{"title":"AGAMA TERAPIST MASYARAKAT MODERN MENUJU DAMAI UNTUK SEMESTA","authors":"Saurip Kadi","doi":"10.51353/jpb.v2i1.658","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Modernsasi mencapai titik kulminasi dengan segala residu soalan yang ditinggalkan, yang mendesak untuk disolusikan. Sementara itu negara-negara di koridor utara sudah mapan sehingga sulit untuk diubah, maka solusi kedepan akan bertumpu kepada negara-negara koridor selatan untuk memaknai tata dunia baru. Yang utama adalah soal refleksi atas azas dan tuntunan kehidupan yang kini banyak digugat, mengapa sedemikian parah residu soalan bumi dan seisinya, dimanakah kesalahannya dan bagaimana memperbaikinya. Arus global memaksa jaman paskamodern untuk kembali ke alam (back to nature), kembali ke kesederhanaan (back to simplicity) dan kembalikepada azas kehidupan masyarakat bijak (wise society) yang mengacu kepada kearifan lokal. Disini negara-negara “south corridor”, blessing in disguise, relatif belum tersentuh modernisasi, masih relatif utuh, termasuk soal spiritualitasnya yang menyatu dengan alam semesta. Kini, pandemi mendorong disrupsi peradaban, the turning point, titik balik peradaban sedang berproses, dan pada saat yang sama globalisasi didorong oleh revolusi sains-teknologi bersinergi dengan pandemi sehingga memaksa manusia di seluruh dunia untuk menata kembali semua sisi kehidupan.Saatnya Nuswantara berpeluang untuk memimpin, sebagaiman masa lalu Nuswantara menjadi pemimpin Asia Afrika 1955. Maka negara-negara di sepanjang Koridor Selatan perlu berbenah diri dengan tatanan baru yang adil dan mensejahterakan alam semesta beserta sesisinya. Tugas “teologi naturalisme” untuk menjadi terapist bagi penyakit masyarakat modern, peran yang sangat dinantikan menuju damai untuk semesta.","PeriodicalId":34326,"journal":{"name":"Nalar Jurnal Peradaban dan Pemikiran Islam","volume":"23 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-01-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Nalar Jurnal Peradaban dan Pemikiran Islam","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.51353/jpb.v2i1.658","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Modernsasi mencapai titik kulminasi dengan segala residu soalan yang ditinggalkan, yang mendesak untuk disolusikan. Sementara itu negara-negara di koridor utara sudah mapan sehingga sulit untuk diubah, maka solusi kedepan akan bertumpu kepada negara-negara koridor selatan untuk memaknai tata dunia baru. Yang utama adalah soal refleksi atas azas dan tuntunan kehidupan yang kini banyak digugat, mengapa sedemikian parah residu soalan bumi dan seisinya, dimanakah kesalahannya dan bagaimana memperbaikinya. Arus global memaksa jaman paskamodern untuk kembali ke alam (back to nature), kembali ke kesederhanaan (back to simplicity) dan kembalikepada azas kehidupan masyarakat bijak (wise society) yang mengacu kepada kearifan lokal. Disini negara-negara “south corridor”, blessing in disguise, relatif belum tersentuh modernisasi, masih relatif utuh, termasuk soal spiritualitasnya yang menyatu dengan alam semesta. Kini, pandemi mendorong disrupsi peradaban, the turning point, titik balik peradaban sedang berproses, dan pada saat yang sama globalisasi didorong oleh revolusi sains-teknologi bersinergi dengan pandemi sehingga memaksa manusia di seluruh dunia untuk menata kembali semua sisi kehidupan.Saatnya Nuswantara berpeluang untuk memimpin, sebagaiman masa lalu Nuswantara menjadi pemimpin Asia Afrika 1955. Maka negara-negara di sepanjang Koridor Selatan perlu berbenah diri dengan tatanan baru yang adil dan mensejahterakan alam semesta beserta sesisinya. Tugas “teologi naturalisme” untuk menjadi terapist bagi penyakit masyarakat modern, peran yang sangat dinantikan menuju damai untuk semesta.