Pengaruh peningkatan suhu pada fase pembentukan umbi tanaman kentang (Solanum tuberosum) cv. Granola

C. F. Pantouw, Betalini Widhi Hapsari, Bernadetta Rina Hastilestari
{"title":"Pengaruh peningkatan suhu pada fase pembentukan umbi tanaman kentang (Solanum tuberosum) cv. Granola","authors":"C. F. Pantouw, Betalini Widhi Hapsari, Bernadetta Rina Hastilestari","doi":"10.15575/18117","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kentang (Solanum tuberosum) merupakan salah satu bahan makanan yang penting di dunia. Budidaya komoditas ini umumnya berada di dataran tinggi dengan suhu yang rendah. Jumlah lahan pertanian di dataran tinggi semakin kecil disebabkan antara lain karena alih fungsi lahan. Penanaman kentang di dataran yang lebih rendah menjadi kendala karena adanya peningkatan suhu. Penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat dan perubahan suhu terhadap tanaman kentang pada fase pembentukan umbi. Tanaman kontrol ditanam pada ketinggian 2921 meter diatas permukaan laut (m dpl) dengan suhu siang/malam (190C/120C). Setelah fase pembentukan umbi, sebagian tanaman dipindah ke daerah dengan ketinggian 115 m dpl dengan suhu siang/malam (300C/240C). Perubahan ketinggian tempat dengan suhu yang berbeda mengakibatkan shade avoidance, perubahan akumulasi biomasa pada batang tanaman dan penurunan hasil panen. Hal ini disebabkan karena penurunan hasil fotosintesa, sukrosa, serta kadar klorofil yang disebabkan oleh faktor genetik dan metabolisme enzim. Oleh karena untuk mendukung permintaan komoditas kentang yang semakin meningkat, pemuliaan tanaman kentang tahan terhadap cekaman suhu diperlukan untuk memperluas area penanaman kentang di dataran menengah maupun dataran rendah.ABSTRACTPotato (Solanum tuberosum) is one of the important staple foods in the world. This plant is mostly cultivated in high-altitude regions with low temperatures. As the number of lands for potato cultivation is getting smaller due to land conversion. Potato cultivation in low-altitude regions with high temperatures yields low productivity. This study was designed to determine the effect of altitude and temperature changes on potato plants in the tuber formation phase. Control plants were planted in an area with an altitude of 2921 meters above sea level (m asl), with day/night temperatures (190C/120C). After the tuber formation phase, some plants were transferred to areas with an altitude of 115 m above sea level and day/night temperatures (300C/240C). Change in altitude with different temperatures resulted in shade avoidance, changes in the accumulation of biomass on plant stems, and yield reduction. This is due to decreasing sucrose content as photosynthesis assimilates, and chlorophyll content due to genetic factors and enzyme metabolism. Therefore, to support the increasing demand for potato commodities, breeding potato plants resistant to heat stress is needed to expand the potato planting area in middle or low altitudes. ","PeriodicalId":34207,"journal":{"name":"Jurnal Agro Industri Perkebunan","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Agro Industri Perkebunan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15575/18117","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan salah satu bahan makanan yang penting di dunia. Budidaya komoditas ini umumnya berada di dataran tinggi dengan suhu yang rendah. Jumlah lahan pertanian di dataran tinggi semakin kecil disebabkan antara lain karena alih fungsi lahan. Penanaman kentang di dataran yang lebih rendah menjadi kendala karena adanya peningkatan suhu. Penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat dan perubahan suhu terhadap tanaman kentang pada fase pembentukan umbi. Tanaman kontrol ditanam pada ketinggian 2921 meter diatas permukaan laut (m dpl) dengan suhu siang/malam (190C/120C). Setelah fase pembentukan umbi, sebagian tanaman dipindah ke daerah dengan ketinggian 115 m dpl dengan suhu siang/malam (300C/240C). Perubahan ketinggian tempat dengan suhu yang berbeda mengakibatkan shade avoidance, perubahan akumulasi biomasa pada batang tanaman dan penurunan hasil panen. Hal ini disebabkan karena penurunan hasil fotosintesa, sukrosa, serta kadar klorofil yang disebabkan oleh faktor genetik dan metabolisme enzim. Oleh karena untuk mendukung permintaan komoditas kentang yang semakin meningkat, pemuliaan tanaman kentang tahan terhadap cekaman suhu diperlukan untuk memperluas area penanaman kentang di dataran menengah maupun dataran rendah.ABSTRACTPotato (Solanum tuberosum) is one of the important staple foods in the world. This plant is mostly cultivated in high-altitude regions with low temperatures. As the number of lands for potato cultivation is getting smaller due to land conversion. Potato cultivation in low-altitude regions with high temperatures yields low productivity. This study was designed to determine the effect of altitude and temperature changes on potato plants in the tuber formation phase. Control plants were planted in an area with an altitude of 2921 meters above sea level (m asl), with day/night temperatures (190C/120C). After the tuber formation phase, some plants were transferred to areas with an altitude of 115 m above sea level and day/night temperatures (300C/240C). Change in altitude with different temperatures resulted in shade avoidance, changes in the accumulation of biomass on plant stems, and yield reduction. This is due to decreasing sucrose content as photosynthesis assimilates, and chlorophyll content due to genetic factors and enzyme metabolism. Therefore, to support the increasing demand for potato commodities, breeding potato plants resistant to heat stress is needed to expand the potato planting area in middle or low altitudes. 
对cv马铃薯球茎形成阶段温度上升的影响。格兰诺拉麦片
马铃薯是世界上最重要的食物之一。这种商品生产通常处于低温状态。高地的农业用地越来越少,部分原因是它们取代了农业用地。由于气温上升,在较低的地区种植土豆成为一个挑战。这项研究旨在确定马铃薯在块茎形成阶段对马铃薯作物的海拔和温度变化的影响。控制植物生长在海拔2921米(dpl),温度为白天/晚上(190C/120C)。在鳞茎形成阶段之后,部分植物被转移到海拔115米(115英尺)的地方,温度为白天/晚上(300C/240C)。不同温度地方的高度变化导致植物的茎上的生物生长和作物产量的下降。这是由于光合作用、蔗糖、以及由酶的遗传和代谢作用引起的叶绿素水平的下降引起的。由于土豆商品的需求日益增长,为了支持土豆商品的需求,为了扩大土豆种植的区域,马铃薯植物必须对温度的耐药性繁殖。摘要是世界上重要的主食之一。这架飞机基本上是高度适应低温度地区的高海拔地区的文化。因为印第安人耕耘土地的数字变得更均匀了。低海拔地区的土豆煎饼低生产率。这项研究的目的是确定角位和温度变化在形成阶段波纹点的影响。控制中心位于海平面上方2921米(m asl)的高空,白天/夜间温度(190C/120C)。在tuber相位之后,一些植物被转移到海拔115米的地方,那里的温度高达300C/240C。在遮荫环境中改变不同的温度,在植株stems的生物质量变化和消减。这是由于光合作用对光合作用的抑制,以及对基因因素和代谢酶的叶绿素的满足。因此,为了支持增加的社区土豆需求,为了加强耐热土豆植物的耐热压力,需要扩展土豆田在中岛或低altitudes地区。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
7
审稿时长
24 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信