{"title":"Penekanan Penularan Bean Common Mosaic Virus oleh Efek Penghambat Makan Kitosan Terhadap Aphis craccivora Koch. (Bean Common Mosaic Virus Transmission Inhibition by Antifeedant Chitosan Against Aphis craccivora Koch.)","authors":"Dita Megasari, T. A. Damayanti, S. Santoso","doi":"10.21082/JHORT.V29N2.2019.P209-218","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Bean common mosaic virus (BCMV) merupakan virus penting pada kacang panjang di Indonesia. Salah satu cara untuk mengendalikan BCMV adalah dengan penggunaan kitosan. Pada penelitian sebelumnya, kitosan komersial dengan konsentrasi 0,9% dilaporkan mampu menekan infeksi BCMV yang ditularkan oleh Aphis craccivora dengan mekanisme yang belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mekanisme kitosan dalam menekan transmisi BCMV yang ditularkan oleh A. craccivora. Kitosan yang diuji yaitu kitosan murni dengan konsentrasi 0,1%–1,1% dan kitosan komersial konsentrasi 0,9% sebagai pembanding. Kitosan diaplikasikan dengan cara penyemprotan daun dengan volume 3 ml/tanaman pada hari sebelum penularan BCMV menggunakan tiga ekor kutudaun yang mengandung virus. Peubah yang diamati, yaitu periode inkubasi, insidensi penyakit, keparahan penyakit, akumulasi virus pada tanaman dan kutudaun, serta deteksi gen CP BCMV, PR1, dan PR3 dengan RT-PCR. Secara umum perlakuan kitosan mampu menekan transmisi BCMV oleh A. craccivora. Periode inkubasi tanaman perlakuan berkisar antara 7–9 hari. Perlakuan kitosan murni menekan insidensi dan keparahan penyakit antara 40%–80% dan 35,71%–78,57% tergantung konsentrasi kitosan. Kitosan komersial menghambat insidensi dan keparahan penyakit sampai 100%. Perlakuan kitosan pada konsentrasi 0,9% baik kitosan murni maupun komersial menunjukkan akumulasi BCMV yang lebih rendah dibandingkan kontrol tanpa perlakuan, yaitu pada kitosan komersial 0,9% memiliki nilai absorbansi ELISA (NAE) sebesar 0,26 ± 0,29 dan pada kitosan murni 0,9% memiliki NAE sebesar 1,15 ± 1,69, sedangkan kontrol tanpa perlakuan memiliki NAE sebesar 3,13 ± 0,17. BCMV positif terdeteksi pada kutudaun menunjukkan bahwa kutudaun tidak makan inokulasi pada tanaman perlakuan. Amplifikasi gen CP BCMV dengan RT-PCR menunjukkan positif teramplifikasi pada semua perlakuan kitosan kecuali perlakuan kitosan komersial. Gen PR1 tidak teramplifikasi, sedangkan gen PR3 teramplifikasi pada semua perlakuan. Akumulasi PR3 tertinggi terdapat pada perlakuan 0,5% dan 0,7% dibandingkan dengan perlakuan lain dan kontrol. Berdasarkan hasil tersebut, perlakuan kitosan lebih berperan sebagai penghambat makan kutudaun daripada sebagai penginduksi ketahanan tanaman.KeywordsBCMV; Kutu daun; Pathogenesis-related protein; PCR; Vigna sinensis L.AbstractBean common mosaic virus (BCMV) is an important virus on beans in Indonesia. One of methods to control BCMV is by chitosan. The previous report showed that commercial chitosan was able to suppress BCMV infection transmitted by Aphis craccivora with an unknown mechanism. This study aimed to examine the mechanism of chitosan in suppressing the transmission of BCMV by A. craccivora. Chitosan used in this research is a pure chitosan with a concentration of 0.1%–1.1% and 0.9% of commercial chitosan as a comparison. Chitosan is applied by spraying the leaves at one day before the transmission of BCMV. BCMV transmitted by using three viruliferous aphids. The incubation period of virus, disease incidence, and severity, virus accumulation in plants and aphids by ELISA were observed, BCMV CP, PR1, and PR3 genes was detected by RT-PCR. In general, chitosan treatments suppressed the transmission of BCMV by A. craccivora. The incubation period ranges from 7–9 days. The pure chitosan treatments suppressed the disease incidence and severity ranged from 40%–80% and 35.71%–78.57%, respectively depends on concentration of chitosan. The commercial chitosan inhibited disease incidence and severity up to 100%. The treated plants at concentration 0.9% either pure or commercial chitosan showed accumulation of BCMV significantly lower in compared with untreated control plants, i.e. 0.9% in commercial chitosan had ELISA absorbance value (NAE) of 0.26 ± 0.29 and pure chitosan 0.9% had NAE of 1.15 ± 1.69 while the untreated control had an NAE of 3.13 ± 0.17. Further, BCMV were detected aphids which feed on treated plants during inoculation feeding period, indicating virus left over on aphids. Amplification of BCMV CP gene by RT-PCR showed positively amplified by all treatments except commercial chitosan treatment. PR1 gene are not amplified, whereas PR3 gene amplified in all the treatments, but the accumulation higher on treated plants at concentration 0.5% and 0.7% in compare with other treatments. Based on those results, chitosan treatment suppress the BCMV transmission by aphids due to the role of chitosan as anti-feedant which hampered aphids transmit the virus during inoculation feeding period rather than as resistance inducer.","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"5 40","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-06-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Hortikultura","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21082/JHORT.V29N2.2019.P209-218","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
普通的mosaic病毒(BCMV)是印尼长坚果中的一种重要病毒。控制BCMV的一个方法是使用kitosan。据报道,在之前的研究中,具有0.9%浓度的商业kitosan被用来抑制由Aphis craccivora通过一种未知的机制传播的BCMV感染。本研究旨在研究由杂食动物传播的BCMV传输抑制的kitosan机制。测试Kitosan的是0.1%浓度的纯Kitosan——1.1%浓度的商业Kitosan浓度为0.9%的比较。在感染BCMV的前一天,Kitosan使用了三株带有病毒的刺。观察到的突变期包括潜伏期、疾病晚期、疾病严重程度、植物和蚜虫上的病毒积累,以及带有RT-PCR的CP、PR1和PR3基因检测。一般来说,kitosan治疗可以由一个甲壳动物抑制BCMV传输。治疗植物的潜伏期从7 - 9天不等。纯kitosan治疗抑制了40% - 80%到35.71% - 78.57%取决于kitosan浓度。商业Kitosan将疾病的发病率和发病率降到100%。浓度0.9%无论是纯kitosan kitosan待遇低于控制的商业展示BCMV积累没有治疗,即在商业kitosan 0.9% absorbansi以利沙(NAE)价值高达ketebalan 0,26±0,29和纯粹的kitosan 0.9%有NAE高达1.15±1.69大小的控制,而没有待遇NAE 3.13±0,17。在蚜虫上检测到阳性BCMV表明蚜虫不吃治疗植物的接种。除了商业kitosan外,BCMV基因放大对所有kitosan治疗都进行了积极的放大。基因PR1不teramplifikasi,而基因PR3 teramplifikasi所有的待遇。最高PR3在于积累。5%和0.7%,与其他待遇相比待遇和控制。根据这些结果,kitosan待遇比自己扮演吃kutudaun抑制剂作为penginduksi耐力植物。KeywordsBCMV;蚜虫;Pathogenesis-related蛋白质;PCR;维尼亚sinensis L . AbstractBean常见的马赛克(BCMV病毒)是一个重要的病毒在豆子在印度尼西亚。一号的方法去控制BCMV是由chitosan。previous报告那里的商业chitosan was able to suppress BCMV感染transmitted由Aphis craccivora与未知的机制。这个机制》study aimed to examine chitosan传输》在suppressing craccivora BCMV by A。Chitosan过去在这个研究是一个纯Chitosan with a双臀的0。1%——1 . 1%和0。9%的美国商业Chitosan a不那么可怜。Chitosan是应用由spraying树叶在之前一天BCMV之传输。用三个viruliferous BCMV transmitted by aphids。病毒、疾病incidence之incubation期severity, accumulation病毒在植物和aphids由以利沙是observed, BCMV CP, PR1和PR3 RT-PCR偏genes was detected。在将军,chitosan treatments suppressed craccivora BCMV by A之传输。《incubation期ranges从7—9天。纯种性治疗支持这种疾病,从40%到80%到35.71%到78.57%,出于对基特山精神集中的尊重。商业精神抑制疾病百分之百。《枉植物at双臀0。9%要么纯商业chitosan那里accumulation of BCMV significantly in compared with untreated控制植物下城,神盾局0。9%在商业chitosan有以利沙的absorbance价值(NAE) 0。26 29和pure chitosan 0±0。9%有NAE 15±1 of 1。69 untreated控制有an NAE》当3。13 17±0。在进一步的发展中,BCMV发现了在接种期疫苗、附病毒留在aphids上的喂养植物的应用程序。由RT-PCR公司生产的BCMV CP的扩频由除商业chitosan treatment外的所有试验都进行了积极的放大。PR1的基因并不是在所有的治疗中放大的,而是PR3的基因在所有的试验中放大的,但是在融合的环境中,对半分和其他治疗的比率更高。基于这些结果,chitosan treatment suppress BCMV transmission
Penekanan Penularan Bean Common Mosaic Virus oleh Efek Penghambat Makan Kitosan Terhadap Aphis craccivora Koch. (Bean Common Mosaic Virus Transmission Inhibition by Antifeedant Chitosan Against Aphis craccivora Koch.)
Bean common mosaic virus (BCMV) merupakan virus penting pada kacang panjang di Indonesia. Salah satu cara untuk mengendalikan BCMV adalah dengan penggunaan kitosan. Pada penelitian sebelumnya, kitosan komersial dengan konsentrasi 0,9% dilaporkan mampu menekan infeksi BCMV yang ditularkan oleh Aphis craccivora dengan mekanisme yang belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mekanisme kitosan dalam menekan transmisi BCMV yang ditularkan oleh A. craccivora. Kitosan yang diuji yaitu kitosan murni dengan konsentrasi 0,1%–1,1% dan kitosan komersial konsentrasi 0,9% sebagai pembanding. Kitosan diaplikasikan dengan cara penyemprotan daun dengan volume 3 ml/tanaman pada hari sebelum penularan BCMV menggunakan tiga ekor kutudaun yang mengandung virus. Peubah yang diamati, yaitu periode inkubasi, insidensi penyakit, keparahan penyakit, akumulasi virus pada tanaman dan kutudaun, serta deteksi gen CP BCMV, PR1, dan PR3 dengan RT-PCR. Secara umum perlakuan kitosan mampu menekan transmisi BCMV oleh A. craccivora. Periode inkubasi tanaman perlakuan berkisar antara 7–9 hari. Perlakuan kitosan murni menekan insidensi dan keparahan penyakit antara 40%–80% dan 35,71%–78,57% tergantung konsentrasi kitosan. Kitosan komersial menghambat insidensi dan keparahan penyakit sampai 100%. Perlakuan kitosan pada konsentrasi 0,9% baik kitosan murni maupun komersial menunjukkan akumulasi BCMV yang lebih rendah dibandingkan kontrol tanpa perlakuan, yaitu pada kitosan komersial 0,9% memiliki nilai absorbansi ELISA (NAE) sebesar 0,26 ± 0,29 dan pada kitosan murni 0,9% memiliki NAE sebesar 1,15 ± 1,69, sedangkan kontrol tanpa perlakuan memiliki NAE sebesar 3,13 ± 0,17. BCMV positif terdeteksi pada kutudaun menunjukkan bahwa kutudaun tidak makan inokulasi pada tanaman perlakuan. Amplifikasi gen CP BCMV dengan RT-PCR menunjukkan positif teramplifikasi pada semua perlakuan kitosan kecuali perlakuan kitosan komersial. Gen PR1 tidak teramplifikasi, sedangkan gen PR3 teramplifikasi pada semua perlakuan. Akumulasi PR3 tertinggi terdapat pada perlakuan 0,5% dan 0,7% dibandingkan dengan perlakuan lain dan kontrol. Berdasarkan hasil tersebut, perlakuan kitosan lebih berperan sebagai penghambat makan kutudaun daripada sebagai penginduksi ketahanan tanaman.KeywordsBCMV; Kutu daun; Pathogenesis-related protein; PCR; Vigna sinensis L.AbstractBean common mosaic virus (BCMV) is an important virus on beans in Indonesia. One of methods to control BCMV is by chitosan. The previous report showed that commercial chitosan was able to suppress BCMV infection transmitted by Aphis craccivora with an unknown mechanism. This study aimed to examine the mechanism of chitosan in suppressing the transmission of BCMV by A. craccivora. Chitosan used in this research is a pure chitosan with a concentration of 0.1%–1.1% and 0.9% of commercial chitosan as a comparison. Chitosan is applied by spraying the leaves at one day before the transmission of BCMV. BCMV transmitted by using three viruliferous aphids. The incubation period of virus, disease incidence, and severity, virus accumulation in plants and aphids by ELISA were observed, BCMV CP, PR1, and PR3 genes was detected by RT-PCR. In general, chitosan treatments suppressed the transmission of BCMV by A. craccivora. The incubation period ranges from 7–9 days. The pure chitosan treatments suppressed the disease incidence and severity ranged from 40%–80% and 35.71%–78.57%, respectively depends on concentration of chitosan. The commercial chitosan inhibited disease incidence and severity up to 100%. The treated plants at concentration 0.9% either pure or commercial chitosan showed accumulation of BCMV significantly lower in compared with untreated control plants, i.e. 0.9% in commercial chitosan had ELISA absorbance value (NAE) of 0.26 ± 0.29 and pure chitosan 0.9% had NAE of 1.15 ± 1.69 while the untreated control had an NAE of 3.13 ± 0.17. Further, BCMV were detected aphids which feed on treated plants during inoculation feeding period, indicating virus left over on aphids. Amplification of BCMV CP gene by RT-PCR showed positively amplified by all treatments except commercial chitosan treatment. PR1 gene are not amplified, whereas PR3 gene amplified in all the treatments, but the accumulation higher on treated plants at concentration 0.5% and 0.7% in compare with other treatments. Based on those results, chitosan treatment suppress the BCMV transmission by aphids due to the role of chitosan as anti-feedant which hampered aphids transmit the virus during inoculation feeding period rather than as resistance inducer.