A. Muhyiddin
{"title":"Pemikiran Teologi Maturidiyyah (Pendekatan Sejarah)","authors":"A. Muhyiddin","doi":"10.34001/jasna.v2i2.3604","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"AbstractThe birth of the major schools of classical theology cannot be separated from the political dynamics that occurred in the early days of the history of Muslims. At specific points, these dynamics then give rise to problems  that  are  at  the  same  time  central issues in the realm of theology. Māturīdiyyah emerged as a response to Mu'tazilah thought but on the other hand, it is also closer to the Mu'tazilah school because it gives  greater  authority  to  reason.  Therefore,  this  study  aims  to  determine  the  theological  thinking  of Maturidiyah. This literature research uses a historical approach with the assumption that the behavior and theological thoughts of an individual and a religious community cannot be explained and understood apart from the ties of influence or the social, political, and cultural factors surrounding them. The results of this study indicate that the emergence of the Māturīdiyyah school was motivated by al-Māturīdī's dissatisfaction with the rationalist (Mu'tazilah) and traditionalist (Hanbaliyyah)methods of kalam, as  well as concerns over  the  widespread  understanding  of  the  Qarāmiṭah  Shi'ism  which  was  heavily  influenced  by  the Mazdakism and Manichaeism schools. The Māturīdiyyah school was heavily influenced by the thoughts of Ab anīfah and the heterogeneous conditions of its society so that its theological thinking was close to the Mu'tazilah. For Al-Māturīdī, there is only one knowledge, namely religious knowledge which is based on two sources, namely as-sam' (tradition) and al-'aql (reason). As for the theory of action, according to al-Māturīdī, the servant's actions (af'āl al-'ibād) if attributed to Allah then mean creation (khalqan wa jādan). However, if the servant's actions (af'āl al-'ibād) are attributed to humans, it means effort (fi'lan wa kasban).Keywords: Thought, Theology, Māturīdiyyah.AbstrakLahirnya mazhab-mazhab besar teologi klasik tidak terlepas dari dinamika politik yang terjadi padamasa-masa  awal  perjalanan  sejarah  umat  Islam.  Pada  titik-titik  tertentu  dinamika  ini  kemudian  melahirkan persoalan-persoalan yang sekaligus merupakan isu-isu sentral dalam ranah teologi. Māturīdiyyah muncul sebagai respon terhadap pemikiran Mu’tazilah namun di sisi lain juga lebih dekat pada mazhab Mu'tazilah karena lebih memberikan otoritas yang besar pada akal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran teologi Maturidiyah. Penelitian kepustakaan ini menggunakan pendekatan sejarah dengan asumsi tingkah laku dan alam pikiran teologis seorang individu dan masyarakat beragama tidak bisa  diterangkan  dan  dimengerti  lepas  dari  ikatan  pengaruh  atau  faktor-faktor  sosial,  politik  dan kebudayaan  yang  mengitarinya.  Hasil  penelitian  ini  menunjukkan bahwa lahirnya aliran Māturīdiyyah dilatarbelakangi  oleh rasa  tidak  puas  al-Māturīdī terhadap metode kalam kaum rasionalis (Mu'tazilah) dan kaum tradisionalis (Hanbaliyyah), serta kekhawatiran atas meluasnya paham Syi’ah Qarāmiṭah yang banyak dipengaruhi oleh aliran Mazdakism dan Manichaenism. Aliran Māturīdiyyah banyak dipengaruhi oleh pemikiran Abū Ḥanīfah serta kondisi masyarakatnya yang heterogen sehingga pemikiran teologisnya dekat dengan Mu'tazilah. Bagi Al-Māturīdī, hanya ada satu pengetahuanyaitu pengetahuan keagamaan yang  didasarkan  atas  dua  sumber  yaitu  as-sam'  (tradisi)  dan  al-’aql  (akal).  Adapun  tentang  teori perbuatan,  menurut  al-Māturīdī, perbuatan hamba (af'āl al-'ibād) jika dinisbatkan kepada Allah maka bermakna peciptaan (khalqan waījādan). Namun jika perbuatan hamba (af'āl al-'ibād) dinisbatkan pada manusia maka bermakna usaha (fi’lan wa kasban).Kata kunci: Pemikiran, Teologi, Māturīdiyyah.","PeriodicalId":415821,"journal":{"name":"JASNA : Journal For Aswaja Studies","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JASNA : Journal For Aswaja Studies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.34001/jasna.v2i2.3604","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

【摘要】古典神学各大流派的诞生,离不开穆斯林历史初期的政治动态。在特定的点上,这些动态会产生一些问题,这些问题同时也是神学领域的核心问题。Māturīdiyyah是对Mu'tazilah思想的回应,但另一方面,它也更接近Mu'tazilah学派,因为它赋予理性更大的权威。因此,本研究旨在确定《玛图里迪亚》的神学思想。本文献研究采用历史方法,假设个人和宗教团体的行为和神学思想不能被解释和理解,如果没有影响的联系或周围的社会、政治和文化因素。本研究的结果表明,Māturīdiyyah学派的出现是由于al-Māturīdī对卡拉姆的理性主义(Mu'tazilah)和传统主义(Hanbaliyyah)方法的不满,以及对受Mazdakism和摩尼教学派严重影响的Qarāmiṭah什叶派的广泛理解的担忧。Māturīdiyyah学派深受阿布·安尼法思想及其社会异质条件的影响,其神学思想与穆太齐拉较为接近。对于Al-Māturīdī来说,只有一种知识,即宗教知识,它基于两个来源,即as-sam'(传统)和al-'aql(理性)。至于行动理论,根据al-Māturīdī,仆人的行动(af'āl al-'ibād)如果归因于真主,那么就意味着创造(khalqan wa jādan)。然而,如果仆人的行为(af'āl al-'ibād)归因于人类,这意味着努力(fi'lan wa kasban)。关键词:思想,神学,Māturīdiyyah【摘要】伊斯兰教是伊斯兰教的重要组成部分,是伊斯兰教的重要组成部分。Pada titik-titik tertentu dinamika ini kemudian melahirkan personalan - personalan yang sekaligus merupakan isu-isu central dalam ranah teologi。Māturīdiyyah muncul sebagai响应terhadap pemikiran Mu'tazilah namun di sisi lain juga lebih dekat pada mazhab Mu'tazilah karena lebih memberikan otoritas yang besar pada akal。Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran technologii Maturidiyah。Penelitian kepustakaan ini menggunakan pendekatan sejarah dengan an asumsi tingka laku dan alam pikiran technology(技术),seorang(个人),danmasyarakat, beragama(技术),biorang(个人),danmasyarakat, beragama(技术),biorang(个人),dandandimengeri(社会,政治),dankebudayaan yang mengitarinya。Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lahirnya aliran Māturīdiyyah dilatarbelakangi oleh rasa tidak puas al-Māturīdī terhadap metode kalam kaum rasionalis (Mu'tazilah) dan kaum tradionalis (Hanbaliyyah), serta kekhawatiran atas meluasnya paham Syi 'ah Qarāmiṭah yang banyak dipengaruhi oleh aliran Mazdakism dan manichaism。Aliran Māturīdiyyah banyak dipengaruhi oleh pemikiran abi Ḥanīfah serta kondisi masyarakatnya yang异质物seingga pemikiran technologinya dekat dengan Mu'tazilah。Bagi Al-Māturīdī, hanya ada satu pengetahuanaitu pengetahuan keagamaan yang didasarkan atas dua number yitu as-sam' (tradisi) dan - aql (akal)。Adapun tentang teori perbuatan, mennuut al-Māturīdī, perbuatan hamba (af'āl al-'ibād) jika dinisbatkan kepada Allah maka bermakna peciptaan (khalqan waījādan)。Namun jika perbuatan hamba ('āl al-'ibād) dinisbatkan pada manusia maka bermakna usaha (fi ' lan wa kasban)。Kata kunci: Pemikiran, Teologi, Māturīdiyyah。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Pemikiran Teologi Maturidiyyah (Pendekatan Sejarah)
AbstractThe birth of the major schools of classical theology cannot be separated from the political dynamics that occurred in the early days of the history of Muslims. At specific points, these dynamics then give rise to problems  that  are  at  the  same  time  central issues in the realm of theology. Māturīdiyyah emerged as a response to Mu'tazilah thought but on the other hand, it is also closer to the Mu'tazilah school because it gives  greater  authority  to  reason.  Therefore,  this  study  aims  to  determine  the  theological  thinking  of Maturidiyah. This literature research uses a historical approach with the assumption that the behavior and theological thoughts of an individual and a religious community cannot be explained and understood apart from the ties of influence or the social, political, and cultural factors surrounding them. The results of this study indicate that the emergence of the Māturīdiyyah school was motivated by al-Māturīdī's dissatisfaction with the rationalist (Mu'tazilah) and traditionalist (Hanbaliyyah)methods of kalam, as  well as concerns over  the  widespread  understanding  of  the  Qarāmiṭah  Shi'ism  which  was  heavily  influenced  by  the Mazdakism and Manichaeism schools. The Māturīdiyyah school was heavily influenced by the thoughts of Ab anīfah and the heterogeneous conditions of its society so that its theological thinking was close to the Mu'tazilah. For Al-Māturīdī, there is only one knowledge, namely religious knowledge which is based on two sources, namely as-sam' (tradition) and al-'aql (reason). As for the theory of action, according to al-Māturīdī, the servant's actions (af'āl al-'ibād) if attributed to Allah then mean creation (khalqan wa jādan). However, if the servant's actions (af'āl al-'ibād) are attributed to humans, it means effort (fi'lan wa kasban).Keywords: Thought, Theology, Māturīdiyyah.AbstrakLahirnya mazhab-mazhab besar teologi klasik tidak terlepas dari dinamika politik yang terjadi padamasa-masa  awal  perjalanan  sejarah  umat  Islam.  Pada  titik-titik  tertentu  dinamika  ini  kemudian  melahirkan persoalan-persoalan yang sekaligus merupakan isu-isu sentral dalam ranah teologi. Māturīdiyyah muncul sebagai respon terhadap pemikiran Mu’tazilah namun di sisi lain juga lebih dekat pada mazhab Mu'tazilah karena lebih memberikan otoritas yang besar pada akal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran teologi Maturidiyah. Penelitian kepustakaan ini menggunakan pendekatan sejarah dengan asumsi tingkah laku dan alam pikiran teologis seorang individu dan masyarakat beragama tidak bisa  diterangkan  dan  dimengerti  lepas  dari  ikatan  pengaruh  atau  faktor-faktor  sosial,  politik  dan kebudayaan  yang  mengitarinya.  Hasil  penelitian  ini  menunjukkan bahwa lahirnya aliran Māturīdiyyah dilatarbelakangi  oleh rasa  tidak  puas  al-Māturīdī terhadap metode kalam kaum rasionalis (Mu'tazilah) dan kaum tradisionalis (Hanbaliyyah), serta kekhawatiran atas meluasnya paham Syi’ah Qarāmiṭah yang banyak dipengaruhi oleh aliran Mazdakism dan Manichaenism. Aliran Māturīdiyyah banyak dipengaruhi oleh pemikiran Abū Ḥanīfah serta kondisi masyarakatnya yang heterogen sehingga pemikiran teologisnya dekat dengan Mu'tazilah. Bagi Al-Māturīdī, hanya ada satu pengetahuanyaitu pengetahuan keagamaan yang  didasarkan  atas  dua  sumber  yaitu  as-sam'  (tradisi)  dan  al-’aql  (akal).  Adapun  tentang  teori perbuatan,  menurut  al-Māturīdī, perbuatan hamba (af'āl al-'ibād) jika dinisbatkan kepada Allah maka bermakna peciptaan (khalqan waījādan). Namun jika perbuatan hamba (af'āl al-'ibād) dinisbatkan pada manusia maka bermakna usaha (fi’lan wa kasban).Kata kunci: Pemikiran, Teologi, Māturīdiyyah.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信