Ummu Kalsum, Slamet Susanto, Ahmad Junaedi, Nurul Khumaida, Heni Purnamawati
{"title":"帕尔马干酪橙子有结节和无种子的内生激素,有本体本体","authors":"Ummu Kalsum, Slamet Susanto, Ahmad Junaedi, Nurul Khumaida, Heni Purnamawati","doi":"10.35760/jpp.2022.v6i2.7220","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kerontokan buah tergantung pada kultivar, kandungan hormon, hara dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pola kerontokan dan perubahan konsentrasi hormon yang terjadi dari beberapa kultivar pamelo berbiji dan tidak berbiji. Desain percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan, yaitu Adas Duku dan Bali Merah 1 (pamelo berbiji) serta Bali Merah 2 dan Jawa 1 (pamelo tidak berbiji). Variabel pengamatan terdiri atas jumlah buah rontok, initial dan final set, kandungan gula total, konsentrasi GA3, IAA dan asam absisat (ABA) buah. Hasil menunjukkan bahwa kedua kelompok (pamelo berbiji dan tidak berbiji) mengalami kerontokan buah pada awal perkembangan buah, namun kerontokan buah saat fase pematangan buah hanya pada kedua kultivar pamelo tidak berbiji. Initial set pamelo berbiji (28.76%) lebih tinggi dibandingkan pamelo tidak berbiji (21.75%). Final set pada pamelo tidak berbiji menunjukkan bahwa Bali Merah 2 (12.95%) lebih tinggi dibandingkan Jawa 1 (9.20%). Buah yang akan rontok dari pamelo berbiji dan tidak berbiji memiliki kandungan gula total <0.30%, sedangkan pada buah yang tidak rontok >0.30%. Konsentrasi GA3 dan IAA buah pamelo berbiji dan tidak berbiji mengalami peningkatan selama awal perkembangan buah (1 sampai 4 minggu setelah antesis = MSA), sedangkan konsentrasi ABA mengalami penurunan pada 3 MSA.","PeriodicalId":325350,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"POLA KERONTOKAN DAN KANDUNGAN HORMON ENDOGEN PADA BUAH JERUK PAMELO BERBIJI DAN TIDAK BERBIJI\",\"authors\":\"Ummu Kalsum, Slamet Susanto, Ahmad Junaedi, Nurul Khumaida, Heni Purnamawati\",\"doi\":\"10.35760/jpp.2022.v6i2.7220\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Kerontokan buah tergantung pada kultivar, kandungan hormon, hara dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pola kerontokan dan perubahan konsentrasi hormon yang terjadi dari beberapa kultivar pamelo berbiji dan tidak berbiji. Desain percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan, yaitu Adas Duku dan Bali Merah 1 (pamelo berbiji) serta Bali Merah 2 dan Jawa 1 (pamelo tidak berbiji). Variabel pengamatan terdiri atas jumlah buah rontok, initial dan final set, kandungan gula total, konsentrasi GA3, IAA dan asam absisat (ABA) buah. Hasil menunjukkan bahwa kedua kelompok (pamelo berbiji dan tidak berbiji) mengalami kerontokan buah pada awal perkembangan buah, namun kerontokan buah saat fase pematangan buah hanya pada kedua kultivar pamelo tidak berbiji. Initial set pamelo berbiji (28.76%) lebih tinggi dibandingkan pamelo tidak berbiji (21.75%). Final set pada pamelo tidak berbiji menunjukkan bahwa Bali Merah 2 (12.95%) lebih tinggi dibandingkan Jawa 1 (9.20%). Buah yang akan rontok dari pamelo berbiji dan tidak berbiji memiliki kandungan gula total <0.30%, sedangkan pada buah yang tidak rontok >0.30%. Konsentrasi GA3 dan IAA buah pamelo berbiji dan tidak berbiji mengalami peningkatan selama awal perkembangan buah (1 sampai 4 minggu setelah antesis = MSA), sedangkan konsentrasi ABA mengalami penurunan pada 3 MSA.\",\"PeriodicalId\":325350,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture)\",\"volume\":\"1 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"1900-01-01\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture)\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.35760/jpp.2022.v6i2.7220\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.35760/jpp.2022.v6i2.7220","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
脱粒性果实取决于库尔蒂瓦、激素含量、营养和环境。这项研究的目的是研究几种种子、无种子库蒂瓦和激素浓度的变化。使用的实验设计是随机设计的,有四种治疗方法:Adas Duku和Bali Merah 1 (pamelo有种子),Bali Merah 2和java 1 (pamelo没有种子)。观察变量包括脱壳水果的数量、最初和最终组成、含糖量、GA3浓度、IAA和asisat酸。结果表明,这两组(有种子的和没有种子的)在果实发育的早期都有果实的脱皮,但只有在果实成熟的阶段才有果实的脱皮。最初的菜斑比未结的菜高(28.76%)(21.75%)。最后一组没有种子的pamelo显示,巴厘岛红2(12.95%)比java 1(9.20%)高。从含种子和无种子的pamelo中脱落的果实,其含糖量总共是0.30%。在果实发育的早期(消炎= MSA 1 - 4周)中,加3的浓度下降,而ABA的浓度下降。
POLA KERONTOKAN DAN KANDUNGAN HORMON ENDOGEN PADA BUAH JERUK PAMELO BERBIJI DAN TIDAK BERBIJI
Kerontokan buah tergantung pada kultivar, kandungan hormon, hara dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pola kerontokan dan perubahan konsentrasi hormon yang terjadi dari beberapa kultivar pamelo berbiji dan tidak berbiji. Desain percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan, yaitu Adas Duku dan Bali Merah 1 (pamelo berbiji) serta Bali Merah 2 dan Jawa 1 (pamelo tidak berbiji). Variabel pengamatan terdiri atas jumlah buah rontok, initial dan final set, kandungan gula total, konsentrasi GA3, IAA dan asam absisat (ABA) buah. Hasil menunjukkan bahwa kedua kelompok (pamelo berbiji dan tidak berbiji) mengalami kerontokan buah pada awal perkembangan buah, namun kerontokan buah saat fase pematangan buah hanya pada kedua kultivar pamelo tidak berbiji. Initial set pamelo berbiji (28.76%) lebih tinggi dibandingkan pamelo tidak berbiji (21.75%). Final set pada pamelo tidak berbiji menunjukkan bahwa Bali Merah 2 (12.95%) lebih tinggi dibandingkan Jawa 1 (9.20%). Buah yang akan rontok dari pamelo berbiji dan tidak berbiji memiliki kandungan gula total <0.30%, sedangkan pada buah yang tidak rontok >0.30%. Konsentrasi GA3 dan IAA buah pamelo berbiji dan tidak berbiji mengalami peningkatan selama awal perkembangan buah (1 sampai 4 minggu setelah antesis = MSA), sedangkan konsentrasi ABA mengalami penurunan pada 3 MSA.