{"title":"The Negotiation of Social Sanctions towards Karman in Ahmad Tohari’s Kubah","authors":"Ilham Awaliyah Pimay, Sukarjo Waluyo, M. Suryadi","doi":"10.26499/surbet.v18i1.6460","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This research examines the negotiation of social sanctions against the main character Karman in the novel Kubah by Ahmad Tohari. This research uses literary sociology theory with text analysis to identify the factors of the negotiation of social sanctions against former PKI sympathizers in the novel. The results show that (1) Pegaten Village community is thick with rural life and Javanese philosophy inherent in each individual; (2) Javanese philosophy described in the novel includes kamanungsan, tepa slira, sikap perwira, aja dumeh, manungaling kawula gusti, and budi luhur, (3) negotiation of social sanctions materialized in the novel due to Javanese cultural values in life adopted by the local community. Instead of punishing former PKI sympathizers, Pegaten villagers gave Karman the opportunity to make a mosque dome as a form of acceptance of one's dark past. AbstrakPenelitian ini mengkaji negosiasi atas sanksi sosial terhadap tokoh utama Karman dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari. Penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra dengan analisis teks untuk mengidentifikasi faktor adanya negosiasi sanksi sosial terhadap eks simpatisan PKI dalam novel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) masyarakat Desa Pegaten kental akan kehidupan perdesaan dan falsafah Jawa yang melekat dalam diri tiap individu; (2) falsafah Jawa yang digambarkan dalam novel Kubah meliputi kamanungsan, tepa slira, sikap perwira, aja dumeh, manungaling kawula gusti dan budi luhur, (3) negosiasi atas sanksi sosial terwujud dalam novel Kubah disebabkan oleh nilai-nilai kebudayaan Jawa dalam berkehidupan yang dianut oleh masyarakat setempat. Alih-alih menghukum eks simpatisan PKI, masyarakat desa Pegaten justru memberi Karman kesempatan untuk membuat kubah masjid sebagai wujud penerimaan atas masa lalu seseorang yang kelam.","PeriodicalId":34821,"journal":{"name":"Suar Betang","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-06-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Suar Betang","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.26499/surbet.v18i1.6460","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
This research examines the negotiation of social sanctions against the main character Karman in the novel Kubah by Ahmad Tohari. This research uses literary sociology theory with text analysis to identify the factors of the negotiation of social sanctions against former PKI sympathizers in the novel. The results show that (1) Pegaten Village community is thick with rural life and Javanese philosophy inherent in each individual; (2) Javanese philosophy described in the novel includes kamanungsan, tepa slira, sikap perwira, aja dumeh, manungaling kawula gusti, and budi luhur, (3) negotiation of social sanctions materialized in the novel due to Javanese cultural values in life adopted by the local community. Instead of punishing former PKI sympathizers, Pegaten villagers gave Karman the opportunity to make a mosque dome as a form of acceptance of one's dark past. AbstrakPenelitian ini mengkaji negosiasi atas sanksi sosial terhadap tokoh utama Karman dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari. Penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra dengan analisis teks untuk mengidentifikasi faktor adanya negosiasi sanksi sosial terhadap eks simpatisan PKI dalam novel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) masyarakat Desa Pegaten kental akan kehidupan perdesaan dan falsafah Jawa yang melekat dalam diri tiap individu; (2) falsafah Jawa yang digambarkan dalam novel Kubah meliputi kamanungsan, tepa slira, sikap perwira, aja dumeh, manungaling kawula gusti dan budi luhur, (3) negosiasi atas sanksi sosial terwujud dalam novel Kubah disebabkan oleh nilai-nilai kebudayaan Jawa dalam berkehidupan yang dianut oleh masyarakat setempat. Alih-alih menghukum eks simpatisan PKI, masyarakat desa Pegaten justru memberi Karman kesempatan untuk membuat kubah masjid sebagai wujud penerimaan atas masa lalu seseorang yang kelam.
本研究考察了艾哈迈德·托哈里小说《库巴》中主人公卡门的社会制裁谈判。本研究运用文学社会学理论结合文本分析,探讨小说中对前共同情者的社会制裁谈判的因素。结果表明:(1)培腾村社区具有浓厚的乡村生活气息和每个个体内在的爪哇哲学;(2)小说中描述的爪哇哲学包括kamanungsan、tepa slira、sikap perwira、aja dumeh、manungaling kawula gusti和budi luhur;(3)由于当地社区对爪哇文化生活价值观的接受,小说中实现了社会制裁的谈判。佩腾村的村民没有惩罚前印尼共产党的同情者,而是给了卡门一个机会,让他做一个清真寺的圆顶,作为接受自己黑暗过去的一种形式。[摘要]penelitian ini mengkaji negogosiasas as sanksi social terhahad tohaam Kubah karya Ahmad Tohari。Penelitian ini menggunakan teori social ologologisasstra dengan分析teks untuk mengidentifikasi因子为adanya negosia sanksi social hahaks simpatian PKI dalam novel。Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) masyarakat Desa Pegaten kental akan kehidupan perdesaan dan falsafah Jawa yang melekat dalam diri tiap个人;(2) falsafah Jawa yang digambarkan dalam小说Kubah meliputi kamanungsan, tepa slira, sikap perwira, aja dumeh, manungaling kawula gusti dan budi luhur, (3) negosiasi ata sanksi社会terwujud dalam小说Kubah disebabkan oleh nilai-nilai kebudayaan Jawa dalam berkehidupan yang dianut oleh masyarakat setempat。Alih-alih menghukum周simpatisan PKI, masyarakat desa Pegaten justru成员Karman kesempatan untuk成员kubah masjid sebagai wujud penerimaan和asas masa lalu seseorang yang kelam。