PENGARUH POLA ASUH PERMISIF ORANG TUA TERHADAP SELF-CONTROL (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Rambang Kabupaten Muara Enim)

Sella Putri Ani
{"title":"PENGARUH POLA ASUH PERMISIF ORANG TUA TERHADAP SELF-CONTROL (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Rambang Kabupaten Muara Enim)","authors":"Sella Putri Ani","doi":"10.32663/psikodidaktika.v5i1.986","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"PENGARUH POLA ASUH PERMISIF ORANG TUA TERHADAP SELF-CONTROL (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Rambang Kabupaten Muara Enim) \nOleh : \nSella Putri Ani1, Edi Harapan 2, Kurnia Sari3 \nBimbingan dan Konseling, Universitas PGRI Palembang \nsellaputriani00@gmail.com1, ehara205@gmail.com2, kurniasari@univpgri-palembang.ac.3. \n \nABSTRAK \nRendahnya self-control pada anak usia remaja di pengaruhi oleh faktor usia dan lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga terutama orangtua yang menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Apabila orangtua menerapkan pola asuh permisif bersikap acuh tak acuh (mengabaikan) maka akan menyebabkan anak usia remaja tidak mempunyai kontrol diri yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola asuh permisif orang tua terhadap self-control studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rambang Kabupaten Muara Enim. Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan bentuk desain korelasi sederhana. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 145 siswa. Sampel dari penelitian ini adalah berjumlah 50 siswa. Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sampling purposive. Dalam penelitian ini diketahui hasil analisis data angket variabel X (Pola Asuh Permisif) jumlah skor total 5644 dengan nilai rata-rata 113,12. Kemudian untuk variabel Y (Self-Control) jumlah skor total 5418 dengan nilai rata-rata 108,3. Selain itu hasil yang diperoleh korelasi product moment di dapatkan hasil r = 0,65 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan variabel yang diteliti. Sedangkan hasil perhitungan regresi linear sederhana = 4,512 + 0,96. Selanjutnya, analisis hipotesis dengan menggunakan uji t di peroleh thitung sebesar 5,897 sedangkan ttabel sebesar 1,670 karena thitung ? ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak, dengan kata lain adanya pengaruh pola asuh permisif orang tua terhadap self-control studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rambang Kabupaten Muara Enim. \n \nKata Kunci : Pola Asuh, Permisif, Self-Control. \n \n \nABSTRACT \n \n The low self-control in adolescents is influenced by age and family environment. Family environment, especially parents who determine how the ability to control oneself. If parents apply permissive parenting to be indifferent (ignoring) then it will cause teenagers do not have good self-control. This study aims to determine the effect of parental permissive parenting on self-control studies in eighth grade students of SMP Negeri 2 Rambang Muara Enim Regency. The method used is a quantitative method with a simple correlation design form. The population of this study was all students of class VIII, amounting to 145 students. The sample of this study were 50 students. The technique used in sampling in this study is to use purposive sampling. In this study the results of the analysis of the questionnaire data variable X (Permissive Parenting) total score of 5644 with an average value of 113.12. Then for the Y variable (Self-Control) the total score is 5418 with an average value of 108.3. In addition, the results obtained by product moment correlation obtained r = 0.65, which indicates that there is a relationship of variables studied. While the results of simple linear regression calculations ? = 4.512 + 0.96. Furthermore, hypothesis analysis using t test was obtained by tcount of 5.897 while ttable of 1.670 because tcount ? ttable then Ha was accepted and H0 was rejected, in other words the influence of parental permissive parenting on self-control studies in class VIII students of SMP Negeri 2 Rambang districts. \n \nKeywords: Parenting, Permissive, Self-Control \n \n \n PENDAHULUAN \n \nPola asuh merupakan podasi awal pembentukan kepribadian anak yang didapat dari orangtuanya. Masing-masing orangtua memiliki cara tersendiri dalam mendidik anaknya. Setiap orangtua memiliki pandangan masing-masing dalam memilih pola asuh yang diterapkan kepada anak-nanaknya. Pola asuh mencakup bagaimana orang tua memelihara anak yang masih kecil, laki-laki ataupun perempuan, atau memelihara yang sudah besar tapi belum dewasa, menjaganya dari sesuatu yang menyakiti atau merusaknya, mendidik jasmani, rohani dan akal anak dengan sadar dan disertai dengan tanggung jawab agar mampu berdiri sendiri, membimbing anak agar dapat memikul tanggung jawab dalam hidupnya (Susanto, 2015). Pola asuh tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Jika salah pilih penerapan pola asuh, kemungkinan akan menghasilkan anak yang tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri (self-control). \nAda dua dimensi dalam pola asuh permisif menurut Maccoby dan Martin (dalam Zahara, 2015) yaitu pola asuh permisif memanjakan. Pola asuh permisif memanjakan merupakan pola asuh ini mengandung undemanding dan responsive, dicirikan dengan orang tua yang terlalu membebaskan anak dalam segala hal tanpa adanya tuntutan maupun kontrol. Anak dibolehkan untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Biasanya mereka tidak terlalu banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada anaknya, karena orangtua dengan tipe ini cenderung memberikan kepercayaan penuh kepada anak untuk menentukan pilihannya, anak bebas mengekspresikan perasaan sesuai dengan keinginannya sehingga kebutuhan psikisnya tidak terganggu. Kedua menurut Santrock (Muin, 2015) pola asuh permisif tidak peduli (Permissive indifferent) adalah suatu pola asuh dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak, tipe pengasuhan ini diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak, khususnya kurang kendali diri. Pola pengasuhan ini menjauh (bersifat memusuhi) dan sangat permisif (terlalu membolehkan). Pola asuh ini berkaitan dengan perilaku sosial anak yang tidak cakap, teruma kurangnya pengendalian diri (self-control). \nCalhoun dan Acocella (Intani, 2018) bahwa kontrol diri (self-control) adalah sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Faktor-faktor yang turut mempengaruhi kotrol diri seseorang biasanya disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Ghufron & Risnawita (2017) mengenai faktor yang mempengaruhi kontrol diri terdiri dari dua, yaitu faktor internal dan eksternal. \n \nFaktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengotrol diri seseorang itu. \nFaktor Ekternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluaraga terutama orang tua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. \n \nRendahnya self-control di kalangan remaja maka akan cenderung bertindak atau perilaku negatif, seperti perilaku bolos ketika jam pelajaran, terlambat datang ke sekolah, tidak mengerjakan tugas, dan sebagiannya. Hal ini tentu saja bukan peristiwa yang biasa, sebab jika tidak dilakukan perhatian dan penanganan secara khusus, akan semakin bertambah kasus-kasus siswa membolos ketika jam pelajaran atau bahkan melakukan pelanggaran-pelanggaran tatatertib sekolah lainnya. Pravitasari (2012) menyatakan bahwa 30,6% perilaku membolos dipengaruhi oleh pola asuh permisif. Pola asuh permisif memberikan kebebasan sepenuhnya pada anak, mereka tidak memberikan pengarahan dan penjelasan tentang apa yang sebaiknya dilakukan anak, akhirnya anak menunjukkan pengendalian diri yang buruk dan tidak bisa menangani kebebasan dengan baik, serta tidak memiliki kemampuan sosial. Akibatnya anak mengalami penyimpangan-penyimpangan perilaku, misalnya suka tidak masuk sekolah (membolos), tidak memakai atribut sekolah, tidak membuat pekerjaan rumah dan masih banyak lagi permasalahan yang tibul akibat kurang pengawasan dan bimbingan orangtua yang menerapkan pola asuh permisif. \nAnak yang memiliki orangtua yang mengabaikan merasa bahwa aspek lain kehidupan orangtua lebih penting daripada diri mereka. Anak-anak cenderung tidak memiliki kemampuan sosial. Banyak diantaranya memiliki pengendalian diri (self-control) yang buruk dan tidak mandiri. Anak sering kali memiliki harga diri yang rendah, tidak dewasa, dan mungkin terasing dari keluarga dan berperilaku destruktif terhadap lingkungan sekitar. Rice (dalam Zahara, 2015), mengemukakan beberapa sikap orang tua yang kurang tepat yang mengganggu self control remaja, beberapa sikap orangtua tersebut meliputi: 1). Pengabaian fisik 2). Pengabaian emosional, 3). Pengabaian intelektual termasuk didalamnya kegagalan untuk memberikan pengalaman yang menstimulasi intelek remaja, 4). Pengabaian sosial, 5). Pengabaian moral. Kurangnya bimbingan orang tua terhadap anak akan mengakibatkan anak beberapa permasalahan yang berkaitan dengan self-control. Kemampuan self-control yang rendah membuat remaja melakukan hal-hal yang kurang dapat diterima oleh lingkungan sekitar khususnya lingkungan sekolah, misalnya kurangnya kesopanan remaja pada guru dan personal lainnya, kurangnya etika dalam bergaul dengan teman-teman, menunjukkan sikap negatif, serta melanggar peraturan sekolah. \nDilihat dari hasil observasi awal di SMP Negeri 2 Rambang Kabupaten Muara Enim di peroleh bahwa terdapat beberapa siswa yang memiliki self�control yang rendah, sehingga siswa melakukan perilaku melanggar tata tertib sekolah seperti membolos ketika jam pelajaran, tidak mengerjakan tugas, terlambat datang ke sekolah dan terjadi perkelahian. Berdasarkan penjelasan teori di atas Asumsi peneliti adalah salah satu penyebab rendahnya self-control di usia remaja adalah pola asuh permisif dari orangtua siswa yang terlalu memberikan kebebasan kepada anak. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti masalah rendahnya self-control disebabkan pola asuh permisif orangtua sehingga ditemukannya cara untuk mengatasi masalah siswa yang berkaitan dengan rendahnya self-control. \nPermasalahan yang terlihat pada hasil penelitian awal tersebut memberikan ketertarikan pada peneliti untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang pengaruh pola asuh permisif orang tua terhadap self control (studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ra","PeriodicalId":34356,"journal":{"name":"Guidena","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Guidena","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32663/psikodidaktika.v5i1.986","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

Abstract

PENGARUH POLA ASUH PERMISIF ORANG TUA TERHADAP SELF-CONTROL (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Rambang Kabupaten Muara Enim) Oleh : Sella Putri Ani1, Edi Harapan 2, Kurnia Sari3 Bimbingan dan Konseling, Universitas PGRI Palembang sellaputriani00@gmail.com1, ehara205@gmail.com2, kurniasari@univpgri-palembang.ac.3. ABSTRAK Rendahnya self-control pada anak usia remaja di pengaruhi oleh faktor usia dan lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga terutama orangtua yang menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Apabila orangtua menerapkan pola asuh permisif bersikap acuh tak acuh (mengabaikan) maka akan menyebabkan anak usia remaja tidak mempunyai kontrol diri yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola asuh permisif orang tua terhadap self-control studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rambang Kabupaten Muara Enim. Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan bentuk desain korelasi sederhana. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 145 siswa. Sampel dari penelitian ini adalah berjumlah 50 siswa. Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sampling purposive. Dalam penelitian ini diketahui hasil analisis data angket variabel X (Pola Asuh Permisif) jumlah skor total 5644 dengan nilai rata-rata 113,12. Kemudian untuk variabel Y (Self-Control) jumlah skor total 5418 dengan nilai rata-rata 108,3. Selain itu hasil yang diperoleh korelasi product moment di dapatkan hasil r = 0,65 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan variabel yang diteliti. Sedangkan hasil perhitungan regresi linear sederhana = 4,512 + 0,96. Selanjutnya, analisis hipotesis dengan menggunakan uji t di peroleh thitung sebesar 5,897 sedangkan ttabel sebesar 1,670 karena thitung ? ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak, dengan kata lain adanya pengaruh pola asuh permisif orang tua terhadap self-control studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rambang Kabupaten Muara Enim. Kata Kunci : Pola Asuh, Permisif, Self-Control. ABSTRACT The low self-control in adolescents is influenced by age and family environment. Family environment, especially parents who determine how the ability to control oneself. If parents apply permissive parenting to be indifferent (ignoring) then it will cause teenagers do not have good self-control. This study aims to determine the effect of parental permissive parenting on self-control studies in eighth grade students of SMP Negeri 2 Rambang Muara Enim Regency. The method used is a quantitative method with a simple correlation design form. The population of this study was all students of class VIII, amounting to 145 students. The sample of this study were 50 students. The technique used in sampling in this study is to use purposive sampling. In this study the results of the analysis of the questionnaire data variable X (Permissive Parenting) total score of 5644 with an average value of 113.12. Then for the Y variable (Self-Control) the total score is 5418 with an average value of 108.3. In addition, the results obtained by product moment correlation obtained r = 0.65, which indicates that there is a relationship of variables studied. While the results of simple linear regression calculations ? = 4.512 + 0.96. Furthermore, hypothesis analysis using t test was obtained by tcount of 5.897 while ttable of 1.670 because tcount ? ttable then Ha was accepted and H0 was rejected, in other words the influence of parental permissive parenting on self-control studies in class VIII students of SMP Negeri 2 Rambang districts. Keywords: Parenting, Permissive, Self-Control PENDAHULUAN Pola asuh merupakan podasi awal pembentukan kepribadian anak yang didapat dari orangtuanya. Masing-masing orangtua memiliki cara tersendiri dalam mendidik anaknya. Setiap orangtua memiliki pandangan masing-masing dalam memilih pola asuh yang diterapkan kepada anak-nanaknya. Pola asuh mencakup bagaimana orang tua memelihara anak yang masih kecil, laki-laki ataupun perempuan, atau memelihara yang sudah besar tapi belum dewasa, menjaganya dari sesuatu yang menyakiti atau merusaknya, mendidik jasmani, rohani dan akal anak dengan sadar dan disertai dengan tanggung jawab agar mampu berdiri sendiri, membimbing anak agar dapat memikul tanggung jawab dalam hidupnya (Susanto, 2015). Pola asuh tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Jika salah pilih penerapan pola asuh, kemungkinan akan menghasilkan anak yang tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri (self-control). Ada dua dimensi dalam pola asuh permisif menurut Maccoby dan Martin (dalam Zahara, 2015) yaitu pola asuh permisif memanjakan. Pola asuh permisif memanjakan merupakan pola asuh ini mengandung undemanding dan responsive, dicirikan dengan orang tua yang terlalu membebaskan anak dalam segala hal tanpa adanya tuntutan maupun kontrol. Anak dibolehkan untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Biasanya mereka tidak terlalu banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada anaknya, karena orangtua dengan tipe ini cenderung memberikan kepercayaan penuh kepada anak untuk menentukan pilihannya, anak bebas mengekspresikan perasaan sesuai dengan keinginannya sehingga kebutuhan psikisnya tidak terganggu. Kedua menurut Santrock (Muin, 2015) pola asuh permisif tidak peduli (Permissive indifferent) adalah suatu pola asuh dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak, tipe pengasuhan ini diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak, khususnya kurang kendali diri. Pola pengasuhan ini menjauh (bersifat memusuhi) dan sangat permisif (terlalu membolehkan). Pola asuh ini berkaitan dengan perilaku sosial anak yang tidak cakap, teruma kurangnya pengendalian diri (self-control). Calhoun dan Acocella (Intani, 2018) bahwa kontrol diri (self-control) adalah sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Faktor-faktor yang turut mempengaruhi kotrol diri seseorang biasanya disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Ghufron & Risnawita (2017) mengenai faktor yang mempengaruhi kontrol diri terdiri dari dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengotrol diri seseorang itu. Faktor Ekternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluaraga terutama orang tua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Rendahnya self-control di kalangan remaja maka akan cenderung bertindak atau perilaku negatif, seperti perilaku bolos ketika jam pelajaran, terlambat datang ke sekolah, tidak mengerjakan tugas, dan sebagiannya. Hal ini tentu saja bukan peristiwa yang biasa, sebab jika tidak dilakukan perhatian dan penanganan secara khusus, akan semakin bertambah kasus-kasus siswa membolos ketika jam pelajaran atau bahkan melakukan pelanggaran-pelanggaran tatatertib sekolah lainnya. Pravitasari (2012) menyatakan bahwa 30,6% perilaku membolos dipengaruhi oleh pola asuh permisif. Pola asuh permisif memberikan kebebasan sepenuhnya pada anak, mereka tidak memberikan pengarahan dan penjelasan tentang apa yang sebaiknya dilakukan anak, akhirnya anak menunjukkan pengendalian diri yang buruk dan tidak bisa menangani kebebasan dengan baik, serta tidak memiliki kemampuan sosial. Akibatnya anak mengalami penyimpangan-penyimpangan perilaku, misalnya suka tidak masuk sekolah (membolos), tidak memakai atribut sekolah, tidak membuat pekerjaan rumah dan masih banyak lagi permasalahan yang tibul akibat kurang pengawasan dan bimbingan orangtua yang menerapkan pola asuh permisif. Anak yang memiliki orangtua yang mengabaikan merasa bahwa aspek lain kehidupan orangtua lebih penting daripada diri mereka. Anak-anak cenderung tidak memiliki kemampuan sosial. Banyak diantaranya memiliki pengendalian diri (self-control) yang buruk dan tidak mandiri. Anak sering kali memiliki harga diri yang rendah, tidak dewasa, dan mungkin terasing dari keluarga dan berperilaku destruktif terhadap lingkungan sekitar. Rice (dalam Zahara, 2015), mengemukakan beberapa sikap orang tua yang kurang tepat yang mengganggu self control remaja, beberapa sikap orangtua tersebut meliputi: 1). Pengabaian fisik 2). Pengabaian emosional, 3). Pengabaian intelektual termasuk didalamnya kegagalan untuk memberikan pengalaman yang menstimulasi intelek remaja, 4). Pengabaian sosial, 5). Pengabaian moral. Kurangnya bimbingan orang tua terhadap anak akan mengakibatkan anak beberapa permasalahan yang berkaitan dengan self-control. Kemampuan self-control yang rendah membuat remaja melakukan hal-hal yang kurang dapat diterima oleh lingkungan sekitar khususnya lingkungan sekolah, misalnya kurangnya kesopanan remaja pada guru dan personal lainnya, kurangnya etika dalam bergaul dengan teman-teman, menunjukkan sikap negatif, serta melanggar peraturan sekolah. Dilihat dari hasil observasi awal di SMP Negeri 2 Rambang Kabupaten Muara Enim di peroleh bahwa terdapat beberapa siswa yang memiliki self�control yang rendah, sehingga siswa melakukan perilaku melanggar tata tertib sekolah seperti membolos ketika jam pelajaran, tidak mengerjakan tugas, terlambat datang ke sekolah dan terjadi perkelahian. Berdasarkan penjelasan teori di atas Asumsi peneliti adalah salah satu penyebab rendahnya self-control di usia remaja adalah pola asuh permisif dari orangtua siswa yang terlalu memberikan kebebasan kepada anak. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti masalah rendahnya self-control disebabkan pola asuh permisif orangtua sehingga ditemukannya cara untuk mengatasi masalah siswa yang berkaitan dengan rendahnya self-control. Permasalahan yang terlihat pada hasil penelitian awal tersebut memberikan ketertarikan pada peneliti untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang pengaruh pola asuh permisif orang tua terhadap self control (studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ra
家长监护权对父母自控的影响(西格曼县8班学生的研究):青少年的自我控制程度较低,是由年龄和家庭环境因素影响的。家庭环境,尤其是父母,决定了一个人如何控制自己。当父母实行宽容的教养时,孩子就会缺乏良好的自制力。本研究旨在确定父母的宽容教养对英尼姆河口八年级学生的自我控制研究的影响。使用的方法是一种简单的相关设计的定量方法。这项研究的总人口是八年级学生,共有145名学生。本研究的样本为50名学生。至于在本研究中抽样使用的技术,则采用采样方法。本研究发现,变量X值分析结果为共5644分,平均得分为113.12分。然后对于变量Y,分数总数5418,平均值108.3。除了获取生成力矩相关的结果,得到r = 0.65的结果,表明正在研究可变关系。而简单的线性回归计算= 4,512 + 0.96。接下来,用t测试进行假设分析的结果是5,897,而t图表是1670因为thitung ?ttab被接受,H0被拒绝,换句话说,父母宽容的教养对英音二年级中学生的自我控制研究的影响。关键词:教养、宽容、自我控制。忽视低自我控制的青少年正受到时代和家庭环境的影响。家庭环境,特别是决定自己控制能力的父母。如果父母一心要变得不一样,那就会导致青少年表现不好。这项研究旨在确定8年级独立学生对自我控制研究的影响。使用的方法是用一种简单的相关设计形式来概括的方法。这些研究的人口都是八年级学生,共有145名学生。这个研究的样本有50名学生。这项研究使用的技术用于采样。在研究中,变量数据分析的结果显示共5644分,平均得分为113.12分。然后对于Y变量,总分数是5418,平均水平是108.3。另外,由于生产力矩相关的结果r = 0.65,结果是变量学习的关系。而简单的线性回归的结果呢?是4512 + 0。Furthermore,假设分析当时他被接受,H0被取消,但话又说回来,括号对中国国立初中2年级学生自我控制研究的影响。Keywords:为人父母的孩子在成长过程中,为人父母、为人父母、自我管理、自我介绍是他们最初的推导。每个家长都有自己的方法来教育他们的孩子。每个家长对选择适用于孩子的教养有自己的看法。包括教养父母如何照顾年幼的孩子,男孩或女孩,或者养大了,但还没长大,照顾他的身体伤害或破坏的东西,教育和理性精神,有意识地和孩子伴随着责任,以便能够自己站起来,引导孩子一生中承担责任(Susanto, 2015)。这种教养肯定会在一个家庭和另一个家庭之间有所不同。如果选择不当的教养,很可能会产生一个无法自我控制的孩子。根据Maccoby和Martin(在2015年的Zahara),宽容的寄养模式有两个维度。放纵监护权是一种无需求和负责任的教养,其特点是父母在没有任何要求和控制的情况下过度解放孩子。孩子可以做任何他想做的事。 通常情况下,他们不会给孩子太多的指导和方向,因为这种类型的父母倾向于完全信任他们的孩子来决定他们的选择,孩子可以自由地表达他们想要的情感,这样他们的精神需求就不会受到干扰。根据Santrock(2015年Muin)的说法,“无亲属关系”养育模式是一种父母完全不关心孩子生活的教养模式,这种教养与孩子的社会无能,尤其是缺乏自我控制。这种养育模式变得(敌对)和非常宽容。这种教养与儿童不称职、缺乏自我控制的社会行为有关。Calhoun和Acocella (Intani, 2018)认为自我控制是对一个人的生理、心理和行为过程的一种安排,换句话说,是一系列塑造自己的过程。影响一个人的凝聚力的因素通常是由许多因素引起的。Ghufron & Risnawita(2017)认为影响自我控制的因素包括内部和外部因素。参与自我控制的内部因素是年龄。一个人越老,他就越有能力控制自己。这些外部因素包括家庭环境。家庭环境,尤其是父母,决定一个人如何控制自己。因此,青少年较低的自我控制倾向于负面行为或行为,如上课迟到、上学迟到、未完成作业等。这当然不是一件平常的事,因为如果没有特别的注意和处理,学生在上课时间旷课甚至违反其他学校的规定的案件就会增加。《先驱报》(2012)指出,306%的逃学行为受到宽容教养的影响。良好的教养给了孩子完全的自由,他们不给孩子指明应该做什么,最后孩子表现出不好的自我控制能力,无法很好地处理自由,缺乏社会能力。其结果是,儿童行为偏差,如逃学、不上学、不穿校服、不做家务,以及其他许多问题,这些都是由于缺乏监督和父母的指导而造成的。那些忽视父母的孩子觉得父母生活的其他方面比他们自己更重要。孩子们往往缺乏社交能力。许多人缺乏自我控制能力和自力更生。孩子往往缺乏自尊,不成熟,可能与家庭隔绝,对周围环境有破坏性的行为。Rice(在2015年的Zahara)指出,一些父母的不当态度扰乱了青少年自我控制,其中一些家长的态度包括:1)、身体上的豁免(2)、情感上的豁免、3)、智力上的豁免,未能提供刺激青少年智力的经验、社会上的豁免、5)、道德上的豁免。缺乏父母的指导会导致孩子一些与自我控制有关的问题。自我控制能力低,青少年做的事情很少被周围的环境所接受,尤其是学校环境,如缺乏对老师和其他个人的尊重,缺乏与朋友交往的道德,表现出消极的态度,以及违反校规。从观察开始在全国初中2 Rambang河口县是在获得,也有一些学生有赛尔夫�控制的低,所以这样的行为违反了学校的体制逃学学生上课的时候,没有作业,上学迟到了,发生打斗。基于上述理论的假设,研究人员认为青少年自我控制不足的原因之一是学生父母对孩子过度自由的宽容教养。因此,研究人员被吸引去研究低自我控制问题,这种问题是由父母许可教养引起的,因此找到了解决学生缺乏自我控制问题的方法。 早期研究结果的问题使研究人员倾向于对父母宽容的教养对自我控制的影响进行进一步的研究 早期研究结果的问题使研究人员倾向于对父母宽容的教养对自我控制的影响进行进一步的研究
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
审稿时长
16 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信