{"title":"MANAJEMEN KONFLIK BERBASIS “MULTICULTURAL COMPETENCES”: SOLUSI ALTERNATIF KONTESTASI PRIBUMI DAN SALAFI DI LOMBOK","authors":"M. I. Fitriani","doi":"10.18860/el.v18i1.3459","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The relationship between salafism and indigeneous moslem at Lombok caused several contestations and needed to be studied deeply. In this study, salafism and indigeneous moslem will be classified into rural and urban. This classification based on their unique relations: (1) salafism gets high resistence from rural indigenous moslems, (2) meanwhile, salafism receives tolerance from urban indigenous moslem. This study uses qualitative approach with interpretive paradigm to answer causes of rural indigeneous moslems resistences toward rural salafism, causes of urban indigeneous moslems tolerance toward urban salafism and how to formulate conflict management based on multicultural competences. This study shows that different responses of indigenous moslems toward salafism aren’t only caused by the contestations of Ahlu-al sunnah but also many other elements. Then, multicultural competences needed to be developed by religious elite as an alternative to manage conflict in plural society for the sake of peace built on reciprocal multicultural values. Relasi antara antara salafi dan pribumi di Lombok telah melahirkan berbagai kontestasi yang perlu diulas secara mendalam. Dalam kajian ini, salafi dan pribumi diklasifikasi menjadi dua yaitu salafi desa dan kota serta pribumi desa dan kota. Klasifikasi ini didasarkan pada keunikan relasinya: (1) salafi desa mendapat resistensi tinggi dari muslim pribumi desa, (2) salafi kota mendapatkan toleransi dari pribumi kota. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma interpretatif untuk menjawab penyebab resistensi pribumi desa terhadap salafi desa, penyebab toleransi pribumi kota terhadap salafi kota serta bagaimana rumusan model manajemen konflik berbasis kompetensi multikultural. Kajian ini menunjukkan bahwa perbedaan respon pribumi terhadap salafi tidak hanya disebabkan oleh kontestasi ahlu al-sunnah tetapi juga banyak unsur-unsur yang lain. Selanjutnya, multicultural competence perlu dikembangkan oleh elit agama sebagai alternatif manajemen konflik dalam realitas sosial yang plural demi kerukunan yang dibangun oleh nilai-nilai resiprokal-multikultural.","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"18 1","pages":"1-18"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2016-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"3","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"El Harakah","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18860/el.v18i1.3459","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
Abstract
The relationship between salafism and indigeneous moslem at Lombok caused several contestations and needed to be studied deeply. In this study, salafism and indigeneous moslem will be classified into rural and urban. This classification based on their unique relations: (1) salafism gets high resistence from rural indigenous moslems, (2) meanwhile, salafism receives tolerance from urban indigenous moslem. This study uses qualitative approach with interpretive paradigm to answer causes of rural indigeneous moslems resistences toward rural salafism, causes of urban indigeneous moslems tolerance toward urban salafism and how to formulate conflict management based on multicultural competences. This study shows that different responses of indigenous moslems toward salafism aren’t only caused by the contestations of Ahlu-al sunnah but also many other elements. Then, multicultural competences needed to be developed by religious elite as an alternative to manage conflict in plural society for the sake of peace built on reciprocal multicultural values. Relasi antara antara salafi dan pribumi di Lombok telah melahirkan berbagai kontestasi yang perlu diulas secara mendalam. Dalam kajian ini, salafi dan pribumi diklasifikasi menjadi dua yaitu salafi desa dan kota serta pribumi desa dan kota. Klasifikasi ini didasarkan pada keunikan relasinya: (1) salafi desa mendapat resistensi tinggi dari muslim pribumi desa, (2) salafi kota mendapatkan toleransi dari pribumi kota. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma interpretatif untuk menjawab penyebab resistensi pribumi desa terhadap salafi desa, penyebab toleransi pribumi kota terhadap salafi kota serta bagaimana rumusan model manajemen konflik berbasis kompetensi multikultural. Kajian ini menunjukkan bahwa perbedaan respon pribumi terhadap salafi tidak hanya disebabkan oleh kontestasi ahlu al-sunnah tetapi juga banyak unsur-unsur yang lain. Selanjutnya, multicultural competence perlu dikembangkan oleh elit agama sebagai alternatif manajemen konflik dalam realitas sosial yang plural demi kerukunan yang dibangun oleh nilai-nilai resiprokal-multikultural.
萨拉菲主义和龙目岛本土穆斯林之间的关系引起了一些争论,需要深入研究。在本研究中,萨拉菲主义和本土穆斯林将被分为农村和城市。这种分类基于他们之间独特的关系:(1)萨拉菲主义受到农村本土穆斯林的高度抵制;(2)同时萨拉菲主义受到城市本土穆斯林的宽容。本研究以定性的方法与解释的范式来回答农村穆斯林抗拒农村萨拉菲主义的原因、城市穆斯林容忍城市萨拉菲主义的原因,以及如何制定基于多元文化能力的冲突管理。这项研究表明,本土穆斯林对萨拉菲主义的不同反应不仅是由Ahlu-al sunnah的争论引起的,而且还有许多其他因素。然后,多元文化能力需要由宗教精英发展,作为管理多元社会冲突的替代方案,以实现建立在互惠多元文化价值观基础上的和平。龙目岛:龙目岛:龙目岛:龙目岛:龙目岛:龙目岛:龙目岛:龙目岛:龙目岛:龙目岛:龙目岛:龙目岛:龙目岛我是Dalam kajian ini,我是Dalam kajian ini,我是Dalam kajian ini,我是Dalam kajian ini,我是Dalam kajian ini。Klasifikasi ini didasarkan pada keunikan relasinya:(1) salafi desa mendapat resistensi tinggi dari priumi desa; (2) salafi kota mendapatkan toleransi dari priumi kota。本文从素质的角度分析了多元文化基础上素质的多元文化基础的管理模式,并对素质的多元文化基础进行了分析。Kajian ini menunjukkan bahwa perbedaan响应pribumi terhahadap salafi tidak hanya disebabkan oleh kontestasi ahlu al-sunnah tetapi juga banyak unsur-unsur yang lain。多元文化能力,多元文化能力,多元文化能力,多元文化能力,多元文化能力,多元文化能力,多元文化能力