{"title":"THE QUEST OF THE ISLAMIC ARCHIPELAGO INHERITANCE THROUGH THE JAVANESE LIVING FOLKLORE","authors":"S. Masitoh","doi":"10.18860/el.v18i1.3499","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This article is aimed at digging out the Islamic archipelago inheritance through the Javanese living folklore namely ruwatan. Ruwatan is the traditional ceremony done in order to pray to God so that the life of sukerta (one carrying bad luck) will not be under the threat of Bathara Kala. God is the only one who is able to release the sukerta‘s burden. The dalang (story teller) functions as a mediator of the sukerta to pray to God. Ruwatan is usually done by performing the shadow play and the dalang narrates Murwakala. There are many activities undergone by both the dalang and the sukerta before and after the performance of the shadow play. This article discusses the message of Murwakala in which the writer believes that it is not against the Islamic belief. It is a matter of fact that Murwakala was created in the 17th century anonymously so it can be assumed that it is related to the arrival of Islam in Java. Artikel ini bertujuan menggali warisan Nusantara Islam melalui cerita rakyat orang Jawa yaitu ruwatan. Ruwatan merupakan upacara adat dalam rangka berdoa kepada Tuhan agar kehidupan sukerta (pihak yang menyandang sesuatu penyebab kesialan) tidak akan berada di bawah ancaman Bathara Kala. Tuhanlah satu-satunya yang mampu melepaskan beban sukerta. Dalang berfungsi sebagai mediator sukerta untuk berdoa kepada-Nya. Ruwatan biasanya dilakukan dengan pertunjukan wayang dan dalang mengisahkan Murwakala. Ada beberapa ritual yang dilakoni baik dalang maupun sukerta sebelum dan setelah pertunjukan wayang. Artikel ini membahas pesan Murwakala di mana penulis berpendapat bahwa pesan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan Islam. Fakta menunjukkan bahwa Murwakala diciptakan pada abad ke-17 secara anonim sehingga dapat diasumsikan bahwa itu terkait dengan masuknya Islam ke tanah Jawa.","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"18 1","pages":"19-27"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2016-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"El Harakah","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18860/el.v18i1.3499","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
This article is aimed at digging out the Islamic archipelago inheritance through the Javanese living folklore namely ruwatan. Ruwatan is the traditional ceremony done in order to pray to God so that the life of sukerta (one carrying bad luck) will not be under the threat of Bathara Kala. God is the only one who is able to release the sukerta‘s burden. The dalang (story teller) functions as a mediator of the sukerta to pray to God. Ruwatan is usually done by performing the shadow play and the dalang narrates Murwakala. There are many activities undergone by both the dalang and the sukerta before and after the performance of the shadow play. This article discusses the message of Murwakala in which the writer believes that it is not against the Islamic belief. It is a matter of fact that Murwakala was created in the 17th century anonymously so it can be assumed that it is related to the arrival of Islam in Java. Artikel ini bertujuan menggali warisan Nusantara Islam melalui cerita rakyat orang Jawa yaitu ruwatan. Ruwatan merupakan upacara adat dalam rangka berdoa kepada Tuhan agar kehidupan sukerta (pihak yang menyandang sesuatu penyebab kesialan) tidak akan berada di bawah ancaman Bathara Kala. Tuhanlah satu-satunya yang mampu melepaskan beban sukerta. Dalang berfungsi sebagai mediator sukerta untuk berdoa kepada-Nya. Ruwatan biasanya dilakukan dengan pertunjukan wayang dan dalang mengisahkan Murwakala. Ada beberapa ritual yang dilakoni baik dalang maupun sukerta sebelum dan setelah pertunjukan wayang. Artikel ini membahas pesan Murwakala di mana penulis berpendapat bahwa pesan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan Islam. Fakta menunjukkan bahwa Murwakala diciptakan pada abad ke-17 secara anonim sehingga dapat diasumsikan bahwa itu terkait dengan masuknya Islam ke tanah Jawa.
本文旨在通过爪哇现存的民间传说如瓦丹,挖掘出伊斯兰群岛的遗产。Ruwatan是一种传统的仪式,目的是向上帝祈祷,使sukerta(倒霉的人)的生命不会受到Bathara Kala的威胁。上帝是唯一能解除苏克塔负担的人。大郎(讲故事的人)作为sukerta向上帝祈祷的调解人。鲁瓦坦通常是通过表演皮影戏来完成的,大郎讲述穆尔瓦卡拉。在皮影戏表演前后,大浪和苏克塔都经历了许多活动。这篇文章讨论了Murwakala的信息,作者认为它并不反对伊斯兰信仰。事实上,Murwakala是在17世纪匿名创作的,所以可以假设它与伊斯兰教在爪哇的到来有关。Artikel ini bertujuan menggali warisan Nusantara Islam melalui cerita rakyat orang java yaitu ruwatan。【译文】在这里,你可以看到,在这里,你可以看到,在这里,你可以看到,在这里,你可以看到,在这里,你可以看到。图汉拉·萨图-萨图尼亚·杨·曼普·梅尔帕斯坎·贝班·苏卡塔。Dalang berfunsi sebagai调解员sukerta untuk berdoa kepada-Nya。Ruwatan biasanya dilakukan dengan pertunjukan wayang dandalang mengisahkan Murwakala。Ada beberapa仪式yang dilakoni baik dalang maupun sukerta sebelum dan setelah pertunjukan wayang。阿蒂克尔尼的成员们已经和穆尔瓦卡拉有了联系,他们已经和穆尔瓦卡拉有了联系,但是他们已经和伊斯兰教有了联系。Fakta menunjukkan bahwa Murwakala diciptakan pada abad ke-17 secara anonim seinga dapat disumsikan bahwa tu terkait dengan masuknya Islam ke tanah Jawa。