{"title":"课程自由的教育观点Ki Hajar Dewantara","authors":"Syarifuddin Idris, Muqowim Muqowim, M. Fauzi","doi":"10.47783/literasiologi.v9i2.472","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kurikulum merdeka diawal munculnya mengundang pertentangan. Selain karena Nadiem sebagai menteri pendidikan dianggap tidak memiliki kemampuan yang mumpuni. Beberapa kebijakannya yang ditetapkan juga dianggap kurang tegas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab adanya fenomena tersebut dengan menggunakan perspektif Ki Hajar Dewantara sebagai pisau analisisnya. Metode pengumpulan datanya adalah riset pustaka dan melakukan interpretasi terhadap data yang dikumpulkan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kurikulum merdeka hanya fokus pada aspek aktualisasi diri, namun aktualisasi diri yang dimaksud tidak menitikberatkan pada penanaman nilai budaya. Hal ini menurut Ki Hajar Dewantara akan terasing dari budayanya dan justru menjadikan ia tidak lagi disebut manusia yang utuh.","PeriodicalId":315099,"journal":{"name":"Jurnal Literasiologi","volume":"98 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-02-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Kurikulum Merdeka Perspektif Pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara\",\"authors\":\"Syarifuddin Idris, Muqowim Muqowim, M. Fauzi\",\"doi\":\"10.47783/literasiologi.v9i2.472\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Kurikulum merdeka diawal munculnya mengundang pertentangan. Selain karena Nadiem sebagai menteri pendidikan dianggap tidak memiliki kemampuan yang mumpuni. Beberapa kebijakannya yang ditetapkan juga dianggap kurang tegas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab adanya fenomena tersebut dengan menggunakan perspektif Ki Hajar Dewantara sebagai pisau analisisnya. Metode pengumpulan datanya adalah riset pustaka dan melakukan interpretasi terhadap data yang dikumpulkan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kurikulum merdeka hanya fokus pada aspek aktualisasi diri, namun aktualisasi diri yang dimaksud tidak menitikberatkan pada penanaman nilai budaya. Hal ini menurut Ki Hajar Dewantara akan terasing dari budayanya dan justru menjadikan ia tidak lagi disebut manusia yang utuh.\",\"PeriodicalId\":315099,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Literasiologi\",\"volume\":\"98 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-02-03\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Literasiologi\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.47783/literasiologi.v9i2.472\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Literasiologi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.47783/literasiologi.v9i2.472","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Kurikulum Merdeka Perspektif Pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Kurikulum merdeka diawal munculnya mengundang pertentangan. Selain karena Nadiem sebagai menteri pendidikan dianggap tidak memiliki kemampuan yang mumpuni. Beberapa kebijakannya yang ditetapkan juga dianggap kurang tegas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab adanya fenomena tersebut dengan menggunakan perspektif Ki Hajar Dewantara sebagai pisau analisisnya. Metode pengumpulan datanya adalah riset pustaka dan melakukan interpretasi terhadap data yang dikumpulkan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kurikulum merdeka hanya fokus pada aspek aktualisasi diri, namun aktualisasi diri yang dimaksud tidak menitikberatkan pada penanaman nilai budaya. Hal ini menurut Ki Hajar Dewantara akan terasing dari budayanya dan justru menjadikan ia tidak lagi disebut manusia yang utuh.