{"title":"DOKTRIN KULTURAL POLITIK NU","authors":"Ahmad Zainuri","doi":"10.15575/al-tsaqafa.v18i2.15075","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"ABSTRAKNU adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Dalam perjuangannya, NU memiliki banyak hal yang ditawarkan, mulai dari pendidikan, sosial, politik, ekonomi dan lain-lain. Ketertarikan NU untuk berkiprah di kancah politik dimulai sejak perjuangan dengan kedatangan Jepang. Resolusi Jihad dikeluarkan untuk melawan segala bentuk penjajahan dan bentuk bela kemerdekaan bangsa Indonesia. Kerja politik dimulai dari MIAI, GAPI dengan mendelegasikan aktivis muda NU untuk berpartisipasi dalam dunia politik, tak lain Masyumi, Partai Nahdlatul Ulama dan perjuangan politik yang kembali pada khittah 1926. Doktrin politik NU bertumpu pada khasanah keilmuan fiqh yang menjadi landasan ratu ilmu di dunia Islam dan pesantren. Keberadaan NU sebagai organisasi Islam mengalami seuah keharusan dalam memberikan partisipasinya untuk ruang politik, dengan beberapa doktrinal-doktrinal keagamaan yang dianutnya. Namun, tujuan akhir daripada NU dalam gelanggang politik dan sekembalinya ke khittah 1926 bahwa doktrin NU dalam keagamaan dan kebangsaan ialah tujuan utama untuk kemaslahatan umat dan bangsa. Penulis menggunakan metodologi sejarah sebagai pendekatan sekaligus metode untuk mendekati objek kajian yang terkait erat dengan hubungan politik dan sosial-kemasyarakatan maupun keumatan. Agar bisa disimpulkan bahwa doktrin NU yang kental dengan fiqh siyasah, akan tetapi dalam perwujudannya bisa bergerak dalam beberapa sudut pandang banyak arah. Politik sebagai jalan untuk melawan penjajah, sehingga keikutsertaan dalam praktis politik ialah dorongan keadaan dan semua terumuskan untuk kembali pada politik perjuangan awal dari NU 1926, politik kebangsaan atau politik kultural.ABSTRACTNU is the largest Islamic organization in Indonesia. In its struggle, NU has many things to offer, ranging from education, social, political, economic and others. NU's interest in taking part in politics began with the struggle with the arrival of Japan. The Jihad Resolution was issued against all forms of colonialism and forms of defense of the Indonesian nation's independence. Political work started from MIAI, GAPI by delegating young NU activists to participate in the political world, none other than Masyumi, the Nahdlatul Ulama Party and political struggles that returned to the 1926 khittah. NU's political doctrine rests on the scientific knowledge of fiqh which is the foundation of the queen of knowledge in the Islamic world. and Islamic boarding schools. The existence of NU as an Islamic organization experiences a necessity in giving its participation in the political space, with several religious doctrines it adheres to. However, the final goal of NU was in the political arena and upon its return to the 1926 khittah that the NU doctrine in religion and nationality was the main goal for the benefit of the people and the nation. The author uses historical methodology as an approach as well as a method to approach the object of study which is closely related to political and social-social and public relations. So that it can be concluded that the NU doctrine is thick with fiqh siyasah, but in its manifestation it can move in several points of view in many directions. Politics as a way to fight against the colonialists, so that participation in political practice was a driving force for the situation and everything was formulated to return to the politics of the initial struggle of NU 1926, national politics or cultural politics.","PeriodicalId":119438,"journal":{"name":"Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15575/al-tsaqafa.v18i2.15075","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
抽象是印尼最大的伊斯兰组织。在她的斗争中,NU提供了很多东西,从教育、社会、政治、经济和其他方面。自从日本人到来以来,你对政治地位的迷恋就一直在酝酿。通过圣战决议,反对任何形式的殖民和自由形式的印尼人。从MIAI开始,GAPI授权年轻的NU活动人士参与政治世界,只有mayumi、Nahdlatul神职人员和1926年khittah回归的政治斗争。NU的政治教义建立在fiqh科学家的基础上,fiqh是伊斯兰世界科学和秩序的基石。作为一个伊斯兰组织,NU的存在在为政治空间提供参与者方面发挥了必要的作用,并灌输一些宗教教义。然而,努在政治舞台上的最终目标,并返回基塔1926年,宗教和民族的努教义是人民和国家福祉的主要目标。作者使用历史方法论作为一种方法和方法来接近政治、社会社会或社会关系相关的对象。因此,我们可以推断出NU的粘性教义带有fiqh siyasah,但在它的显现中,它可以在多个方向上移动。政治是对抗侵略者的一种手段,因此,环境的鼓励和所有人都在1926年的开始政治斗争,民族或文化政治。摘要是印尼最大的伊斯兰组织。在她的struggle中,你有很多事情要做,包括教育、社会、政治、经济和其他人。政治上的兴趣始于与日本的到来的争吵。圣战决心被挑战了印尼独立的所有殖民者和防御措施。从MIAI开始,由delegating young的愤怒参与到政治世界,只有Masyumi, Nahdlatul教士的聚会和政治煽动回到1926年khittah。伊斯兰世界知识女王的基础是政治知识的科学知识。还有伊斯兰寄宿学校。作为一个伊斯兰组织的存在,存在于政治空间的存在中是必要的随着1926年的政治和民族冲突,NU的最终目标进入了政治领域。author ' s history methology as well com伙伴as The method as com伙伴as The object of students与政治、社会和公共关系密切相关因此,它可以确定,在它的宣言中,它可以在多个方向的某些观点中移动。1926年,民族政治或文化政治的民族政治
ABSTRAKNU adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Dalam perjuangannya, NU memiliki banyak hal yang ditawarkan, mulai dari pendidikan, sosial, politik, ekonomi dan lain-lain. Ketertarikan NU untuk berkiprah di kancah politik dimulai sejak perjuangan dengan kedatangan Jepang. Resolusi Jihad dikeluarkan untuk melawan segala bentuk penjajahan dan bentuk bela kemerdekaan bangsa Indonesia. Kerja politik dimulai dari MIAI, GAPI dengan mendelegasikan aktivis muda NU untuk berpartisipasi dalam dunia politik, tak lain Masyumi, Partai Nahdlatul Ulama dan perjuangan politik yang kembali pada khittah 1926. Doktrin politik NU bertumpu pada khasanah keilmuan fiqh yang menjadi landasan ratu ilmu di dunia Islam dan pesantren. Keberadaan NU sebagai organisasi Islam mengalami seuah keharusan dalam memberikan partisipasinya untuk ruang politik, dengan beberapa doktrinal-doktrinal keagamaan yang dianutnya. Namun, tujuan akhir daripada NU dalam gelanggang politik dan sekembalinya ke khittah 1926 bahwa doktrin NU dalam keagamaan dan kebangsaan ialah tujuan utama untuk kemaslahatan umat dan bangsa. Penulis menggunakan metodologi sejarah sebagai pendekatan sekaligus metode untuk mendekati objek kajian yang terkait erat dengan hubungan politik dan sosial-kemasyarakatan maupun keumatan. Agar bisa disimpulkan bahwa doktrin NU yang kental dengan fiqh siyasah, akan tetapi dalam perwujudannya bisa bergerak dalam beberapa sudut pandang banyak arah. Politik sebagai jalan untuk melawan penjajah, sehingga keikutsertaan dalam praktis politik ialah dorongan keadaan dan semua terumuskan untuk kembali pada politik perjuangan awal dari NU 1926, politik kebangsaan atau politik kultural.ABSTRACTNU is the largest Islamic organization in Indonesia. In its struggle, NU has many things to offer, ranging from education, social, political, economic and others. NU's interest in taking part in politics began with the struggle with the arrival of Japan. The Jihad Resolution was issued against all forms of colonialism and forms of defense of the Indonesian nation's independence. Political work started from MIAI, GAPI by delegating young NU activists to participate in the political world, none other than Masyumi, the Nahdlatul Ulama Party and political struggles that returned to the 1926 khittah. NU's political doctrine rests on the scientific knowledge of fiqh which is the foundation of the queen of knowledge in the Islamic world. and Islamic boarding schools. The existence of NU as an Islamic organization experiences a necessity in giving its participation in the political space, with several religious doctrines it adheres to. However, the final goal of NU was in the political arena and upon its return to the 1926 khittah that the NU doctrine in religion and nationality was the main goal for the benefit of the people and the nation. The author uses historical methodology as an approach as well as a method to approach the object of study which is closely related to political and social-social and public relations. So that it can be concluded that the NU doctrine is thick with fiqh siyasah, but in its manifestation it can move in several points of view in many directions. Politics as a way to fight against the colonialists, so that participation in political practice was a driving force for the situation and everything was formulated to return to the politics of the initial struggle of NU 1926, national politics or cultural politics.