{"title":"东爪哇生产能力分析:一种空间方法","authors":"Rossanto Dwi Handoyo","doi":"10.33830/jom.v12i2.58.2016","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This research aims to identify the pre-eminent product based on comparative advantages and Location Quotion concept as well as spatial aspect. The analysis result confirm that spatial concentration of manufacture sector industry in East Java located in six region which is Kota Surabaya, Kota Kediri, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kota Malang, and Kabupaten Pasuruan. This six region dominate manufacture industrial output in East Java about 85%. It means that the changing of supply and demand side in these regions will influence to the manufacture industrial performance in east Java as a whole. Manufacture industry in East Java is still dominated by food, beverages and tobacco industries (ISIC 31); textiles, shirt and skin (ISIC 32); wood based industry (ISIC 3.6), paper and print industry (ISIC 3.4) and transportation industry (ISIC 3.8). The analysis result using RTA index shows that East Java Province has export comparative advantages in lead and article thereof (HS 78), explosive; matches; pyrotechinic product (HS 36), cereals (HS 10), zinc and particles thereof (HS 79), tools, implements, cutlery, spoons (HS 82), dan dairy product (HS 04). The analysis on spatial association of output of East Java manufacture industry result several findings. The research results that there is positive spatial autocorrelation, in which high value region is surrounded by the high value regions, otherwise the low value region is surrounded by the low value regions. Spatial lag model also shows the importance of manufacturing industry output growth rate of neighboring regions. Spatial lag models show that the growth of the industrial output in the neighbour region plays an important role as determinant factor of industrial output in one region in the East Java Province. \n \nPerubahan struktural pada perekonomian modern ditunjukkan oleh semakin besarnya peran sektor industri manufaktur dalam suatu perekonomian. Kebijakan yang berorientasi spasial dan regional merupakan salah satu faktor kunci yang dapat mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan pembangunan di sektor industri. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan daya saing berdasarkan berdasarkan aspek kewilayahan (spasial) di Provinsi Jawa Timur. Industri manufaktur dari aspek kewilayahan terkonsentrasi pada enam wilayah yaitu Surabaya, Kota Kediri, Sidoarjo, Gresik, Kota Malang, dan Pasuruan. Ke enam wilayah ini mendominasi output industri manufaktur di Jawa Timur hingga 85%. Hasil analisis daya saing menggunakan indek RTA (revealed comparative trade advantage) menunjukkan bahwa Jawa Timur secara keseluruhan memiliki keunggulan komparatif dalam ekspor untuk komoditi seperti timbal dan produk turunannya (HS 78), pyrotechinic dan produk turunannya (HS 36), cereals (HS 10), seng dan produk turunannya (HS 79), perkakas dan produk sejenis (HS 82), dan produk terbuat dari susu (HS 04). Analisis keterkaitan spasial industri manufaktur dengan cluster di Jawa Timur menunjukkan ada keterkaitan spasial yang positif (positive spatial autocorrelation), dimana daerah yang memiliki daya saing yang tinggi dikelilingi oleh daerah yang nilainya tinggi pula. Analisis menggunakan Model spatial lag juga menunjukkan faktor-faktor penentu daya saing industri manufaktur (berdasarkan teori berlian/Diamond Theory dari Porter) daerah tetangga sangat penting sebagai penentu daya saing industri manufaktur di masing-masing Kabupaten/Kota di Jawa Timur.","PeriodicalId":293886,"journal":{"name":"Jurnal Organisasi dan Manajemen","volume":"54 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2016-09-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR JAWA TIMUR: SEBUAH PENDEKATAN SPASIAL\",\"authors\":\"Rossanto Dwi Handoyo\",\"doi\":\"10.33830/jom.v12i2.58.2016\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This research aims to identify the pre-eminent product based on comparative advantages and Location Quotion concept as well as spatial aspect. The analysis result confirm that spatial concentration of manufacture sector industry in East Java located in six region which is Kota Surabaya, Kota Kediri, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kota Malang, and Kabupaten Pasuruan. This six region dominate manufacture industrial output in East Java about 85%. It means that the changing of supply and demand side in these regions will influence to the manufacture industrial performance in east Java as a whole. Manufacture industry in East Java is still dominated by food, beverages and tobacco industries (ISIC 31); textiles, shirt and skin (ISIC 32); wood based industry (ISIC 3.6), paper and print industry (ISIC 3.4) and transportation industry (ISIC 3.8). The analysis result using RTA index shows that East Java Province has export comparative advantages in lead and article thereof (HS 78), explosive; matches; pyrotechinic product (HS 36), cereals (HS 10), zinc and particles thereof (HS 79), tools, implements, cutlery, spoons (HS 82), dan dairy product (HS 04). The analysis on spatial association of output of East Java manufacture industry result several findings. The research results that there is positive spatial autocorrelation, in which high value region is surrounded by the high value regions, otherwise the low value region is surrounded by the low value regions. Spatial lag model also shows the importance of manufacturing industry output growth rate of neighboring regions. Spatial lag models show that the growth of the industrial output in the neighbour region plays an important role as determinant factor of industrial output in one region in the East Java Province. \\n \\nPerubahan struktural pada perekonomian modern ditunjukkan oleh semakin besarnya peran sektor industri manufaktur dalam suatu perekonomian. Kebijakan yang berorientasi spasial dan regional merupakan salah satu faktor kunci yang dapat mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan pembangunan di sektor industri. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan daya saing berdasarkan berdasarkan aspek kewilayahan (spasial) di Provinsi Jawa Timur. Industri manufaktur dari aspek kewilayahan terkonsentrasi pada enam wilayah yaitu Surabaya, Kota Kediri, Sidoarjo, Gresik, Kota Malang, dan Pasuruan. Ke enam wilayah ini mendominasi output industri manufaktur di Jawa Timur hingga 85%. Hasil analisis daya saing menggunakan indek RTA (revealed comparative trade advantage) menunjukkan bahwa Jawa Timur secara keseluruhan memiliki keunggulan komparatif dalam ekspor untuk komoditi seperti timbal dan produk turunannya (HS 78), pyrotechinic dan produk turunannya (HS 36), cereals (HS 10), seng dan produk turunannya (HS 79), perkakas dan produk sejenis (HS 82), dan produk terbuat dari susu (HS 04). Analisis keterkaitan spasial industri manufaktur dengan cluster di Jawa Timur menunjukkan ada keterkaitan spasial yang positif (positive spatial autocorrelation), dimana daerah yang memiliki daya saing yang tinggi dikelilingi oleh daerah yang nilainya tinggi pula. Analisis menggunakan Model spatial lag juga menunjukkan faktor-faktor penentu daya saing industri manufaktur (berdasarkan teori berlian/Diamond Theory dari Porter) daerah tetangga sangat penting sebagai penentu daya saing industri manufaktur di masing-masing Kabupaten/Kota di Jawa Timur.\",\"PeriodicalId\":293886,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Organisasi dan Manajemen\",\"volume\":\"54 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2016-09-27\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Organisasi dan Manajemen\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.33830/jom.v12i2.58.2016\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Organisasi dan Manajemen","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33830/jom.v12i2.58.2016","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
本研究旨在从比较优势和区位报价的概念出发,以及从空间的角度来识别卓越产品。分析结果表明,东爪哇省制造业产业的空间集中度主要集中在哥打泗水、哥打Kediri、Kabupaten Sidoarjo、Kabupaten Gresik、Kota Malang和Kabupaten Pasuruan 6个区域。这六个地区主导了东爪哇约85%的制造业工业产出。这意味着这些地区的供给侧和需求侧的变化将影响整个东爪哇制造业的产业绩效。东爪哇的制造业仍然以食品、饮料和烟草工业为主(ISIC 31);纺织品、衬衫和皮肤(ISIC 32);木材工业(ISIC 3.6)、造纸和印刷业(ISIC 3.4)和运输业(ISIC 3.8)。RTA指数分析结果表明,东爪哇省在铅及其制品(HS 78)、炸药方面具有出口比较优势;匹配;烟火制品(HS 36)、谷物(HS 10)、锌及其颗粒(HS 79)、工具、器具、餐具、勺子(HS 82)、乳制品(HS 04)。通过对东爪哇制造业产出的空间关联分析,得出了几点结论。研究结果表明,存在正空间自相关,即高值区域被高值区域包围,反之,低值区域被低值区域包围。空间滞后模型也显示了邻近地区制造业产出增长率的重要性。空间滞后模型表明,东爪哇省相邻地区的工业产出增长对一个地区的工业产出具有重要的决定作用。秘鲁结构经济,现代结构经济,工业制造业,农业经济。亚洲经济发展与区域经济发展与区域经济发展与区域经济发展与区域经济发展与区域经济发展与区域经济发展与区域经济发展与区域经济发展与区域经济发展Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan daya saing berdasarkan berdasarkan说爪哇帖木儿省的kewilayahan(特殊)。工业制造商说kewilayahan terkonsentrasi padas, wilayah yitsurabaya, Kota Kediri, Sidoarjo, Gresik, Kota Malang, dan Pasuruan。印尼工业产值占爪哇铁木业产值的85%。统计分析了蒙古的比较贸易优势指数(RTA)、爪哇铁木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数、爪哇木木尔的显示贸易优势指数。新疆特殊产业制造业邓安集群与爪哇铁木尔的正空间自相关分析,新疆特殊产业制造业与爪哇铁木尔的正空间自相关分析,新疆特殊产业与爪哇铁木尔的正空间自相关分析。蒙古纳坎模型空间滞后因素分析(berdasarkan teori berlian/Diamond Theory dari Porter)
ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR JAWA TIMUR: SEBUAH PENDEKATAN SPASIAL
This research aims to identify the pre-eminent product based on comparative advantages and Location Quotion concept as well as spatial aspect. The analysis result confirm that spatial concentration of manufacture sector industry in East Java located in six region which is Kota Surabaya, Kota Kediri, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kota Malang, and Kabupaten Pasuruan. This six region dominate manufacture industrial output in East Java about 85%. It means that the changing of supply and demand side in these regions will influence to the manufacture industrial performance in east Java as a whole. Manufacture industry in East Java is still dominated by food, beverages and tobacco industries (ISIC 31); textiles, shirt and skin (ISIC 32); wood based industry (ISIC 3.6), paper and print industry (ISIC 3.4) and transportation industry (ISIC 3.8). The analysis result using RTA index shows that East Java Province has export comparative advantages in lead and article thereof (HS 78), explosive; matches; pyrotechinic product (HS 36), cereals (HS 10), zinc and particles thereof (HS 79), tools, implements, cutlery, spoons (HS 82), dan dairy product (HS 04). The analysis on spatial association of output of East Java manufacture industry result several findings. The research results that there is positive spatial autocorrelation, in which high value region is surrounded by the high value regions, otherwise the low value region is surrounded by the low value regions. Spatial lag model also shows the importance of manufacturing industry output growth rate of neighboring regions. Spatial lag models show that the growth of the industrial output in the neighbour region plays an important role as determinant factor of industrial output in one region in the East Java Province.
Perubahan struktural pada perekonomian modern ditunjukkan oleh semakin besarnya peran sektor industri manufaktur dalam suatu perekonomian. Kebijakan yang berorientasi spasial dan regional merupakan salah satu faktor kunci yang dapat mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan pembangunan di sektor industri. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan daya saing berdasarkan berdasarkan aspek kewilayahan (spasial) di Provinsi Jawa Timur. Industri manufaktur dari aspek kewilayahan terkonsentrasi pada enam wilayah yaitu Surabaya, Kota Kediri, Sidoarjo, Gresik, Kota Malang, dan Pasuruan. Ke enam wilayah ini mendominasi output industri manufaktur di Jawa Timur hingga 85%. Hasil analisis daya saing menggunakan indek RTA (revealed comparative trade advantage) menunjukkan bahwa Jawa Timur secara keseluruhan memiliki keunggulan komparatif dalam ekspor untuk komoditi seperti timbal dan produk turunannya (HS 78), pyrotechinic dan produk turunannya (HS 36), cereals (HS 10), seng dan produk turunannya (HS 79), perkakas dan produk sejenis (HS 82), dan produk terbuat dari susu (HS 04). Analisis keterkaitan spasial industri manufaktur dengan cluster di Jawa Timur menunjukkan ada keterkaitan spasial yang positif (positive spatial autocorrelation), dimana daerah yang memiliki daya saing yang tinggi dikelilingi oleh daerah yang nilainya tinggi pula. Analisis menggunakan Model spatial lag juga menunjukkan faktor-faktor penentu daya saing industri manufaktur (berdasarkan teori berlian/Diamond Theory dari Porter) daerah tetangga sangat penting sebagai penentu daya saing industri manufaktur di masing-masing Kabupaten/Kota di Jawa Timur.