Tulus Tampubolon, G. F. Prisanto, Niken Febrina Ernungtyas, Irwansyah Irwansyah, Sekartaji Anisa Putri
{"title":"立法过程中的剧作家","authors":"Tulus Tampubolon, G. F. Prisanto, Niken Febrina Ernungtyas, Irwansyah Irwansyah, Sekartaji Anisa Putri","doi":"10.20884/1.WK.2019.9.2.1912","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract \nAs a political communicator, members of the DPR RI need to realize good political communication for the sake of the continuation of democracy. The Indonesian Parliament as a political actor that has an important role in the sustainability of democracy needs to manage their political communication from the front stage, back stage, and impression management aspects according to Goffman's theory as well as possible. In this study, it was examined how the political communication of the Indonesian Parliament in revising Law No. 32 of 2002 using the Goffman drama theory. The method used in this research is qualitative research using observation data collection techniques to three groups of the Republic of Indonesia DPR. From this dramaturgical analysis the researchers found that DPR groups had three front stages and one backstage each. Also found was a shadowing stage faced by the DPR in carrying out political communication activities. Political communication behavior carried out at the front stage is more formal and prioritizes the interests of the community. As is the case at the back stage, political communication is more relaxed and personal and group interests emerge. \nKey words: Dramaturgy, Legislative Dramaturgy, Indonesian Parliament Dramaturgy \n \nAbstrak \nSebagai komunikator politik, anggota DPR RI perlu mewujudkan komunikasi politik yang baik demi kelangsungan demokrasi. DPR RI sebagai aktor politik yang memiliki peran penting dalam keberlangsungan demokrasi perlu mengelola komunikasi politik mereka dari aspek front stage, back stage, serta impression management sesuai dengan teori Goffman sebaik mungkin. Dalam penelitian ini diteliti bagaimana komunikasi politik DPR RI dalam melakukan revisi UU No. 32 tahun 2002 dengan menggunakan teori dramatugri Goffman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian kualitatif menggunakan teknik pengumpulan data observasi kepada tiga kelompok DPR RI. Dari analisis dramaturgi ini peneliti menemukan temuan bahwa kelompok-kelompok DPR memiliki masing-masing tiga pangung depan dan satu panggung belakang. Ditemukan juga panggung bayangan yang dihadapi oleh DPR dalam menjalankan kegiatan komunikasi politik. Perilaku komunikasi politik yang dilakukan pada front stage bersifat lebih formal dan mengutamakan kepentingan masyarakat. Lain halnya dengan yang dilakukan pada back stage, komunikasi politik bersifat lebih santai dan muncul kepentingan-kepentingan pribadi maupun kelompok. \nKata kunci: Dramaturgi; Dramaturgi Legislasi; Dramaturgi DPR","PeriodicalId":308637,"journal":{"name":"Widya Komunika","volume":"34 2-3","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-12-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"DRAMATURGI DALAM PROSES LEGISLASI\",\"authors\":\"Tulus Tampubolon, G. F. Prisanto, Niken Febrina Ernungtyas, Irwansyah Irwansyah, Sekartaji Anisa Putri\",\"doi\":\"10.20884/1.WK.2019.9.2.1912\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstract \\nAs a political communicator, members of the DPR RI need to realize good political communication for the sake of the continuation of democracy. The Indonesian Parliament as a political actor that has an important role in the sustainability of democracy needs to manage their political communication from the front stage, back stage, and impression management aspects according to Goffman's theory as well as possible. In this study, it was examined how the political communication of the Indonesian Parliament in revising Law No. 32 of 2002 using the Goffman drama theory. The method used in this research is qualitative research using observation data collection techniques to three groups of the Republic of Indonesia DPR. From this dramaturgical analysis the researchers found that DPR groups had three front stages and one backstage each. Also found was a shadowing stage faced by the DPR in carrying out political communication activities. Political communication behavior carried out at the front stage is more formal and prioritizes the interests of the community. As is the case at the back stage, political communication is more relaxed and personal and group interests emerge. \\nKey words: Dramaturgy, Legislative Dramaturgy, Indonesian Parliament Dramaturgy \\n \\nAbstrak \\nSebagai komunikator politik, anggota DPR RI perlu mewujudkan komunikasi politik yang baik demi kelangsungan demokrasi. DPR RI sebagai aktor politik yang memiliki peran penting dalam keberlangsungan demokrasi perlu mengelola komunikasi politik mereka dari aspek front stage, back stage, serta impression management sesuai dengan teori Goffman sebaik mungkin. Dalam penelitian ini diteliti bagaimana komunikasi politik DPR RI dalam melakukan revisi UU No. 32 tahun 2002 dengan menggunakan teori dramatugri Goffman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian kualitatif menggunakan teknik pengumpulan data observasi kepada tiga kelompok DPR RI. Dari analisis dramaturgi ini peneliti menemukan temuan bahwa kelompok-kelompok DPR memiliki masing-masing tiga pangung depan dan satu panggung belakang. Ditemukan juga panggung bayangan yang dihadapi oleh DPR dalam menjalankan kegiatan komunikasi politik. Perilaku komunikasi politik yang dilakukan pada front stage bersifat lebih formal dan mengutamakan kepentingan masyarakat. Lain halnya dengan yang dilakukan pada back stage, komunikasi politik bersifat lebih santai dan muncul kepentingan-kepentingan pribadi maupun kelompok. \\nKata kunci: Dramaturgi; Dramaturgi Legislasi; Dramaturgi DPR\",\"PeriodicalId\":308637,\"journal\":{\"name\":\"Widya Komunika\",\"volume\":\"34 2-3\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2019-12-25\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Widya Komunika\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.20884/1.WK.2019.9.2.1912\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Widya Komunika","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20884/1.WK.2019.9.2.1912","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
民建联成员作为政治传播者,为了民主的延续,需要实现良好的政治传播。印尼议会作为一个政治行动者,在民主的可持续性中发挥着重要作用,需要根据戈夫曼的理论,尽可能地从前台、后台和印象管理方面管理他们的政治沟通。本研究运用Goffman戏剧理论,考察了印尼议会在修订2002年第32号法律时的政治沟通。本研究采用的方法是定性研究,利用观测数据收集技术对印度尼西亚共和国DPR的三组进行研究。从这个戏剧分析中,研究人员发现DPR组有三个前台和一个后台。在前台进行的政治传播行为更为正式,以社区利益为重。就像在后台一样,政治沟通更加轻松,个人和群体的利益出现了。关键词:戏剧,立法戏剧,印尼议会戏剧摘要:印尼共产党政治,印尼人民民主共和国,印尼共产党政治,印尼民主杨DPR RI sebagai aktor政治memiliki peran囚禁dalam keberlangsungan demokrasi perlu mengelola mereka komunikasi政治达里语aspek前阶段,阶段,舒达印象管理sesuai dengan teori·高夫曼sebaik mungkin。Dalam penelitian ini diteliti bagaimana komunikasi polik DPR RI Dalam melakukan修订UU第32号,2002年12月,登干menggunakan teatugri Goffman。云南龙柏克,云南龙柏克,云南龙柏克,云南龙柏克,云南龙柏克,云南龙柏克,云南龙柏克。达里分析戏剧是在peneliti menemukan temuman bahwa kelompok-kelompok - DPR memiliki masing-masing tiga pangung depan dan satu panggong belakang。我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。日本共产党的政治人物杨·迪拉坎·帕达达的前舞台是正式的,但孟古塔马坎保持着和masyarakat的关系。兰·哈尼亚·登甘·杨·迪拉库坎·帕达后台,共青团政治委员会主席利比·桑泰·丹·穆潘·克伦波。Kata kunci;Dramaturgi Legislasi;Dramaturgi DPR
Abstract
As a political communicator, members of the DPR RI need to realize good political communication for the sake of the continuation of democracy. The Indonesian Parliament as a political actor that has an important role in the sustainability of democracy needs to manage their political communication from the front stage, back stage, and impression management aspects according to Goffman's theory as well as possible. In this study, it was examined how the political communication of the Indonesian Parliament in revising Law No. 32 of 2002 using the Goffman drama theory. The method used in this research is qualitative research using observation data collection techniques to three groups of the Republic of Indonesia DPR. From this dramaturgical analysis the researchers found that DPR groups had three front stages and one backstage each. Also found was a shadowing stage faced by the DPR in carrying out political communication activities. Political communication behavior carried out at the front stage is more formal and prioritizes the interests of the community. As is the case at the back stage, political communication is more relaxed and personal and group interests emerge.
Key words: Dramaturgy, Legislative Dramaturgy, Indonesian Parliament Dramaturgy
Abstrak
Sebagai komunikator politik, anggota DPR RI perlu mewujudkan komunikasi politik yang baik demi kelangsungan demokrasi. DPR RI sebagai aktor politik yang memiliki peran penting dalam keberlangsungan demokrasi perlu mengelola komunikasi politik mereka dari aspek front stage, back stage, serta impression management sesuai dengan teori Goffman sebaik mungkin. Dalam penelitian ini diteliti bagaimana komunikasi politik DPR RI dalam melakukan revisi UU No. 32 tahun 2002 dengan menggunakan teori dramatugri Goffman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian kualitatif menggunakan teknik pengumpulan data observasi kepada tiga kelompok DPR RI. Dari analisis dramaturgi ini peneliti menemukan temuan bahwa kelompok-kelompok DPR memiliki masing-masing tiga pangung depan dan satu panggung belakang. Ditemukan juga panggung bayangan yang dihadapi oleh DPR dalam menjalankan kegiatan komunikasi politik. Perilaku komunikasi politik yang dilakukan pada front stage bersifat lebih formal dan mengutamakan kepentingan masyarakat. Lain halnya dengan yang dilakukan pada back stage, komunikasi politik bersifat lebih santai dan muncul kepentingan-kepentingan pribadi maupun kelompok.
Kata kunci: Dramaturgi; Dramaturgi Legislasi; Dramaturgi DPR