Ni Made Ari Widiastini, Putu indah Rahmawati, I. K. Arsa
{"title":"Menjaga Keberlanjutan Produk Lokal dan Keuangan Keluarga: Peran Perempuan Sebagai Penganyam Bambu di Desa Sidetapa Buleleng Bali Utara","authors":"Ni Made Ari Widiastini, Putu indah Rahmawati, I. K. Arsa","doi":"10.24843/jkb.2023.v13.i01.p08","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran perempuan sebagai penenun di Desa Sidetapa. Sejumlah perempuan penenun ditemui dalam penelitian ini untuk mengetahui mengapa mayoritas perempuan di Desa Sidetapa bekerja sebagai pengrajin bambu, jumlah produksi harian, jenis kerajinan bambu yang dihasilkan, dan sistem pemasaran produk kerajinan yang digunakan dalam memasarkan produknya. . Perempuan yang berprofesi sebagai pengrajin bambu menjadi subjek utama dalam penelitian ini. Observasi dan wawancara dilakukan secara langsung di Desa Sidetapa untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan kajian budaya. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa mayoritas pengrajin bambu di Desa Sidetapa adalah perempuan, yang setiap hari selalu menekuni pekerjaannya setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Ada juga yang menganyam setelah mengurus pertanian atau ternaknya. Pemasaran produk kerajinan bambu dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui bantuan pengepul atau dengan menjual sendiri. Jika sudah memiliki pelanggan, maka penjualan produk akan dilakukan secara langsung. Namun, kebanyakan dari mereka mempercayai pengepul dalam menjual produknya. Dalam perkembangannya, produk kerajinan bambu di Desa Sidetapa banyak dipromosikan melalui media sosial, selain sebagai bentuk update terhadap perkembangan teknologi, juga memungkinkan penjualan menjangkau pasar yang lebih luas. Produk-produk tersebut masih memiliki kekurangan seperti hasil yang kurang halus dan mahal dibandingkan dengan produk sejenis lainnya yang ada di pasaran sehingga tidak dapat diterima. Sehingga pengrajin bambu , khususnya perempuan penganyam membutuhkan pendampingan dari aspek produksi untuk meningkatkan kualitas produk.","PeriodicalId":44369,"journal":{"name":"Bali Medical Journal","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.9000,"publicationDate":"2023-04-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Bali Medical Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24843/jkb.2023.v13.i01.p08","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"Q3","JCRName":"MEDICINE, GENERAL & INTERNAL","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran perempuan sebagai penenun di Desa Sidetapa. Sejumlah perempuan penenun ditemui dalam penelitian ini untuk mengetahui mengapa mayoritas perempuan di Desa Sidetapa bekerja sebagai pengrajin bambu, jumlah produksi harian, jenis kerajinan bambu yang dihasilkan, dan sistem pemasaran produk kerajinan yang digunakan dalam memasarkan produknya. . Perempuan yang berprofesi sebagai pengrajin bambu menjadi subjek utama dalam penelitian ini. Observasi dan wawancara dilakukan secara langsung di Desa Sidetapa untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan kajian budaya. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa mayoritas pengrajin bambu di Desa Sidetapa adalah perempuan, yang setiap hari selalu menekuni pekerjaannya setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Ada juga yang menganyam setelah mengurus pertanian atau ternaknya. Pemasaran produk kerajinan bambu dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui bantuan pengepul atau dengan menjual sendiri. Jika sudah memiliki pelanggan, maka penjualan produk akan dilakukan secara langsung. Namun, kebanyakan dari mereka mempercayai pengepul dalam menjual produknya. Dalam perkembangannya, produk kerajinan bambu di Desa Sidetapa banyak dipromosikan melalui media sosial, selain sebagai bentuk update terhadap perkembangan teknologi, juga memungkinkan penjualan menjangkau pasar yang lebih luas. Produk-produk tersebut masih memiliki kekurangan seperti hasil yang kurang halus dan mahal dibandingkan dengan produk sejenis lainnya yang ada di pasaran sehingga tidak dapat diterima. Sehingga pengrajin bambu , khususnya perempuan penganyam membutuhkan pendampingan dari aspek produksi untuk meningkatkan kualitas produk.