{"title":"Errors Behind Asking Open-Ended Questions: A Study in Individual Counseling Class","authors":"Yeni Afrida, Fadhilla Yusri","doi":"10.30983/EDUCATIVE.V5I2.3679","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The skill of asking open-ended questions is one of the most important skills in counseling. Asking the right questions may help a counselor to understand the counselee's situation. This study aims to reveal the errors in asking open-ended questions during the implementation of individual counseling conducted by 27 fourth-semester students of the Guidance and Counseling Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teaching Training, State Islamic Institute (IAIN) Bukittinggi. The research was conducted through a quantitative approach. This research found that there were some common errors made by students when using open-ended questions; they were 1) 70.37% of students used open-ended questions that were not coherent, 2) 66% of students used open-ended questions “why” in their question, 3) 40.74% used repeated open-ended questions that have the same meaning, 4) 29.62% used open-ended questions that did not in line with the context, 5) 14.81% students used open-tailed questions, 6) 11.11% students used 2 open-ended questions simultaneously at the same time, and 7) there were 11.11% who did not use open-ended questions at all during the counseling processBertanya adalah salah satu keterampilan yang paling penting dalam proses konseling. Pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang tepat dapat membantu konselor memahami situasi konseli, alasan konseli menemui konselor, harapan-harapan konseli, dan informasi-informasi yang relevan dengan situasi yang dihadapi oleh konseli saat itu. Keterampilan menggunakan pertanyaan terbuka merupakan salah satu dari keterampilan bertanya yang penting tersebut. Penelitian ini berupaya mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang digunakan oleh 27 orang mahasiswa semester IV Program Studi Bimbingan dan Konseling Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi dalam pelaksanaan konseling individual. Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kesalahan-kesalahan penggunaan pertanyaan terbuka dalam konseling individual yang dilakukan oleh mahasiswa. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif. Melalui penelitian ini diperoleh informasi bahwa, terdapat beberapa kesalahan umum yang dilakukan mahasiswa pada saat menggunakan pertanyaan terbuka yaitu 1) 70,37% mahasiswa menggunakan pertanyaan terbuka yang tidak runtut, 2) 66% mahasiswa menggunakan pertanyaan terbuka dengan kata tanya mengapa, 3) 40,74% menggunakan pertanyaan terbuka yang berulang dengan makna sama, 4) 29,62 % menggunakan pertanyaan terbuka yang tidak sesuai konteks, 5) 14,81% mahasiswa menggunakan pertanyaan terbuka mengekor, 6) 11,11% mahasiswa menggunakan sekaligus 2 pertanyaan terbuka dalam waktu yang sama, dan 7) terdapat 11,11 persen yang sama sekali tidak menggunakan pertanyaan terbuka selama proses konseling.","PeriodicalId":33194,"journal":{"name":"Jurnal Educative Journal of Educational Studies","volume":"657 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Educative Journal of Educational Studies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30983/EDUCATIVE.V5I2.3679","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
The skill of asking open-ended questions is one of the most important skills in counseling. Asking the right questions may help a counselor to understand the counselee's situation. This study aims to reveal the errors in asking open-ended questions during the implementation of individual counseling conducted by 27 fourth-semester students of the Guidance and Counseling Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teaching Training, State Islamic Institute (IAIN) Bukittinggi. The research was conducted through a quantitative approach. This research found that there were some common errors made by students when using open-ended questions; they were 1) 70.37% of students used open-ended questions that were not coherent, 2) 66% of students used open-ended questions “why” in their question, 3) 40.74% used repeated open-ended questions that have the same meaning, 4) 29.62% used open-ended questions that did not in line with the context, 5) 14.81% students used open-tailed questions, 6) 11.11% students used 2 open-ended questions simultaneously at the same time, and 7) there were 11.11% who did not use open-ended questions at all during the counseling processBertanya adalah salah satu keterampilan yang paling penting dalam proses konseling. Pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang tepat dapat membantu konselor memahami situasi konseli, alasan konseli menemui konselor, harapan-harapan konseli, dan informasi-informasi yang relevan dengan situasi yang dihadapi oleh konseli saat itu. Keterampilan menggunakan pertanyaan terbuka merupakan salah satu dari keterampilan bertanya yang penting tersebut. Penelitian ini berupaya mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang digunakan oleh 27 orang mahasiswa semester IV Program Studi Bimbingan dan Konseling Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi dalam pelaksanaan konseling individual. Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kesalahan-kesalahan penggunaan pertanyaan terbuka dalam konseling individual yang dilakukan oleh mahasiswa. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif. Melalui penelitian ini diperoleh informasi bahwa, terdapat beberapa kesalahan umum yang dilakukan mahasiswa pada saat menggunakan pertanyaan terbuka yaitu 1) 70,37% mahasiswa menggunakan pertanyaan terbuka yang tidak runtut, 2) 66% mahasiswa menggunakan pertanyaan terbuka dengan kata tanya mengapa, 3) 40,74% menggunakan pertanyaan terbuka yang berulang dengan makna sama, 4) 29,62 % menggunakan pertanyaan terbuka yang tidak sesuai konteks, 5) 14,81% mahasiswa menggunakan pertanyaan terbuka mengekor, 6) 11,11% mahasiswa menggunakan sekaligus 2 pertanyaan terbuka dalam waktu yang sama, dan 7) terdapat 11,11 persen yang sama sekali tidak menggunakan pertanyaan terbuka selama proses konseling.
问开放式问题的技巧是咨询中最重要的技巧之一。问正确的问题可以帮助咨询师了解被咨询人的情况。本研究旨在揭示27名国立伊斯兰学院(IAIN) bukittingi Tarbiyah与教学培训学院指导与咨询研究项目第四学期学生在实施个人咨询时提出开放式问题的错误。这项研究是通过定量方法进行的。本研究发现,学生在使用开放式问题时有一些常见的错误;1) 70.37%的学生使用了不连贯的开放式问题,2)66%的学生在问题中使用了开放式问题“为什么”,3)40.74%的学生使用了相同意思的重复开放式问题,4)29.62%的学生使用了不符合上下文的开放式问题,5)14.81%的学生使用了开尾问题,6)11.11%的学生同时使用了两个开放式问题。7)有11.11%的人在咨询过程中根本没有使用开放式问题。Pengajuan pertanyan - pertanyan yang tepat patpatat membantu konseli memahami situation - konseli, alasan konseli menemui konseli, harapan-harapan konseli, dan informasi- informasyang相关,dengan situation - yang dihadapi oleh konseli saat itu。Keterampilan menggunakan pertananyan terbuka merupakan salah satu dari Keterampilan bertanya yang penting tersebut。Penelitian ini berupaya mengungkapkan pertanyaan terbuka yang digunakan oleh 27 orang mahasiswa第四学期项目研究Bimbingan dan Konseling institute Agama Islam Negeri bukittingi dalam pelaksanaan Konseling个人。世卫组织特别代表ini bertujuan untuk mengungkapkan kesalahan-kesalahan penggunaan pertanyaan terbuka dalam konseling个人yang dilakukan oleh mahasiswa。Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatiti。Melalui penelitian ini diperoleh informasi bahwa, terdapat beberapa kesalahan umum yang dilakukan mahasiswa pada saat menggunakan pertanaan terbuka yang tibuka ya 1) 70,37% mahasiswa menggunakan pertanaan terbuka dengan kata tanakan runtut, 2) 66% mahasiswa menggunakan pertanaan terbuka dengan kata mengapa, 3) 40,74% menggunakan pertanaan terbuka yang berulang dengan makna sama, 4) 29,62% menggunakan pertanaan terbuka yang tibuka sesuai konteks,5) 14,81% mahasiswa menggunakan pertanyaan terbuka mengekor, 6) 11,11% mahasiswa menggunakan sekaligus 2 pertanyaan terbuka dalam waktu Yang sama, 7) terdapat 11,11人Yang sama sekali tidak menggunakan pertanyaan terbuka selama proses konseling。