{"title":"KAMPUNG WISATA “GURAMEH” SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN BUDIDAYA IKAN TAWAR DI KERGAN TIRTOMULYO BANTUL","authors":"Muhammad Afri Nur Cahya, Muhammad Ash-shiddiqy","doi":"10.14421/JPM.2018.022-09","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This article aims to examine the initial ideas for the formation of the Pokdakan (working group for freshwater fish farming) Mina Mulya, the stages of empowerment, and the implications of the empowerment model. These three studies are based on the problem of the consumption of freshwater fish in the Bantul community, which is increasing every year. Meanwhile, the production of fish cultivation managed by the community is very minimal. During this time the local government to meet the consumption needs of fish for households, food stalls, restaurants, until processed fish sold at tourist recreation centers taken from the area of Central Java and East Java. Seeing a potential area to develop fish cultivation production is very relevant. The intelligence of the Kergan Village community in Tirtomulyo looking at the direction of economic development based on community participation is so contextual. Through qualitative research with a case study approach, this paper found a novelty about the model of community empowerment. The model offered by the people is the “Gurameh” tourist village. As a model for empowering freshwater fish farming, Kergan Village is transformed into a more innovative and creative locus of community activities. In another aspect, the initial idea of the establishment of a “Gurameh” tourist village was initiated by Sunarto who had anxiety about the potential of his residence. Starting from comparative studies to other places, the idea of a tourist village “Gurameh” has become a model of empowerment based on fish farming. As a model, the tourist village “Gurameh” also processes the harvested fish for snacks and “souvenir” for anyone who wants to visit. Many creative and innovative activities in Kergan Village to develop in other locations. Starting from Sunarto’s idea, the concept of the trickle-down effect has spread in almost every community working group that is able to develop freshwater fish farming.[Artikel ini hendak mengkaji tentang ide awal pembentukan Pokdakan Mina Mulya, tahapan pemberdayaan, dan implikasi model pemberdayaan. Tiga kajian ini dilandaskan pada masalah konsumsi ikan tawar masyarakat Bantul yang setiap tahun semakin meningkat. Sementara itu, produksi budidaya ikan yang dikelola masyarakat sangat minim. Selama ini pemerintah lokal untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan bagi rumah tangga, warung makan, restoran, hingga olahan ikan yang dijajakan pada pusat rekreasi wisata diambil dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Melihat kawasan yang cukup potensial untuk mengembangkan produksi budidaya ikan menjadi sangat relevan. Kecerdasan masyarakat Dusun Kergan Desa Tirtomulyo membaca arah pengembangan ekonomi berbasis partisipasi masyarakat begitu kontekstual. Melalui penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, paper ini menemukan kebaruan tentang model pemberdayaan masyarakat. Model yang ditawarkan oleh masyarakat adalah kampung wisata “Gurameh”. Sebagai model pemberdayaan budidaya ikan tawar, Dusun Kergan disulap menjadi lokus kegiatan masyarakat yang lebih inovatif dan kreatif. Pada aspek lain, ide awal dibentuknya kampung wisata “Gurameh” diinisasi oleh Sunarto yang memiliki kegelisahan tentang potensi tempat tinggalnya. Berawal dari studi banding ke daerah lain, ide kampung wisata “Gurameh” telah menjadi model pemberdayaan berbasis budidaya ikan. Sebagai model, kampung wisata “Gurameh” juga mengolah ikan hasil panen untuk dijadikan camilan dan ‘buah tangan’ bagi siapa saja yang hendak berkunjung. Banyak aktivitas kreatif dan inovatif di Dusun Kergan untuk terus berkembang di lokasi lain. Berawal dari ide Sunarto, konsep trickle down effect, telah menjalar hampir di setiap kelompok kerja masyarakat yang mampu mengembangkan budidaya ikan tawar.]","PeriodicalId":34838,"journal":{"name":"Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-07-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14421/JPM.2018.022-09","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
This article aims to examine the initial ideas for the formation of the Pokdakan (working group for freshwater fish farming) Mina Mulya, the stages of empowerment, and the implications of the empowerment model. These three studies are based on the problem of the consumption of freshwater fish in the Bantul community, which is increasing every year. Meanwhile, the production of fish cultivation managed by the community is very minimal. During this time the local government to meet the consumption needs of fish for households, food stalls, restaurants, until processed fish sold at tourist recreation centers taken from the area of Central Java and East Java. Seeing a potential area to develop fish cultivation production is very relevant. The intelligence of the Kergan Village community in Tirtomulyo looking at the direction of economic development based on community participation is so contextual. Through qualitative research with a case study approach, this paper found a novelty about the model of community empowerment. The model offered by the people is the “Gurameh” tourist village. As a model for empowering freshwater fish farming, Kergan Village is transformed into a more innovative and creative locus of community activities. In another aspect, the initial idea of the establishment of a “Gurameh” tourist village was initiated by Sunarto who had anxiety about the potential of his residence. Starting from comparative studies to other places, the idea of a tourist village “Gurameh” has become a model of empowerment based on fish farming. As a model, the tourist village “Gurameh” also processes the harvested fish for snacks and “souvenir” for anyone who wants to visit. Many creative and innovative activities in Kergan Village to develop in other locations. Starting from Sunarto’s idea, the concept of the trickle-down effect has spread in almost every community working group that is able to develop freshwater fish farming.[Artikel ini hendak mengkaji tentang ide awal pembentukan Pokdakan Mina Mulya, tahapan pemberdayaan, dan implikasi model pemberdayaan. Tiga kajian ini dilandaskan pada masalah konsumsi ikan tawar masyarakat Bantul yang setiap tahun semakin meningkat. Sementara itu, produksi budidaya ikan yang dikelola masyarakat sangat minim. Selama ini pemerintah lokal untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan bagi rumah tangga, warung makan, restoran, hingga olahan ikan yang dijajakan pada pusat rekreasi wisata diambil dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Melihat kawasan yang cukup potensial untuk mengembangkan produksi budidaya ikan menjadi sangat relevan. Kecerdasan masyarakat Dusun Kergan Desa Tirtomulyo membaca arah pengembangan ekonomi berbasis partisipasi masyarakat begitu kontekstual. Melalui penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, paper ini menemukan kebaruan tentang model pemberdayaan masyarakat. Model yang ditawarkan oleh masyarakat adalah kampung wisata “Gurameh”. Sebagai model pemberdayaan budidaya ikan tawar, Dusun Kergan disulap menjadi lokus kegiatan masyarakat yang lebih inovatif dan kreatif. Pada aspek lain, ide awal dibentuknya kampung wisata “Gurameh” diinisasi oleh Sunarto yang memiliki kegelisahan tentang potensi tempat tinggalnya. Berawal dari studi banding ke daerah lain, ide kampung wisata “Gurameh” telah menjadi model pemberdayaan berbasis budidaya ikan. Sebagai model, kampung wisata “Gurameh” juga mengolah ikan hasil panen untuk dijadikan camilan dan ‘buah tangan’ bagi siapa saja yang hendak berkunjung. Banyak aktivitas kreatif dan inovatif di Dusun Kergan untuk terus berkembang di lokasi lain. Berawal dari ide Sunarto, konsep trickle down effect, telah menjalar hampir di setiap kelompok kerja masyarakat yang mampu mengembangkan budidaya ikan tawar.]
本文旨在探讨Pokdakan(淡水鱼养殖工作组)Mina Mulya成立的最初想法,赋权的阶段,以及赋权模式的含义。这三项研究是基于班图尔社区淡水鱼消费的问题,该问题每年都在增加。同时,由社区管理的鱼类养殖产量非常低。在此期间,当地政府为满足家庭、大排档、餐馆的消费需求,直到在旅游娱乐中心出售的加工过的鱼采自中爪哇和东爪哇地区。看到一个发展鱼类养殖生产的潜在地区是非常重要的。Tirtomulyo的Kergan村社区在社区参与的基础上看待经济发展方向的智慧是如此具有背景意义。本文通过定性研究和案例研究的方法,发现了社区赋权模式的新颖性。人们提供的模式是“古拉梅”旅游村。作为赋予淡水鱼养殖权力的典范,克根村转变为更具创新性和创造性的社区活动场所。另一方面,建立“Gurameh”旅游村的最初想法是由Sunarto提出的,他对自己住所的潜力感到焦虑。从与其他地方的比较研究开始,旅游村“Gurameh”的想法已经成为一种基于养鱼的赋权模式。作为一个典范,旅游村“Gurameh”也将收获的鱼加工成小吃和“纪念品”,供任何想要参观的人使用。克根村的许多创意和创新活动可以在其他地方发展。从Sunarto的想法开始,涓滴效应的概念几乎在每一个能够发展淡水鱼养殖的社区工作组中传播开来。[Artikel ini hendak mengkaji tentang ide awal pembentukan Pokdakan Mina Mulya, tahapan pemberdayaan, dan implikasi model pemberdayaan]。Tiga kajian ini dilandaskan pada masalah konsumsi ikkan tawar masyarakat Bantul yang seap tahun semakin meningkat。Sementara itu, product duksi budidaya ikan yang dikelola masyarakat sangat minim。Selama ini peremintah当地的untuk memenhi kebutuhan konsumi bagi rumah tangga, warung makan, restoran, hinga olahan ikan yang dijajakan pada pusat rekreasi wisata diambil dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur。梅里哈·川山·杨·库库有潜在的潜力,比如孟孟邦坎产品,比如孟孟邦坎产品,比如孟孟邦坎产品。在经济基础上,经济的基础是经济的基础,经济的基础是经济的基础。摘要:本文主要研究了两种不同类型的模型,即两种不同类型的模型。模特yang ditawarkan oleh masyarakat adalah kampung wisata " Gurameh "。Sebagai模型pemberdayaan buddidaya ikan tawar, Dusun Kergan dissulp menjadi lokus kegiatan masyarakat yang lebih创新和创造。帕德说:“我的天啊!我的天啊!我的天啊!我的天啊!我的天啊!”比拉瓦尔达里学习手舞剧,把《古拉梅》演成比拉瓦尔达里的典范,比拉瓦尔达里演成比拉瓦尔达里的典范。Sebagai模型,kampung wisata " Gurameh " juga mengolah ikkan hasil panen untuk dijadikan camilan dan ' buah tangan ' bagi siapa saja yang hendak berkunjung。榕树活动是一种创造性和创新性的活动。[参考译文]拜拉瓦尔达里和苏纳托,“涓滴效应”,“滴入效应”,“滴入效应”,“滴入效应”,“滴入效应”,“滴入效应”