Perkembangan Pembelajaran Sejarah Pasca Kemerdekaan-Reformasi

Ulfah Nury Batubara, A. Aman
{"title":"Perkembangan Pembelajaran Sejarah Pasca Kemerdekaan-Reformasi","authors":"Ulfah Nury Batubara, A. Aman","doi":"10.21009/JPS.081.02","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract: This article aims to examine the development of historical learning from post-independence Indonesia to the Reformation period. During that period, Indonesia has made 9 (nine) curriculum changes. Learning history at the beginning of independence was characterized by a spirit of nationalism, considering that this time, Indonesia still had to struggle to maintain its independence. Entering the Suharto government, historical learning directions and policies also changed along with political interests, namely strengthening the legitimacy of Suharto's power. Furthermore, the Reformation period marked by the end of Suharto's rule, the direction and purpose of historical learning also changed, namely preparing the younger generation to have human resources that are equal to other countries. Learning of the history of the reform era made many changes and reviewed various past events that did not exist in the history books of the New Order. The research method used is descriptive method, which describes the problem to obtain answers. The results of the study show that learning from time to time changes color following the color of government politics. This is because history learning has a very strategic role in supporting government programs. \n  \n Artikel ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan pembelajaran sejarah mulai dari pasca kemerdekaan Indonesia hingga masa Reformasi. Selama periode itu, Indonesia sudah melakukan perubahan kurikulum sebanyak 9 (sembilan) kali. Pembelajaran sejarah di awal kemerdekaan diwarnai dengan semangat nasionalisme, mengingat masa ini, Indonesia masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaannya. Memasuki pemerintahan Soeharto, arah dan kebijakan pembelajaran sejarah juga berubah seiring dengan kepentingan politik, yakni memperkuat legitimasi kekuasaan Soeharto. Selanjutnya masa Reformasi yang ditandai dengan berakhirnya kekuasaan Soeharto, arah dan tujuan pembelajaran sejarah ikut berubah, yakni menyiapkan generasi muda untuk memiliki SDM yang sejajar dengan negara lain. Pembelajaran sejarah era reformasi banyak melakukan perubahan dan mengkaji berbagai peristiwa masa lalu  yang tidak ada pada buku-buku sejarah masa Orde Baru. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu menggambarkan masalah untuk memperoleh jawaban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dari masa ke masa berubah warna mengikuti  warna politik pemerintah.  Hal ini disebabkan karena pembelajaran sejarah memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung program pemerintah.","PeriodicalId":31253,"journal":{"name":"Historia Jurnal Pendidikan Sejarah FKIP UM Metro","volume":"310 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"5","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Historia Jurnal Pendidikan Sejarah FKIP UM Metro","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21009/JPS.081.02","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 5

Abstract

Abstract: This article aims to examine the development of historical learning from post-independence Indonesia to the Reformation period. During that period, Indonesia has made 9 (nine) curriculum changes. Learning history at the beginning of independence was characterized by a spirit of nationalism, considering that this time, Indonesia still had to struggle to maintain its independence. Entering the Suharto government, historical learning directions and policies also changed along with political interests, namely strengthening the legitimacy of Suharto's power. Furthermore, the Reformation period marked by the end of Suharto's rule, the direction and purpose of historical learning also changed, namely preparing the younger generation to have human resources that are equal to other countries. Learning of the history of the reform era made many changes and reviewed various past events that did not exist in the history books of the New Order. The research method used is descriptive method, which describes the problem to obtain answers. The results of the study show that learning from time to time changes color following the color of government politics. This is because history learning has a very strategic role in supporting government programs.    Artikel ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan pembelajaran sejarah mulai dari pasca kemerdekaan Indonesia hingga masa Reformasi. Selama periode itu, Indonesia sudah melakukan perubahan kurikulum sebanyak 9 (sembilan) kali. Pembelajaran sejarah di awal kemerdekaan diwarnai dengan semangat nasionalisme, mengingat masa ini, Indonesia masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaannya. Memasuki pemerintahan Soeharto, arah dan kebijakan pembelajaran sejarah juga berubah seiring dengan kepentingan politik, yakni memperkuat legitimasi kekuasaan Soeharto. Selanjutnya masa Reformasi yang ditandai dengan berakhirnya kekuasaan Soeharto, arah dan tujuan pembelajaran sejarah ikut berubah, yakni menyiapkan generasi muda untuk memiliki SDM yang sejajar dengan negara lain. Pembelajaran sejarah era reformasi banyak melakukan perubahan dan mengkaji berbagai peristiwa masa lalu  yang tidak ada pada buku-buku sejarah masa Orde Baru. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu menggambarkan masalah untuk memperoleh jawaban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dari masa ke masa berubah warna mengikuti  warna politik pemerintah.  Hal ini disebabkan karena pembelajaran sejarah memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung program pemerintah.
改革后历史学习的发展
摘要:本文旨在考察印尼独立后至宗教改革时期历史学习的发展。在此期间,印尼进行了9项课程改革。在独立之初学习历史的特点是民族主义精神,考虑到此时印度尼西亚仍然需要为保持其独立而斗争。进入苏哈托政府后,历史的学习方向和政策也随着政治利益发生了变化,即加强了苏哈托政权的合法性。此外,以苏哈托统治结束为标志的改革时期,历史学习的方向和目的也发生了变化,即为年轻一代准备与其他国家平等的人力资源。学习维新时代的历史,对新秩序史书中不存在的各种历史事件进行了许多改变和回顾。使用的研究方法是描述性方法,通过描述问题来获得答案。研究结果表明,学习不时会随着政府政治的颜色而改变颜色。这是因为历史学习在支持政府项目方面具有非常重要的战略作用。Artikel ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan pembelajaran sejarah mulai dari pasca kemerdekaan印度尼西亚的改革。Selama period itu,印度尼西亚sudah melakukan perubahan kurikulum sebanyak 9 (sembilan) kali。Pembelajaran sejarah di awal kemerdekaan diwarnai dengan semangat民族主义,印度尼西亚masih harus berjuang成员pertahankan kemerdekaannya。苏哈托总理,苏哈托议员,苏哈托议员,苏哈托议员,苏哈托议员,苏哈托议员,苏哈托议员,苏哈托议员。苏哈托,苏哈托,苏哈托,苏哈托,苏哈托,苏哈托,苏哈托,苏哈托,苏哈托,苏哈托,苏哈托,苏哈托,苏哈托,苏哈托,苏哈托,苏哈托,苏哈托,苏哈托,苏哈托。pembelajajan sejarah时代改革,banyak, melakukan, perubahan, danmengkaji, berbagai, peristitiwa, masa, lalu, yang, tidak, ada, buku-buku, sejarah, masa Orde Baru。方法penelitian yang digunakan adalah方法说明,yitu menggambarkan masalah untuk memperoleh jawaban。Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dari masa ke masa berubah warna mengikuti warna politik permerintah。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
审稿时长
4 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信