O. Y. Hutajulu, B. Siregar, Muhammad Dominique Mendoza
{"title":"印度尼西亚34个省太阳能电厂潜在日晒的可行性研究","authors":"O. Y. Hutajulu, B. Siregar, Muhammad Dominique Mendoza","doi":"10.24114/jip.v2i1.28232","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penggunaan sistem pembangkit listrik tenaga surya saat ini menjadi pilihan alternatif sumber energi listrik, baik oleh lembaga pemerintah terkait maupun masyarakat di Indonesia. Namun terdapat permasalahan dimana ditemukan perbedaan perhitungan biaya untuk menginstalasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dari beberapa forum komunitas pengguna tenaga surya. Artikel ini menyajikan bahwa penyebab utama dari perbedaan perhitungan biaya tersebut adalah terdapat perbedaan potensi radiasi matahari yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik setiap daerah di Indonesia. Alasannya karena Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan terbagi ke dalam 3 zona waktu dan pastinya berpengaruh pada penyinaran matahari di setiap daerah. Pada artikel ini akan dilakukan studi literatur dan perhitungan dengan model matematis untuk mengukur potensi energi matahari yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Fokus lokasi yang akan diukur adalah ibu kota dari tiap-tiap provinsi tersebut. Data potensi penyinaran matahari tersebut kemudian akan dimasukkan ke dalam formula perhitungan kapasitas modul surya yang diperlukan untuk membangun sebuah PLTS. Berdasarkan data tersebut akan di lihat apakah terdapat perbedaan kapasitas modul surya yang dibutuhkan jika ingin membangun PLTS. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diketahui potensi penyinaran matahari rata-rata di Indonesia adalah 4,95 kwh/m2/hari dengan kota Kupang menjadi kota dengan potensi tertinggi yaitu 6,36 kwh/m2/hari atau 28,40% lebih tinggi dari nilai rata-rata. Sedangkan kota Banda Aceh menjadi kota dengan potensi terendah yaitu 4,12 kwh/m2/hari atau 16,82% lebih rendah dari nilai rata-rata. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka kota Banda Aceh memerlukan kapasitas modul surya lebih besar 22,66% dari kapasitas rata-rata pemasangan PLTS di Indonesia","PeriodicalId":237729,"journal":{"name":"Jurnal Insinyur Profesional","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-08-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Studi Kelayakan Potensi Penyinaran Matahari 34 Provinsi Di Indonesia Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Matahari Skala Rumah Tangga\",\"authors\":\"O. Y. Hutajulu, B. Siregar, Muhammad Dominique Mendoza\",\"doi\":\"10.24114/jip.v2i1.28232\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Penggunaan sistem pembangkit listrik tenaga surya saat ini menjadi pilihan alternatif sumber energi listrik, baik oleh lembaga pemerintah terkait maupun masyarakat di Indonesia. Namun terdapat permasalahan dimana ditemukan perbedaan perhitungan biaya untuk menginstalasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dari beberapa forum komunitas pengguna tenaga surya. Artikel ini menyajikan bahwa penyebab utama dari perbedaan perhitungan biaya tersebut adalah terdapat perbedaan potensi radiasi matahari yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik setiap daerah di Indonesia. Alasannya karena Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan terbagi ke dalam 3 zona waktu dan pastinya berpengaruh pada penyinaran matahari di setiap daerah. Pada artikel ini akan dilakukan studi literatur dan perhitungan dengan model matematis untuk mengukur potensi energi matahari yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Fokus lokasi yang akan diukur adalah ibu kota dari tiap-tiap provinsi tersebut. Data potensi penyinaran matahari tersebut kemudian akan dimasukkan ke dalam formula perhitungan kapasitas modul surya yang diperlukan untuk membangun sebuah PLTS. Berdasarkan data tersebut akan di lihat apakah terdapat perbedaan kapasitas modul surya yang dibutuhkan jika ingin membangun PLTS. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diketahui potensi penyinaran matahari rata-rata di Indonesia adalah 4,95 kwh/m2/hari dengan kota Kupang menjadi kota dengan potensi tertinggi yaitu 6,36 kwh/m2/hari atau 28,40% lebih tinggi dari nilai rata-rata. Sedangkan kota Banda Aceh menjadi kota dengan potensi terendah yaitu 4,12 kwh/m2/hari atau 16,82% lebih rendah dari nilai rata-rata. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka kota Banda Aceh memerlukan kapasitas modul surya lebih besar 22,66% dari kapasitas rata-rata pemasangan PLTS di Indonesia\",\"PeriodicalId\":237729,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Insinyur Profesional\",\"volume\":\"31 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-08-15\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Insinyur Profesional\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.24114/jip.v2i1.28232\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Insinyur Profesional","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24114/jip.v2i1.28232","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
太阳能发电厂系统的使用现在是由相关政府机构和印度尼西亚人民选择的替代能源。但是,在一些太阳能用户社区论坛上对太阳能发电厂的计算差异发现了一个问题。这篇文章指出,成本计算差异的主要原因是太阳辐射的潜在差异可以转化为印尼每个地区的电能。这是因为印尼有很大的区域,被分成三个时区,这肯定会影响每个地区的太阳耀斑。在这篇文章中,将进行文献和数学模型的研究,以测量太阳能量的潜力,这些潜力分布在印度尼西亚的34个省。要测量的焦点是每个省的首都。然后将太阳耀斑潜力的数据输入构建PLTS所需的太阳能模块的计算能力公式。根据这些数据,将会看到如果构建PLTS需要不同的太阳能模块能力。根据所作的计算,据了解,印尼的平均日晒潜力为4.95 kwh/m2/日,古邦市成为最有潜力的城市,为6.36 kwh/m2/ day,即284%的平均分。然而,班达亚齐市成为其平均成绩最低的城市,为4.12 kwh/ - m - m - day或16.82%。根据计算,Banda亚齐市需要一个比印尼发电厂平均安装能力22.66%的太阳能模块
Studi Kelayakan Potensi Penyinaran Matahari 34 Provinsi Di Indonesia Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Matahari Skala Rumah Tangga
Penggunaan sistem pembangkit listrik tenaga surya saat ini menjadi pilihan alternatif sumber energi listrik, baik oleh lembaga pemerintah terkait maupun masyarakat di Indonesia. Namun terdapat permasalahan dimana ditemukan perbedaan perhitungan biaya untuk menginstalasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dari beberapa forum komunitas pengguna tenaga surya. Artikel ini menyajikan bahwa penyebab utama dari perbedaan perhitungan biaya tersebut adalah terdapat perbedaan potensi radiasi matahari yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik setiap daerah di Indonesia. Alasannya karena Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan terbagi ke dalam 3 zona waktu dan pastinya berpengaruh pada penyinaran matahari di setiap daerah. Pada artikel ini akan dilakukan studi literatur dan perhitungan dengan model matematis untuk mengukur potensi energi matahari yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Fokus lokasi yang akan diukur adalah ibu kota dari tiap-tiap provinsi tersebut. Data potensi penyinaran matahari tersebut kemudian akan dimasukkan ke dalam formula perhitungan kapasitas modul surya yang diperlukan untuk membangun sebuah PLTS. Berdasarkan data tersebut akan di lihat apakah terdapat perbedaan kapasitas modul surya yang dibutuhkan jika ingin membangun PLTS. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diketahui potensi penyinaran matahari rata-rata di Indonesia adalah 4,95 kwh/m2/hari dengan kota Kupang menjadi kota dengan potensi tertinggi yaitu 6,36 kwh/m2/hari atau 28,40% lebih tinggi dari nilai rata-rata. Sedangkan kota Banda Aceh menjadi kota dengan potensi terendah yaitu 4,12 kwh/m2/hari atau 16,82% lebih rendah dari nilai rata-rata. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka kota Banda Aceh memerlukan kapasitas modul surya lebih besar 22,66% dari kapasitas rata-rata pemasangan PLTS di Indonesia