{"title":"传统媒体与社交媒体的实践(政治传播审查印度尼西亚人民投票)","authors":"Patricia Robin","doi":"10.24929/fisip.v15i1.1037","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Politik memasuki ranah kehidupan manusia hingga ke tahap personal. Hal ini ditunjukkan dengan media sosial dalam kampanye politik yang menyerang individu, berakhir dengan preferensi atau pilihan politik warga negara. Para kandidat (aktor politik) memainkan pikiran dan waktu individu sehingga mengikuti apa yang mereka arahkan (memilih diri atau membenci kompetitor). Hal ini tidak mungkin terjadi tanpa andil dari komunikasi dan teknologi.Pilihan politik bukan lagi masalah hati, tetapi mana partai dan kandidat yang mampu mendekatkan diri dengan banyak janji.Pemilihan Presiden Amerika 2016 menjadi contoh keberhasilan media sosial dalam menentukan iklim dan pilihan politik. Hal ini kiranya juga terjadi di Indonesia, tepatnya pada Pemilihan Umum Presiden 2019. Dua kubu yang berkompetisi bukan sekedar menyatakan visi, tetapi mencari panggung dan muka di hadapan pendukung dengan harapan mendulang suara. Fakta yang terjadi, kemajuan teknologi tidak melulu diikuti dengan pengembangan diri individu. Maka yang kerap menjadi soal adalah konflik di ranah media sosial akhirnya berlanjut ke media massa konvensional hingga dunia nyata. Kedewasaan yang kiranya menjadi kunci keberhasilan dan eksistensi literasi politikhilang, dibutakan dengan pendapat dan argumentasi pribadi. \nKata Kunci : Kampanye Politik, Media Sosial, Pemilu 2019, filter bubble, Dunia Siber","PeriodicalId":228235,"journal":{"name":"PUBLIC CORNER","volume":"126 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-08-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"PRAKTIK MEDIA SOSIAL PERANGI MEDIA KONVENSIONAL (TINJAUAN KOMUNIKASI POLITIK PILPRES INDONESIA 2019)\",\"authors\":\"Patricia Robin\",\"doi\":\"10.24929/fisip.v15i1.1037\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Politik memasuki ranah kehidupan manusia hingga ke tahap personal. Hal ini ditunjukkan dengan media sosial dalam kampanye politik yang menyerang individu, berakhir dengan preferensi atau pilihan politik warga negara. Para kandidat (aktor politik) memainkan pikiran dan waktu individu sehingga mengikuti apa yang mereka arahkan (memilih diri atau membenci kompetitor). Hal ini tidak mungkin terjadi tanpa andil dari komunikasi dan teknologi.Pilihan politik bukan lagi masalah hati, tetapi mana partai dan kandidat yang mampu mendekatkan diri dengan banyak janji.Pemilihan Presiden Amerika 2016 menjadi contoh keberhasilan media sosial dalam menentukan iklim dan pilihan politik. Hal ini kiranya juga terjadi di Indonesia, tepatnya pada Pemilihan Umum Presiden 2019. Dua kubu yang berkompetisi bukan sekedar menyatakan visi, tetapi mencari panggung dan muka di hadapan pendukung dengan harapan mendulang suara. Fakta yang terjadi, kemajuan teknologi tidak melulu diikuti dengan pengembangan diri individu. Maka yang kerap menjadi soal adalah konflik di ranah media sosial akhirnya berlanjut ke media massa konvensional hingga dunia nyata. Kedewasaan yang kiranya menjadi kunci keberhasilan dan eksistensi literasi politikhilang, dibutakan dengan pendapat dan argumentasi pribadi. \\nKata Kunci : Kampanye Politik, Media Sosial, Pemilu 2019, filter bubble, Dunia Siber\",\"PeriodicalId\":228235,\"journal\":{\"name\":\"PUBLIC CORNER\",\"volume\":\"126 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2020-08-20\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"PUBLIC CORNER\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.24929/fisip.v15i1.1037\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"PUBLIC CORNER","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24929/fisip.v15i1.1037","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
PRAKTIK MEDIA SOSIAL PERANGI MEDIA KONVENSIONAL (TINJAUAN KOMUNIKASI POLITIK PILPRES INDONESIA 2019)
Politik memasuki ranah kehidupan manusia hingga ke tahap personal. Hal ini ditunjukkan dengan media sosial dalam kampanye politik yang menyerang individu, berakhir dengan preferensi atau pilihan politik warga negara. Para kandidat (aktor politik) memainkan pikiran dan waktu individu sehingga mengikuti apa yang mereka arahkan (memilih diri atau membenci kompetitor). Hal ini tidak mungkin terjadi tanpa andil dari komunikasi dan teknologi.Pilihan politik bukan lagi masalah hati, tetapi mana partai dan kandidat yang mampu mendekatkan diri dengan banyak janji.Pemilihan Presiden Amerika 2016 menjadi contoh keberhasilan media sosial dalam menentukan iklim dan pilihan politik. Hal ini kiranya juga terjadi di Indonesia, tepatnya pada Pemilihan Umum Presiden 2019. Dua kubu yang berkompetisi bukan sekedar menyatakan visi, tetapi mencari panggung dan muka di hadapan pendukung dengan harapan mendulang suara. Fakta yang terjadi, kemajuan teknologi tidak melulu diikuti dengan pengembangan diri individu. Maka yang kerap menjadi soal adalah konflik di ranah media sosial akhirnya berlanjut ke media massa konvensional hingga dunia nyata. Kedewasaan yang kiranya menjadi kunci keberhasilan dan eksistensi literasi politikhilang, dibutakan dengan pendapat dan argumentasi pribadi.
Kata Kunci : Kampanye Politik, Media Sosial, Pemilu 2019, filter bubble, Dunia Siber