{"title":"Representation of Islamic Communication Ethics in Etnis Gayo Cultural Culture in Aceh Central District (Representasi Etika Komunikasi Islam dalam Budaya Tutur Etnis Gayo di Kabupaten Aceh Tengah)","authors":"nfn Marhamah","doi":"10.30818/JPKM.2018.2030108","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This study discusses the verbal symbols of Islamic communication ethics in Gayo ethnic speech in Central Aceh District. Speech in Gayo culture is a greeting or call between individuals, between groups or individuals with groups. In Gayo culture, it is unethical to call someone by name directly. Speech in Gayo culture is placed in the context of the kinship system and social structure. The method used in this research is qualitative research with ethnographic approach of communication. While the data collection techniques used are observation, documentation, as well as interviews with customary figures or cultural figures, community leaders or elders, and the community. Then the data were analyzed using semiotics analysis of Roland Barthes version. The results of this study indicate that the verbal symbols of Islamic communication ethics in Gayo ethnic speech in Central Aceh Regency seen in the use of speech used in everyday life is based on kinship system or kinship and position or function (said degree). The denotative meaning in this speech can be understood from the meaning described in Gayo. While the connotative meaning in this speech is understood based on Gayo cultural values. Understanding the connotative meaning of this speech become a reference in using speech in accordance with the context that gave rise to the myth in Gayo culture called kemali, jis, moth and sumang.Penelitian ini membahas mengenai simbol-simbol verbal etika komunikasi Islam dalam budaya tutur etnis Gayo di Kabupaten Aceh Tengah. Tutur dalam budaya Gayo merupakan kata sapaan atau panggilan antar individu, antar kelompok atau individu dengan kelompok. Dalam budaya Gayo, tidak etis memanggil seseorang dengan menyebut namanya langsung. Tutur dalam budaya Gayo ditempatkan pada konteks sistem kekerabatan dan struktur sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneltian kualitatif dengan pendekatan etnografi komunikasi. Sementara teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan, dokumentasi, serta wawancara dengan tokoh adat atau tokoh budaya, tokoh masyarakat atau sesepuh , dan masyarakat. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan analisis semiotika versi Roland Barthes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa simbol-simbol verbal etika komunikasi Islam dalam budaya tutur etnis Gayo di Kabupaten Aceh Tengah terlihat pada pemakaian tutur yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari didasarkan pada sistem kekerabatan atau kekeluargaan dan jabatan atau fungsi (tutur gelar). Makna denotatif dalam tutur ini dapat dipahami dari arti yang dijelaskan dalam bahasa Gayo. Sedangkan makna konotatif dalam tutur ini dipahami berdasarkan nilai-nilai budaya Gayo. Pemahaman makna konotatif dari tutur ini menjadi acuan dalam memakai tutur sesuai dengan konteksnya yang menunculkan mitos dalam budaya Gayo disebut dengan kemali, jis, jengat, dan sumang.","PeriodicalId":176170,"journal":{"name":"Journal Pekommas","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-09-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal Pekommas","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30818/JPKM.2018.2030108","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
本研究探讨中亚齐地区加约族言语中伊斯兰传播伦理的言语符号。在伽约文化中,言语是个体之间、群体之间或个体与群体之间的问候或呼唤。在Gayo文化中,直接称呼某人的名字是不道德的。伽约文化中的言语被置于亲属制度和社会结构的背景下。本研究使用的方法是质性研究和民族志的交流方法。虽然使用的数据收集技术是观察、记录以及与习惯人物或文化人物、社区领导人或长老以及社区的访谈。然后采用罗兰·巴特版本的符号学分析对数据进行分析。本研究结果表明,在日常生活中使用的言语中,亚齐中部加约族言语中伊斯兰传播伦理的言语符号是基于亲属制度或亲属关系和地位或功能(所述程度)的。这句话的外延意义可以从《伽约》中所描述的意义来理解。而这篇演讲的内涵意义是基于伽约文化价值观来理解的。理解这句话的内涵意义成为根据语境使用言语的参考,语境产生了伽约文化中被称为kemali, jis, moth和sumang的神话。Penelitian ini成员有mengenai符号-符号口头etika komunikasi Islam dalam budaya turturis Gayo di Kabupaten Aceh Tengah。Tutur dalam budaya Gayo merupakan kata sapaan atau panggilan antar个体,antar kelompok atau个体,dengan kelompok。Dalam budaya Gayo,这是一个非常好的例子,这是一个非常好的例子。Tutur dalam budaya Gayo ditempatkan padkonteks系统kekerabatan和罢工社会。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是我的意思。Sementara teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan, dokumentasi, serta wawancara dengan tokoh adat atau tokoh budaya, tokoh masyarakat atau sesepuh, dan masyarakat。Kemudian数据分析,登干,孟古纳坎,符号学分析,与罗兰·巴特。Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa符号-符号- verbal etika komunikasi Islam dalam budaya tutuya tutuis Gayo di kabupten Aceh Tengah terlihat pama makaian tutuan tutuan dama系统kekerabatan atau kekeluargaan dan jabatan atau fungsi (tutugelar)。Makna代表dalam tutur ini dapat dipahami dari arti yang dijelaskan dalam bahasa Gayo。我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。Pemahaman makna konotatif dari tutui menjadi acan dalam memakai tutui sesuai dengan konteksnya yang menunculkan mitos dalam budaya Gayo disebut dengan kemali, jis, jengat, dan sumang。
Representation of Islamic Communication Ethics in Etnis Gayo Cultural Culture in Aceh Central District (Representasi Etika Komunikasi Islam dalam Budaya Tutur Etnis Gayo di Kabupaten Aceh Tengah)
This study discusses the verbal symbols of Islamic communication ethics in Gayo ethnic speech in Central Aceh District. Speech in Gayo culture is a greeting or call between individuals, between groups or individuals with groups. In Gayo culture, it is unethical to call someone by name directly. Speech in Gayo culture is placed in the context of the kinship system and social structure. The method used in this research is qualitative research with ethnographic approach of communication. While the data collection techniques used are observation, documentation, as well as interviews with customary figures or cultural figures, community leaders or elders, and the community. Then the data were analyzed using semiotics analysis of Roland Barthes version. The results of this study indicate that the verbal symbols of Islamic communication ethics in Gayo ethnic speech in Central Aceh Regency seen in the use of speech used in everyday life is based on kinship system or kinship and position or function (said degree). The denotative meaning in this speech can be understood from the meaning described in Gayo. While the connotative meaning in this speech is understood based on Gayo cultural values. Understanding the connotative meaning of this speech become a reference in using speech in accordance with the context that gave rise to the myth in Gayo culture called kemali, jis, moth and sumang.Penelitian ini membahas mengenai simbol-simbol verbal etika komunikasi Islam dalam budaya tutur etnis Gayo di Kabupaten Aceh Tengah. Tutur dalam budaya Gayo merupakan kata sapaan atau panggilan antar individu, antar kelompok atau individu dengan kelompok. Dalam budaya Gayo, tidak etis memanggil seseorang dengan menyebut namanya langsung. Tutur dalam budaya Gayo ditempatkan pada konteks sistem kekerabatan dan struktur sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneltian kualitatif dengan pendekatan etnografi komunikasi. Sementara teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan, dokumentasi, serta wawancara dengan tokoh adat atau tokoh budaya, tokoh masyarakat atau sesepuh , dan masyarakat. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan analisis semiotika versi Roland Barthes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa simbol-simbol verbal etika komunikasi Islam dalam budaya tutur etnis Gayo di Kabupaten Aceh Tengah terlihat pada pemakaian tutur yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari didasarkan pada sistem kekerabatan atau kekeluargaan dan jabatan atau fungsi (tutur gelar). Makna denotatif dalam tutur ini dapat dipahami dari arti yang dijelaskan dalam bahasa Gayo. Sedangkan makna konotatif dalam tutur ini dipahami berdasarkan nilai-nilai budaya Gayo. Pemahaman makna konotatif dari tutur ini menjadi acuan dalam memakai tutur sesuai dengan konteksnya yang menunculkan mitos dalam budaya Gayo disebut dengan kemali, jis, jengat, dan sumang.