KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM BAHASA DAN MEDIA

El Harakah Pub Date : 2018-01-15 DOI:10.18860/EL.V3I1.4681
Mudji Rahardjo
{"title":"KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM BAHASA DAN MEDIA","authors":"Mudji Rahardjo","doi":"10.18860/EL.V3I1.4681","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Language and media are accused of being an effective tool for perpetuating the dominance of men over women through word and image. This paper reviews how language uses words that deliberately 'marginalize' women. While the media continues to contain images and events that also discredit and degrade women's dignity. Because of the many perspectives on violence, this article will only understand violence according to the Galtung perspective. Because, as known Johan Galtung is a sociologist who devoted his attention to violence as a social phenomenon two decades past. Injustice and inequality due to social gender either through language with the harsh and degrading selection of words and degrading women's dignity or through the media that shows women as sex objects and commodities shows that violence will continue. Because, in addition to the media have the authority as the holder of the news an event, women themselves attitudes justify, underline and accept the myth of male domination of women. If people think women are not as smart as men, they tend to accept because they accept the authority of society. Bahasa dan media dituding sebagai alat yang efektif untuk mengekalkan dominasi laki-laki atas perempuan melalui kata maupun gambar. Tulisan ini mengulas bagaimana bahasa menggunakan kata yang dengan sengaja ‘meminggirkan’ kaum perempuan. Sedangkan media terus menerus memuat gambar dan peristiwa yang juga memojokkan dan merendahkan martabat kaum perempuan. Karena banyaknya perspektif tentang kekerasan, tulisan ini hanya akan memahami kekerasan menurut perspektif Galtung. Sebab, sebagaimana diketahui Johan Galtung merupakan sosiolog yang mencurahkan perhatiannya pada kekerasan sebagai fenomena sosial dua dasa warsa terakhir. Ketidakadilan dan ketidak setaraan akibat jenis kelamin sosial baik melalui bahasa dengan pemilihan kata-kata yang kasar dan merendahkan martabat perempuan maupun melalui media yang menayangkan perempuan sebagai obyek dan komoditas seks menunjukkan bahwa kekerasan masih akan terus berlangsung. Sebab, selain media memiliki otoritas sebagai pemegang pemberitaan sebuah peristiwa, perempuan sendiri sikapnya ikut membenarkan, menggarisbawahi dan menerima saja mitos dominasi laki-laki atas perempuan. Kalau masyarakat menilai perempuan tidak sepintar laki-laki, mereka cenderung menerima karena mereka menerima otoritas masyarakat.","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"3 1","pages":"1-8"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-01-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"El Harakah","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18860/EL.V3I1.4681","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

Abstract

Language and media are accused of being an effective tool for perpetuating the dominance of men over women through word and image. This paper reviews how language uses words that deliberately 'marginalize' women. While the media continues to contain images and events that also discredit and degrade women's dignity. Because of the many perspectives on violence, this article will only understand violence according to the Galtung perspective. Because, as known Johan Galtung is a sociologist who devoted his attention to violence as a social phenomenon two decades past. Injustice and inequality due to social gender either through language with the harsh and degrading selection of words and degrading women's dignity or through the media that shows women as sex objects and commodities shows that violence will continue. Because, in addition to the media have the authority as the holder of the news an event, women themselves attitudes justify, underline and accept the myth of male domination of women. If people think women are not as smart as men, they tend to accept because they accept the authority of society. Bahasa dan media dituding sebagai alat yang efektif untuk mengekalkan dominasi laki-laki atas perempuan melalui kata maupun gambar. Tulisan ini mengulas bagaimana bahasa menggunakan kata yang dengan sengaja ‘meminggirkan’ kaum perempuan. Sedangkan media terus menerus memuat gambar dan peristiwa yang juga memojokkan dan merendahkan martabat kaum perempuan. Karena banyaknya perspektif tentang kekerasan, tulisan ini hanya akan memahami kekerasan menurut perspektif Galtung. Sebab, sebagaimana diketahui Johan Galtung merupakan sosiolog yang mencurahkan perhatiannya pada kekerasan sebagai fenomena sosial dua dasa warsa terakhir. Ketidakadilan dan ketidak setaraan akibat jenis kelamin sosial baik melalui bahasa dengan pemilihan kata-kata yang kasar dan merendahkan martabat perempuan maupun melalui media yang menayangkan perempuan sebagai obyek dan komoditas seks menunjukkan bahwa kekerasan masih akan terus berlangsung. Sebab, selain media memiliki otoritas sebagai pemegang pemberitaan sebuah peristiwa, perempuan sendiri sikapnya ikut membenarkan, menggarisbawahi dan menerima saja mitos dominasi laki-laki atas perempuan. Kalau masyarakat menilai perempuan tidak sepintar laki-laki, mereka cenderung menerima karena mereka menerima otoritas masyarakat.
世界女性与媒体
语言和媒体被指责为通过文字和形象使男性对女性的统治地位永久化的有效工具。本文回顾了语言如何使用故意“边缘化”女性的词语。与此同时,媒体继续刊载诋毁和贬低妇女尊严的图片和事件。由于对暴力的看法很多,本文只从加尔东的角度来理解暴力。因为,众所周知,约翰·加尔东是一位社会学家,他在20年前将暴力作为一种社会现象来关注。社会性别造成的不公正和不平等,无论是通过措辞严厉和有辱人格、侮辱妇女尊严的语言,还是通过将妇女视为性对象和商品的媒体,都表明暴力行为将继续。因为,除了媒体有权作为新闻事件的持有者之外,女性自己的态度也证明、强调和接受了男性统治女性的神话。如果人们认为女性不如男性聪明,他们往往会接受,因为他们接受社会的权威。语言和媒体被贴上了通过文字或图像保持男性对女性统治的有效工具的标签。它解释了语言是如何使用一个故意“侮辱”女性的词的。与此同时,媒体继续上传同样恐吓和破坏妇女尊严的图片和事件。因为有很多暴力的视角,所以这篇文章只会从加尔东的视角来理解暴力。因为,众所周知,约翰·加尔东是一位社会学家,他把注意力分散在暴力作为后两个国家的社会现象上。社会性别造成的不平等和不平等,无论是通过带有严厉言辞和降低妇女尊严的语言,还是通过媒体将妇女想象成对象和性商品,都表明暴力将继续。因为,除了媒体作为事件的承载者拥有权威之外,她自己的态度是为男性统治女性的神话辩护、美化和接受。如果社会认为女性不如男性聪明,她们往往会接受,因为她们接受公共权威。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
9
审稿时长
4 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信