{"title":"ZAPIN音乐审美作为PEKANBARU的流行文化","authors":"A. Nafis, Rosta Minawati, Ediwar Ediwar","doi":"10.26887/bcdk.v2i2.46","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":" ABSTRAK Musik Zapin di Kota Pekanbaru sebagai budaya populer merupakan fenomena pergeseran konsep, bentuk, fungsi, estetika dan makna bagi masyarakat pendukungnya. Pendekonstruksian pola-pola tertentu (tradisi) kepada keseragaman, standarisasi, pencitraan, kapitalisme, kreatifitas dan inovasi seniman. Secara praktis hal tersebut sebagai bentuk kreativitas dan inovasi seniman dalam berkarya, baik kaitan pengembangan ataupun pelestarian seni budaya Melayu. Musik Zapin sebagai budaya populer memiliki estetika posmodern, di antaranya: Parodi, pastiche, parodi, kitsch, camp, dan skizofrenia. Pertunjukan musik Zapin mengalami pergeseran nilai-nilai keteradisiannya (konsep estetika tradisi) ke estetika modern bahkan posmodern. Pergeseran tersebut oleh karena perubahan sosial masyarakat Kota Pekanbaru. Keterbukaan dan homogenitasan, baik etnis dan budaya menciptakaan keterbukaan ruang bagi pertunjukan musik Zapin untuk beradaptasi dengan ruang dan kebutuhan masyarakatnya. Oleh sebab itu, pertunjukan musik Zapin sebagai budaya populer (estetika profan). Kata Kunci: Komodifikasi, Budaya Populer, Musik Zapin, dan Kota Pekanbaru ABSTRACT Music Zapin in Pekanbaru as popular culture is a phenomenon of shifting concept, form, function, aesthetics and meaning to community supporters. Pendekonstruksian certain patterns (traditions to uniformity, standardization, imaging, capitalism, creativity and innovation of artists. Practically it is a form of creativity and innovation in the work of artists, both regard the development or preservation of Malay culture and art. Zapin music as popular culture has a postmodern aesthetic, including: parody, pastiche, parody, kitsch, camp, and schizophrenia. Zapin music performances shifting values keteradisiannya (traditional aesthetic concept ) to the modern aesthetic and even postmodern. The shift is due to social change Pekanbaru. Openness and homogenitasan, both ethnic and cultural openness menciptakaan Zapin space for musical performances to adapt to the space and the needs of society. Therefore, musical performances Zapin as popular culture (aesthetic profane). Keywords: Commodification, Popular Culture, Music Zapin, and the city of Pekanbaru","PeriodicalId":142581,"journal":{"name":"Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2017-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"ESTETIKA MUSIK ZAPIN SEBAGAI BUDAYA POPULER DI PEKANBARU\",\"authors\":\"A. Nafis, Rosta Minawati, Ediwar Ediwar\",\"doi\":\"10.26887/bcdk.v2i2.46\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\" ABSTRAK Musik Zapin di Kota Pekanbaru sebagai budaya populer merupakan fenomena pergeseran konsep, bentuk, fungsi, estetika dan makna bagi masyarakat pendukungnya. Pendekonstruksian pola-pola tertentu (tradisi) kepada keseragaman, standarisasi, pencitraan, kapitalisme, kreatifitas dan inovasi seniman. Secara praktis hal tersebut sebagai bentuk kreativitas dan inovasi seniman dalam berkarya, baik kaitan pengembangan ataupun pelestarian seni budaya Melayu. Musik Zapin sebagai budaya populer memiliki estetika posmodern, di antaranya: Parodi, pastiche, parodi, kitsch, camp, dan skizofrenia. Pertunjukan musik Zapin mengalami pergeseran nilai-nilai keteradisiannya (konsep estetika tradisi) ke estetika modern bahkan posmodern. Pergeseran tersebut oleh karena perubahan sosial masyarakat Kota Pekanbaru. Keterbukaan dan homogenitasan, baik etnis dan budaya menciptakaan keterbukaan ruang bagi pertunjukan musik Zapin untuk beradaptasi dengan ruang dan kebutuhan masyarakatnya. Oleh sebab itu, pertunjukan musik Zapin sebagai budaya populer (estetika profan). Kata Kunci: Komodifikasi, Budaya Populer, Musik Zapin, dan Kota Pekanbaru ABSTRACT Music Zapin in Pekanbaru as popular culture is a phenomenon of shifting concept, form, function, aesthetics and meaning to community supporters. Pendekonstruksian certain patterns (traditions to uniformity, standardization, imaging, capitalism, creativity and innovation of artists. Practically it is a form of creativity and innovation in the work of artists, both regard the development or preservation of Malay culture and art. Zapin music as popular culture has a postmodern aesthetic, including: parody, pastiche, parody, kitsch, camp, and schizophrenia. Zapin music performances shifting values keteradisiannya (traditional aesthetic concept ) to the modern aesthetic and even postmodern. The shift is due to social change Pekanbaru. Openness and homogenitasan, both ethnic and cultural openness menciptakaan Zapin space for musical performances to adapt to the space and the needs of society. Therefore, musical performances Zapin as popular culture (aesthetic profane). Keywords: Commodification, Popular Culture, Music Zapin, and the city of Pekanbaru\",\"PeriodicalId\":142581,\"journal\":{\"name\":\"Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni\",\"volume\":\"13 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2017-07-27\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.26887/bcdk.v2i2.46\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.26887/bcdk.v2i2.46","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
在北干巴鲁,创作音乐作为一种流行文化的抽象现象,是概念、形式、功能、审美和支持社会的意义的转变。将某些模式(传统)用于相同、标准化、成像、资本主义、创造力和艺术家创新。它实际上是艺术家创作和创新的一种形式,无论是发展还是保存马来文化艺术。Zapin音乐作为一种流行文化具有现代性美学,其中包括恶搞、仿制品、恶搞、kitsch、camp和精神分裂症。Zapin音乐表演将其可接受的价值(传统的审美概念)转变为现代审美,甚至是现代性。这种转变是由于北干巴鲁市的社会变革。开放和同质化,种族和文化都为Zapin音乐表演创造了空间,以适应其人民的空间和需求。因此,Zapin音乐表演作为一种流行文化。关键词::犯罪,流行文化,音乐速记,以及新北京音乐速记,在流行文化文化中,新北京音乐速记是一种现象,其变化概念,形式,功能,aesthetics和社区支持的意义。彭构造确定模式的传统。实际上,这是一种形式的创造力和创新的艺术作品,同时也请考虑马来文化文化的发展和保护。美国流行音乐文化Zapin music has后现代主义aesttic including: parody, pastiche, parody, kitsch, camp和精神分裂症。音乐表演改变了现代的aesthetic和后现代的先入之见。这种变化发生在社会上。开放和均质,文化和文化都是为了音乐表演才创造出空间。因此,音乐表演作为流行文化。重点:商品文化、流行文化、音乐Zapin和新Pekanbaru城市
ESTETIKA MUSIK ZAPIN SEBAGAI BUDAYA POPULER DI PEKANBARU
ABSTRAK Musik Zapin di Kota Pekanbaru sebagai budaya populer merupakan fenomena pergeseran konsep, bentuk, fungsi, estetika dan makna bagi masyarakat pendukungnya. Pendekonstruksian pola-pola tertentu (tradisi) kepada keseragaman, standarisasi, pencitraan, kapitalisme, kreatifitas dan inovasi seniman. Secara praktis hal tersebut sebagai bentuk kreativitas dan inovasi seniman dalam berkarya, baik kaitan pengembangan ataupun pelestarian seni budaya Melayu. Musik Zapin sebagai budaya populer memiliki estetika posmodern, di antaranya: Parodi, pastiche, parodi, kitsch, camp, dan skizofrenia. Pertunjukan musik Zapin mengalami pergeseran nilai-nilai keteradisiannya (konsep estetika tradisi) ke estetika modern bahkan posmodern. Pergeseran tersebut oleh karena perubahan sosial masyarakat Kota Pekanbaru. Keterbukaan dan homogenitasan, baik etnis dan budaya menciptakaan keterbukaan ruang bagi pertunjukan musik Zapin untuk beradaptasi dengan ruang dan kebutuhan masyarakatnya. Oleh sebab itu, pertunjukan musik Zapin sebagai budaya populer (estetika profan). Kata Kunci: Komodifikasi, Budaya Populer, Musik Zapin, dan Kota Pekanbaru ABSTRACT Music Zapin in Pekanbaru as popular culture is a phenomenon of shifting concept, form, function, aesthetics and meaning to community supporters. Pendekonstruksian certain patterns (traditions to uniformity, standardization, imaging, capitalism, creativity and innovation of artists. Practically it is a form of creativity and innovation in the work of artists, both regard the development or preservation of Malay culture and art. Zapin music as popular culture has a postmodern aesthetic, including: parody, pastiche, parody, kitsch, camp, and schizophrenia. Zapin music performances shifting values keteradisiannya (traditional aesthetic concept ) to the modern aesthetic and even postmodern. The shift is due to social change Pekanbaru. Openness and homogenitasan, both ethnic and cultural openness menciptakaan Zapin space for musical performances to adapt to the space and the needs of society. Therefore, musical performances Zapin as popular culture (aesthetic profane). Keywords: Commodification, Popular Culture, Music Zapin, and the city of Pekanbaru