PROFIL PENDERITA DIFTERI YANG DIRAWAT YANG DIRAWAT DI RUANG ISOLASI KHUSUS RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Sarah Izdihar, M. Yusuf, Meisy Andriana
{"title":"PROFIL PENDERITA DIFTERI YANG DIRAWAT YANG DIRAWAT DI RUANG ISOLASI KHUSUS RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA","authors":"Sarah Izdihar, M. Yusuf, Meisy Andriana","doi":"10.24815/jks.v19i2.18060","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak. Latar Belakang: Difteri adalah penyakit menular mematikan yang dapat menjadi peristiwa luar biasa yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheria. Kasus difteri di Indonesia meningkat dan yang terbesar di Jawa Timur terutama di Surabaya pada tahun 2017 tergolong tinggi karena rendahnya cakupan imunisasi difteri. Difteri rongga mulut (tonsil-faring-laring) adalah yang paling sering (90%). Populasi risiko tinggi biasanya anak-anak yang tidak diimunisasi atau daerah dengan cakupan imunisasi DPT3 dan DT yang rendah. Tujuan: Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi difteri di Surabaya. Metode dan Materi: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif dengan menggunakan total sampling. Sampel penelitian berjumlah 82. Data dikumpulkan melalui buku catatan Ruang Isolasi Khusus RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan rekam medis elektronik. Hasil: Dari 82 sampel, distribusi responden menunjukkan bahwa kelompok jenis kelamin tertinggi adalah pria (64,63%), Usia didominasi oleh 0-5 tahun (46,34%) dan 6-11 tahun (34,14%), Pendidikan terakhir terbanyak adalah SD (24,39%), dan kota terbanyak adalah Surabaya (56,09%). Status imunisasi DPT terbanyak adalah tidak lengkap (63,41%), lokasi difteri terbanyak di tonsil (92,68%), terapi terbanyak yaitu penisilin procain 92,68%. Simpulan: difteri terbanyak didapatkan pada usia 0-11 tahun, berjenis kelamin laki-laki, mayoritas bertempat tinggal Surabaya, tingkat pendidikan terbanyak SD, status imunisasi DPT terbanyak adalah tidak lengkap, lokasi difteri terbanyak tonsil, jenis terapi terbanyak penisilin procain. Kata Kunci:  Difteri, Tonsil, Imunisasi Abstract. Background: Diphtheria is a deadly infectious disease that can be an extraordinary event caused by Corynebacterium diphtheria. Diphtheria cases in Indonesia increased and the largest in East Java, especially in Surabaya in 2017 was classified as high due to the low coverage of diphtheria immunization. Diphtheria of the oral cavity (tonsils-pharynx-larynx) is the most frequent ( 90%). High risk populations are usually children who are not immunized or areas with low DPT3 and DT immunization coverage. Objective: The purpose of this study was to analyze the factors that influence diphtheria in Surabaya. Material and Methods:  The type of research is a retrospective descriptive study using total sampling. The research sample was 82. The data was collected through the Special Isolation Room Dr. RS. Soetomo Surabaya and electronic medical records. Results:  From 82 samples, showed that the highest gender group was male (64.63%), age was dominated by 0-5 years (46.34%) and 6-11 years (34.14%), the most recent education was SD (24.39%), and most cities are Surabaya (56.09%). Most DPT immunization status is incomplete (63.41%), most diphtheria locations in tonsils (92.68%), the most therapy is penicillin procain 92.68%. Conclusio: Diphtheria is found at the age of 0-11 years, male sex, the majority lives in Surabaya, the highest level of education is elementary school, most DPT immunization status is incomplete, the location of the most diphtheria tonsils, the most type of therapy is penicillin procain.Keyword:  Diphtheria, Tonsils, Immunization","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24815/jks.v19i2.18060","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Abstrak. Latar Belakang: Difteri adalah penyakit menular mematikan yang dapat menjadi peristiwa luar biasa yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheria. Kasus difteri di Indonesia meningkat dan yang terbesar di Jawa Timur terutama di Surabaya pada tahun 2017 tergolong tinggi karena rendahnya cakupan imunisasi difteri. Difteri rongga mulut (tonsil-faring-laring) adalah yang paling sering (90%). Populasi risiko tinggi biasanya anak-anak yang tidak diimunisasi atau daerah dengan cakupan imunisasi DPT3 dan DT yang rendah. Tujuan: Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi difteri di Surabaya. Metode dan Materi: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif dengan menggunakan total sampling. Sampel penelitian berjumlah 82. Data dikumpulkan melalui buku catatan Ruang Isolasi Khusus RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan rekam medis elektronik. Hasil: Dari 82 sampel, distribusi responden menunjukkan bahwa kelompok jenis kelamin tertinggi adalah pria (64,63%), Usia didominasi oleh 0-5 tahun (46,34%) dan 6-11 tahun (34,14%), Pendidikan terakhir terbanyak adalah SD (24,39%), dan kota terbanyak adalah Surabaya (56,09%). Status imunisasi DPT terbanyak adalah tidak lengkap (63,41%), lokasi difteri terbanyak di tonsil (92,68%), terapi terbanyak yaitu penisilin procain 92,68%. Simpulan: difteri terbanyak didapatkan pada usia 0-11 tahun, berjenis kelamin laki-laki, mayoritas bertempat tinggal Surabaya, tingkat pendidikan terbanyak SD, status imunisasi DPT terbanyak adalah tidak lengkap, lokasi difteri terbanyak tonsil, jenis terapi terbanyak penisilin procain. Kata Kunci:  Difteri, Tonsil, Imunisasi Abstract. Background: Diphtheria is a deadly infectious disease that can be an extraordinary event caused by Corynebacterium diphtheria. Diphtheria cases in Indonesia increased and the largest in East Java, especially in Surabaya in 2017 was classified as high due to the low coverage of diphtheria immunization. Diphtheria of the oral cavity (tonsils-pharynx-larynx) is the most frequent ( 90%). High risk populations are usually children who are not immunized or areas with low DPT3 and DT immunization coverage. Objective: The purpose of this study was to analyze the factors that influence diphtheria in Surabaya. Material and Methods:  The type of research is a retrospective descriptive study using total sampling. The research sample was 82. The data was collected through the Special Isolation Room Dr. RS. Soetomo Surabaya and electronic medical records. Results:  From 82 samples, showed that the highest gender group was male (64.63%), age was dominated by 0-5 years (46.34%) and 6-11 years (34.14%), the most recent education was SD (24.39%), and most cities are Surabaya (56.09%). Most DPT immunization status is incomplete (63.41%), most diphtheria locations in tonsils (92.68%), the most therapy is penicillin procain 92.68%. Conclusio: Diphtheria is found at the age of 0-11 years, male sex, the majority lives in Surabaya, the highest level of education is elementary school, most DPT immunization status is incomplete, the location of the most diphtheria tonsils, the most type of therapy is penicillin procain.Keyword:  Diphtheria, Tonsils, Immunization
接受治疗的白喉患者简介,由SOETOMO泗水医生单独隔离
抽象。背景:白喉是一种致命的传染病,可能是由白喉杆菌引起的不寻常事件。印度尼西亚的白喉病例增加,而东爪哇最大的白喉病例,特别是2017年泗水,由于白喉免疫力低,发病率较高。口白喉是最常见的(90%)。高风险人群通常是未接种疫苗或服用低DT疫苗的儿童。目的:分析影响白喉的因素。方法与材料:本研究类型为回顾性描述性研究,采用总样本。研究样本为82。数据是通过苏德莫泗水医院特别隔离日志和电子医疗记录收集的。结果:在82个样本中,受访者的分布表明,最高的性别群体是男性(64.63%),年龄由0-5岁(46.34%)和6-11岁(34.14%)占多数,最新教育最多的是SD(2439%),最高的城市是泗水(56,09%)。免疫状态最多的是不完整的(63.41%),tonsil中喉的位置最多(92,68%),青霉素原属92.68%的治疗方法最多。总结:白喉在0-11岁时获得最多的男性,性别最多的是泗水,受教育程度最高的小学,免疫地位最低的是不完整的,白喉的位置最多的是tonsil,青霉素原素的最大治疗方法。关键词:白喉、扁桃体、免疫缺乏症。背景:Diphtheria是一种致命的传染病,可以由corynenebacterium Diphtheria引起。印度尼西亚增长的热量和爪哇东部最大的增长,特别是泗水在2017年是机密的,因为低覆盖的脑雾。口腔疾病的切除是最常见的。高风险的儿童通常不免疫或区域低DPT3和DT封闭保护。这次研究的目的是分析泗水地区影响diphtheria的因素。材料与方法:研究类型是一种逆向描述研究,使用全抽样研究。研究样本是82。数据是通过苏tomo -泗水医院电子医疗记录收集的。结果:从82次样本中,最极端的性别群体被证明是男性,年龄被0-5年(46.34%)和6-11年(34.14%)、大部分教育是小学(24.39%),大多数公民是泗水(56.09%)。大多数免疫状态不完整,tonsils的大部分位置(98.68%),大部分治疗原静脉注射92.68%。结论:Diphtheria发现在10 -11岁的年龄,男性性,泗水的主要生活,最高教育水平是小学,最不完美的状态,最不完美的低效性,最不完美的低效性,最低劣的麻醉,最常见的治疗方法是青霉素原基。音调,音调,免疫
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
28
审稿时长
12 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信