{"title":"Posisi Sunnah dalam Pembacaan Al-Qur’an Kontemporer Nasr Hamid Abu Zayd","authors":"Nur Mahmudah","doi":"10.21043/riwayah.v3i1.3436","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan posisi sunnah dalam penafsiran seorang pemikir kontemporer kelahiran Mesir, Nasr Hamid Abû Zayd. Penafsiran kontemporer yang bernalar reformatif seringkali dipandang hanya memberikan tempat yang sempit untuk sunnah. Dengan demikian menjadi penting untuk melihat bagaimana penggunaan sunnah dalam penafsiran kontemporer. Melalui analisa interpretatif, artikel ini menyimpulkan Abû Zayd mengajukan reposisi sunnah dalam hubungannya dengan al-Qur’an. Posisi sunnah harus didudukkan kembali sebagai komplementer dan sumber ajaran yang harus sejalan dengan al-Qur’an. Obyektivitas pemaknaan sunnah yang mempertimbangkan berbagai konteks dengan melakukan demitologisasi pemaknaan sunnah juga dikenalkan oleh Abû Zayd untuk mempertahankan fleksibilitas sunnah dalam masa kontemporer. Dengan demikian, sunnah tetap digunakan dalam penafsiran kontemporer dengan optik yang berbeda.This article aims to describe the position of sunnah in the interpretation of an Egyptian contemporary thinker, Nas}r H{amid Abû Zayd. Contemporary interpretations of reformative reasoning are often seen as providing only a narrow place for the sunnah. It thus becomes important to see how the use of sunnah in contemporary interpretation. Through interpretive analysis, this article concludes Abû Zayd proposing a reposition of the sunnah in relation to the Qur’an. The position of the sunnah should be re-seated as complementary and the source of the teaching that must be in line with the Qur’an. The objectivity of the Sunnah which considers various contexts by demythologizing the meaning of Sunnah was also introduced by Abû Zayd to maintain the flexibility of sunna in contemporary times. Thus, the sunnah remains used in contemporary interpretations with different optics","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-07-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v3i1.3436","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan posisi sunnah dalam penafsiran seorang pemikir kontemporer kelahiran Mesir, Nasr Hamid Abû Zayd. Penafsiran kontemporer yang bernalar reformatif seringkali dipandang hanya memberikan tempat yang sempit untuk sunnah. Dengan demikian menjadi penting untuk melihat bagaimana penggunaan sunnah dalam penafsiran kontemporer. Melalui analisa interpretatif, artikel ini menyimpulkan Abû Zayd mengajukan reposisi sunnah dalam hubungannya dengan al-Qur’an. Posisi sunnah harus didudukkan kembali sebagai komplementer dan sumber ajaran yang harus sejalan dengan al-Qur’an. Obyektivitas pemaknaan sunnah yang mempertimbangkan berbagai konteks dengan melakukan demitologisasi pemaknaan sunnah juga dikenalkan oleh Abû Zayd untuk mempertahankan fleksibilitas sunnah dalam masa kontemporer. Dengan demikian, sunnah tetap digunakan dalam penafsiran kontemporer dengan optik yang berbeda.This article aims to describe the position of sunnah in the interpretation of an Egyptian contemporary thinker, Nas}r H{amid Abû Zayd. Contemporary interpretations of reformative reasoning are often seen as providing only a narrow place for the sunnah. It thus becomes important to see how the use of sunnah in contemporary interpretation. Through interpretive analysis, this article concludes Abû Zayd proposing a reposition of the sunnah in relation to the Qur’an. The position of the sunnah should be re-seated as complementary and the source of the teaching that must be in line with the Qur’an. The objectivity of the Sunnah which considers various contexts by demythologizing the meaning of Sunnah was also introduced by Abû Zayd to maintain the flexibility of sunna in contemporary times. Thus, the sunnah remains used in contemporary interpretations with different optics