudah dipetakan. Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini adalah pendekatan kualitatif, sementara metodenya adalah Social Network Analysis (SNA) dan metode analisis sentimen pada rentang waktu Agustus 2019 hingga Juni 2021 (Kasus Papua-Surabaya, Abu Janda-Natalius Pigai, Papua-Risma-ASN, dan Papua-TNI-Disabilitas). Persamaan yang dapat dilihat dari empat kasus rasisme yang hadir adalah adanya campur tangan multiaktor dalam setiap isu yang berkembang, seperti adanya keterlibatan negara, media, organisasi masyarakat sipil, dan aktor individu. Masing-masing aktor dapat menjadi representasi suatu lembaga yang memengaruhi pola pikir dan arah narasi yang diutarakan. Namun, sering kali aktor mewakili dirinya sendiri (alter) dan cuitan yang hadir tidak merepresentasikan golongan mana pun (anonim). Sentimen dalam temuan penelitian ini justru mendorong narasi rasisme terhadap masyarakat Papua yang harus dihentikan. Tingginya intensitas narasi rasisme yang muncul di Twitter membentuk komunitas yang sensitif terhadap konflik dan isu-isu rasial. Twitter sebagai platform yang memfasilitasi perkembangan isu sosial-politik membawa dampak yang cukup luas terhadap komposisi masyarakat yang semakin sensitif terhadap isu rasial di dunia nyata.