{"title":"CONFLICT AND HARMONY BETWEEN ISLAM AND LOCAL CULTURE IN REYOG PONOROGO ART PRESERVATION","authors":"M. Tasrif","doi":"10.18860/el.v18i2.3498","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Reyog as performing art procession already existing in Ponorogo since pre-Islamic era still grows today even expanding outside the region of Ponorogo both regionally, nationally, and internationally. Reyog at the present time is generally acknowledged as cultural identity of Indonesian nation. The case is different with other Javanese traditions such as kentrung, ludruk, and ketoprak that has collapsed over time. This fact raises interesting questions of how Reyog could withstand against the onslaught of various cultures that come to attack it from time to time. This study used anthropological approach by utilizing the theory of Robert Redfield on the interaction of great tradition and little tradition. The results of this study indicate that although Reyog has interacted with various cultures, particularly Islam, it is able to reform and reformulate its tradition and find cultural attitudes flexible with various cultures that come with it. The cultural attitudes embody in stage-modernization, transformation of mythologies and reforms of the symbols of social values. Reyog sebagai seni pentas arak-arakan yang telah ada di Ponorogo semenjak pra-Islam masih berkembang hingga saat ini bahkan terus mengalami perkembangan ke luar daerah Ponorogo baik secara regional, nasional, dan internasional. Reyog pada masa sekarang secara umum diakui sebagai identitas budaya bangsa Indonesia. Kenyataan itu berbeda dengan tradisi Jawa lain yang telah runtuh dan tinggal dalam arkeologi sejarah budaya seperti kentrung, ludruk, dan ketoprak. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang bagaimana Reyog bertahan dari gempuran berbagai budaya yang datang menyerangnya dari zaman ke zaman. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi dengan memanfaatkan teori Robert Redfield tentang pertemuan tradisi besar ( great tradition ) dan budaya kecil ( little tradition ). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun Reyog bertemu dengan berbagai budaya, khususnya Islam, Reyog mampu mereformasi dan mereformulasi tradisinya sehingga ditemukan sikap budaya yang lentur dan cocok dengan berbagai budaya yang datang bersamanya. Sikap budaya itu berbentuk modernisasi pentas, transformasi mitologi, dan reformasi melalui simbol-simbol nilai sosial-kemasyarakatan.","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"18 1","pages":"145-162"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2016-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"3","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"El Harakah","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18860/el.v18i2.3498","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
Abstract
Reyog as performing art procession already existing in Ponorogo since pre-Islamic era still grows today even expanding outside the region of Ponorogo both regionally, nationally, and internationally. Reyog at the present time is generally acknowledged as cultural identity of Indonesian nation. The case is different with other Javanese traditions such as kentrung, ludruk, and ketoprak that has collapsed over time. This fact raises interesting questions of how Reyog could withstand against the onslaught of various cultures that come to attack it from time to time. This study used anthropological approach by utilizing the theory of Robert Redfield on the interaction of great tradition and little tradition. The results of this study indicate that although Reyog has interacted with various cultures, particularly Islam, it is able to reform and reformulate its tradition and find cultural attitudes flexible with various cultures that come with it. The cultural attitudes embody in stage-modernization, transformation of mythologies and reforms of the symbols of social values. Reyog sebagai seni pentas arak-arakan yang telah ada di Ponorogo semenjak pra-Islam masih berkembang hingga saat ini bahkan terus mengalami perkembangan ke luar daerah Ponorogo baik secara regional, nasional, dan internasional. Reyog pada masa sekarang secara umum diakui sebagai identitas budaya bangsa Indonesia. Kenyataan itu berbeda dengan tradisi Jawa lain yang telah runtuh dan tinggal dalam arkeologi sejarah budaya seperti kentrung, ludruk, dan ketoprak. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang bagaimana Reyog bertahan dari gempuran berbagai budaya yang datang menyerangnya dari zaman ke zaman. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi dengan memanfaatkan teori Robert Redfield tentang pertemuan tradisi besar ( great tradition ) dan budaya kecil ( little tradition ). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun Reyog bertemu dengan berbagai budaya, khususnya Islam, Reyog mampu mereformasi dan mereformulasi tradisinya sehingga ditemukan sikap budaya yang lentur dan cocok dengan berbagai budaya yang datang bersamanya. Sikap budaya itu berbentuk modernisasi pentas, transformasi mitologi, dan reformasi melalui simbol-simbol nilai sosial-kemasyarakatan.
Reyog作为表演艺术队伍早在前伊斯兰时代就已经存在于波诺罗戈,今天仍然在发展,甚至扩展到波诺罗戈地区以外的地区,国家和国际。Reyog目前被普遍认为是印尼民族的文化认同。这种情况与其他爪哇传统不同,如kentrung, ludruk和ketoprak随着时间的推移而崩溃。这一事实提出了一个有趣的问题,即雷格是如何抵御不时来袭的各种文化的冲击的。本研究运用人类学的方法,运用罗伯特·雷德菲尔德关于大传统与小传统相互作用的理论。这项研究的结果表明,尽管Reyog与各种文化,特别是伊斯兰教进行了互动,但它能够改革和重新制定其传统,并在随之而来的各种文化中找到灵活的文化态度。这种文化态度主要表现在舞台现代化、神话的转换和社会价值符号的改造等方面。我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,Reyog pada masa sekarang secara umumdiakui sebagai识别budaya bangsa印度尼西亚。肯雅塔人是一名商人,他是一名商人,他是一名商人,他是一名商人,他是一名商人。Keadaan ini menimbulkan pertananyaan menarik tendani bagaimana Reyog bertahan dari gempuran berbagai budaya yang datang menyerangnya dari zaman ke zaman。Penelitian ini menggunakan pendekatan人类学家Robert Redfield tentenpertemuan tradisi besar(大传统)dan budaya kecil(小传统)。Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun Reyog bertemu dengan berbagai budaya, khususnya Islam, Reyog mampu mereformasi dan mereformulasi tradisinya sehinga ditemukan sikap budaya yang lentur dancoco dengan berbagai budaya yang datang bersamanya。Sikap budaya itu berbentuk modernisasi pentas, transformasi mitologi, dan reformasi melalui symbol - symbol nilai social -kemasyarakatan。