Proses Penyembelihan dan Waktu Mati Sempurna Sapi Bali sebagai Hewan Kurban di Kabupaten Manokwari

Priyo Sambodo, Isti Widayati, Dwi Nurhayati, A. Baaka, P. ., J. Palulungan, Rizki Arizona, Noviyanti ., Noveling Inriani, E. K. Suawa, S. D. Rumetor, M. J. Wajo
{"title":"Proses Penyembelihan dan Waktu Mati Sempurna Sapi Bali sebagai Hewan Kurban di Kabupaten Manokwari","authors":"Priyo Sambodo, Isti Widayati, Dwi Nurhayati, A. Baaka, P. ., J. Palulungan, Rizki Arizona, Noviyanti ., Noveling Inriani, E. K. Suawa, S. D. Rumetor, M. J. Wajo","doi":"10.22146/jsv.76415","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek kesejahteraan hewan berdasarkan tata cara pemisahan dan handling sapi ketika akan disembelih, berapa lama waktu maksimal sapi Bali yang disembelih mati sempurna dan indikator kematian apa yang paling lama hilang setelah sapi disembelih. Penelitian ini dilakukan pada 57 ekor sapi Bali yang disembelih di 5 masjid di Kabupaten Manokwari yang menyelenggarakan penyembelihan hewan kurban. Pengamatan tata cara pemisahan dan handling sapi dilakukan dengan observasi. Waktu henti darah memancar dihitung sejak awal darah memancar sampai tidak lagi memancar. Indikator kematian lain (refleks pupil, refleks kornea, pernafasan ritmik, tonus rahang, tonus lidah, refleks ekor, refleks anus, dan refleks tracak) dihitung setelah waktu henti darah memancar diperoleh. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Data henti darah memancar dihitung rerata dan simpangan bakunya, sedangkan indikator lain disajikan dengan range tiap menit dalam tabel. Pemisahan antara lokasi penempatan dengan penyembelihan dan penggunaan kandang jepit modifikasi untuk handling telah dilakukan disebagian besar lokasi pengamatan. Waktu henti darah memancar pada penelitian ini adalah 2,93 menit. Refleks kornea dan tonus lidah merupakan indikator tercepat yang hilang, yaitu 4-5 menit setelah darah berhenti memancar, kemudian berturut-turut diikuti dengan pernafasan ritmik dan tonus rahang, yaitu masing-masing 5-6 menit serta refleks ekor dan refleks tracak, yaitu 6-7 menit. Refleks anus merupakan indikator terlama yang hilang, yaitu 7-8 menit setelah darah berhenti memancar. Kesimpulan: sebagain besar masjid telah memperhatikan kesejahteraan hewan berdasarkan lokasi dan tata cara penyembelihan. Sapi Bali sebagai hewan kurban di Kabupaten Manokwari mengalami mati sempurna pada menit ke 13,93 dan indikator kematian terakhir yang hilang adalah refleks anus.","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-04-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Sain Veteriner","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22146/jsv.76415","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek kesejahteraan hewan berdasarkan tata cara pemisahan dan handling sapi ketika akan disembelih, berapa lama waktu maksimal sapi Bali yang disembelih mati sempurna dan indikator kematian apa yang paling lama hilang setelah sapi disembelih. Penelitian ini dilakukan pada 57 ekor sapi Bali yang disembelih di 5 masjid di Kabupaten Manokwari yang menyelenggarakan penyembelihan hewan kurban. Pengamatan tata cara pemisahan dan handling sapi dilakukan dengan observasi. Waktu henti darah memancar dihitung sejak awal darah memancar sampai tidak lagi memancar. Indikator kematian lain (refleks pupil, refleks kornea, pernafasan ritmik, tonus rahang, tonus lidah, refleks ekor, refleks anus, dan refleks tracak) dihitung setelah waktu henti darah memancar diperoleh. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Data henti darah memancar dihitung rerata dan simpangan bakunya, sedangkan indikator lain disajikan dengan range tiap menit dalam tabel. Pemisahan antara lokasi penempatan dengan penyembelihan dan penggunaan kandang jepit modifikasi untuk handling telah dilakukan disebagian besar lokasi pengamatan. Waktu henti darah memancar pada penelitian ini adalah 2,93 menit. Refleks kornea dan tonus lidah merupakan indikator tercepat yang hilang, yaitu 4-5 menit setelah darah berhenti memancar, kemudian berturut-turut diikuti dengan pernafasan ritmik dan tonus rahang, yaitu masing-masing 5-6 menit serta refleks ekor dan refleks tracak, yaitu 6-7 menit. Refleks anus merupakan indikator terlama yang hilang, yaitu 7-8 menit setelah darah berhenti memancar. Kesimpulan: sebagain besar masjid telah memperhatikan kesejahteraan hewan berdasarkan lokasi dan tata cara penyembelihan. Sapi Bali sebagai hewan kurban di Kabupaten Manokwari mengalami mati sempurna pada menit ke 13,93 dan indikator kematian terakhir yang hilang adalah refleks anus.
在马奥克瓦里区,巴厘岛牛作为祭祀动物的完美宰杀和死亡过程
本研究旨在了解动物的福利方面,根据屠宰时的分治和管理条例,巴厘岛屠宰的最多时间是完美的,以及屠宰后最长的死亡指标是什么。这项研究涉及在Manokwari地区正在进行祭祀动物屠杀的5座清真寺屠杀57头巴厘岛母牛。观察牛的分离和处理条例是通过观察来进行的。血液流动的停止时间从血液流动的开始计算,直到不再流动。其他致命指标(瞳孔反射、角膜反射、有节奏呼吸、下颌tonus、舌头tonus、尾部反射、肛门反射和劳格反射)是在获得连续血流量后计算的。所获得的数据是描述性的分析。血流成河的数据是计算其密度和交叉量的,而其他指标则与表中的每分钟数一起显示。地点与屠宰之间的分离,以及用于处理的临时羊圈的使用,已经在大多数观察地点进行了分离。这项研究的放血时间为2.93分钟。角膜反射和舌头tonus是失去的最快的指标,在血液停止跳动4-5分钟后,然后是连续的有节奏呼吸和下颚tonus呼吸,即每5-6分钟,包括6-7分钟。肛门反射是血液停止跳动后7-8分钟内最古老的指标。结论:大多数清真寺都根据地点和屠宰条例来关心动物的福利。巴厘岛牛作为一种祭祀动物,Manokwari地区在13.93分钟内经历了一次完美的死亡,而失踪的最后一个指标是肛门反射。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信