民粹主义:政治和民主停滞的后果

Bachtiar Nur Budiman, Bella Dewi Safitri, Balilah Rizki Putriga, Vinona Julietta Imanuella Wicaksono
{"title":"民粹主义:政治和民主停滞的后果","authors":"Bachtiar Nur Budiman, Bella Dewi Safitri, Balilah Rizki Putriga, Vinona Julietta Imanuella Wicaksono","doi":"10.22146/polgov.v4i1.3916","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Suasana menjelang pemilihan umum 2024 telah dapat dirasakan dalam dinamika politik Indonesia. Salah satu fenomena yang kerap kali mewarnai jalannya pemilihan umum di Indonesia adalah keberadaan kandidat populis yang memanfaatkan narasi-narasi politik identitas untuk mengangkat namanya dalam ajang pemilihan. Artikel ini mencoba untuk menganalisa keberadaan populisme sebagai konsekuensi dari stagnasi politik dan kurangnya pengawasan terhadap demokrasi di Indonesia. Dampak buruk dari populisme pernah terjadi di Amerika Serikat. Negara dengan demokrasi yang matang tersebut masih saja mudah terpecah akibat gaya kepemimpinan populis mantan presiden Donald Trump yang berakhir dengan penyerangan dan vandalisme di Gedung Capitol. Penulis berargumen bahwa Indonesia dengan segala kemajemukan identitas dan multikulturalismenya, ditambah dengan demokrasi yang belum mapan, sangat mudah untuk dipecah-belah melalui narasi kebencian dan politik identitas. Pemilihan umum 2024 berpotensi besar untuk kembali memunculkan kandidat populis yang lebih banyak, mengingat berbagai lembaga survei akuntabilitas calon presiden telah mengantongi sejumlah nama yang potensial untuk memainkan manuver politik yang serupa, seperti Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo. Artikel ini menggunakan kajian literatur untuk mengumpulkan data dan membahas permasalahan ini. Terakhir, Penulis berharap tulisan ini dapat menambah pengetahuan dan kesadaran pembaca mengenai dinamika politik nasional.","PeriodicalId":228269,"journal":{"name":"Jurnal PolGov","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-07-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":"{\"title\":\"Populisme: Konsekuensi dari Stagnasi Politik dan Demokrasi di Indonesia\",\"authors\":\"Bachtiar Nur Budiman, Bella Dewi Safitri, Balilah Rizki Putriga, Vinona Julietta Imanuella Wicaksono\",\"doi\":\"10.22146/polgov.v4i1.3916\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Suasana menjelang pemilihan umum 2024 telah dapat dirasakan dalam dinamika politik Indonesia. Salah satu fenomena yang kerap kali mewarnai jalannya pemilihan umum di Indonesia adalah keberadaan kandidat populis yang memanfaatkan narasi-narasi politik identitas untuk mengangkat namanya dalam ajang pemilihan. Artikel ini mencoba untuk menganalisa keberadaan populisme sebagai konsekuensi dari stagnasi politik dan kurangnya pengawasan terhadap demokrasi di Indonesia. Dampak buruk dari populisme pernah terjadi di Amerika Serikat. Negara dengan demokrasi yang matang tersebut masih saja mudah terpecah akibat gaya kepemimpinan populis mantan presiden Donald Trump yang berakhir dengan penyerangan dan vandalisme di Gedung Capitol. Penulis berargumen bahwa Indonesia dengan segala kemajemukan identitas dan multikulturalismenya, ditambah dengan demokrasi yang belum mapan, sangat mudah untuk dipecah-belah melalui narasi kebencian dan politik identitas. Pemilihan umum 2024 berpotensi besar untuk kembali memunculkan kandidat populis yang lebih banyak, mengingat berbagai lembaga survei akuntabilitas calon presiden telah mengantongi sejumlah nama yang potensial untuk memainkan manuver politik yang serupa, seperti Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo. Artikel ini menggunakan kajian literatur untuk mengumpulkan data dan membahas permasalahan ini. Terakhir, Penulis berharap tulisan ini dapat menambah pengetahuan dan kesadaran pembaca mengenai dinamika politik nasional.\",\"PeriodicalId\":228269,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal PolGov\",\"volume\":\"37 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-07-06\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"2\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal PolGov\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.22146/polgov.v4i1.3916\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal PolGov","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22146/polgov.v4i1.3916","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2

摘要

在大选前的气氛2024已经可以感受到在印尼的政治动态。在印尼,选举过程中经常出现的现象之一是民族派候选人的存在,他们利用身份主义的政治叙述来提升自己的名字。本文试图分析了民粹主义的存在作为民主政治的停滞和缺乏监管的结果在印尼。民粹主义的不良影响在美国从未发生过。这些成熟的民主国家还是容易摧残民粹主义领导风格前总统唐纳德·特朗普在国会大厦告终的袭击和破坏。作者认为印尼恕身份多元化的民主multikulturalismenya,加上还不稳定,很容易通过叙事仇恨言论和政治身份瓜分。2024年大选的潜在巨大产生更多的民粹主义候选人争取回来,记得问责调查机构的潜在总统候选人获得了许多的名字玩类似的政治手段,比如Prabowo Subianto, Anies Baswedan,知道Pranowo。本文利用文献研究收集数据并讨论了这个问题。最后,作者希望这篇文章可以增加知识和读者意识的全国性政治动态。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Populisme: Konsekuensi dari Stagnasi Politik dan Demokrasi di Indonesia
Suasana menjelang pemilihan umum 2024 telah dapat dirasakan dalam dinamika politik Indonesia. Salah satu fenomena yang kerap kali mewarnai jalannya pemilihan umum di Indonesia adalah keberadaan kandidat populis yang memanfaatkan narasi-narasi politik identitas untuk mengangkat namanya dalam ajang pemilihan. Artikel ini mencoba untuk menganalisa keberadaan populisme sebagai konsekuensi dari stagnasi politik dan kurangnya pengawasan terhadap demokrasi di Indonesia. Dampak buruk dari populisme pernah terjadi di Amerika Serikat. Negara dengan demokrasi yang matang tersebut masih saja mudah terpecah akibat gaya kepemimpinan populis mantan presiden Donald Trump yang berakhir dengan penyerangan dan vandalisme di Gedung Capitol. Penulis berargumen bahwa Indonesia dengan segala kemajemukan identitas dan multikulturalismenya, ditambah dengan demokrasi yang belum mapan, sangat mudah untuk dipecah-belah melalui narasi kebencian dan politik identitas. Pemilihan umum 2024 berpotensi besar untuk kembali memunculkan kandidat populis yang lebih banyak, mengingat berbagai lembaga survei akuntabilitas calon presiden telah mengantongi sejumlah nama yang potensial untuk memainkan manuver politik yang serupa, seperti Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo. Artikel ini menggunakan kajian literatur untuk mengumpulkan data dan membahas permasalahan ini. Terakhir, Penulis berharap tulisan ini dapat menambah pengetahuan dan kesadaran pembaca mengenai dinamika politik nasional.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信