THE CULTURED ISLAM: THE BOUNDARY OF ISLAMIC IDENTITY BETWEEN THE MINANGKABAU AND MANDAILING ETHNICS

El Harakah Pub Date : 2020-11-05 DOI:10.18860/eh.v22i2.9021
Muhiddinur Kamal, S. Rozi
{"title":"THE CULTURED ISLAM: THE BOUNDARY OF ISLAMIC IDENTITY BETWEEN THE MINANGKABAU AND MANDAILING ETHNICS","authors":"Muhiddinur Kamal, S. Rozi","doi":"10.18860/eh.v22i2.9021","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The relationship between Islam and culture was compatible and not antonym. Islam was a dynamic product and a long-term process of giving and receiving its people’s dynamics and social interaction. The contradiction between the ideal demands of religion and the demands of tradition and society’s social reality was a crucial problem faced by any religion in the world, but adjustments to social reality always occurred. The Islamic society in the Minangkabau border area was a cultural community that had and continued to confirm genuinely and became accommodative openness in resolving the contradictions of adat and Islam which were in principle very apparent in their cultural systems. Through ethnographic research, this article revealed that conflict and contradictions between the normative concepts of Islam and adat (custom) always occurred in societies of Minangkabau and Mandailing ethnics, especially related to marriage, kinship, inheritance system, and communal property ownership. However, the process always ran elegantly and attractively through the dialectics and the dynamics of the people. Thus, Islam was culturally acculturated with Minangkabau and Mandailing, and formed a distinctive cultural Islamic identity in the border area. Relasi Islam dengan kebudayaan adalah sesuatu yang selaras dan bukan antonim. Islam adalah produk dinamis dan proses dalam jangka panjang, yang saling memberi dan menerima dalam dinamika dan interaksi sosial masyarakatnya. Kontradiksi antara tuntutan ideal agama dan tuntutan tradisi serta realitas sosial masyarakat merupakan persoalan krusial yang dihadapi agama apapun 224 The Cultured Islam: The Boundary of Islamic Identity el Harakah Vol. 22 No. 2 Tahun 2020 el Harakah Vol. 22 No. 2 Tahun 2020 di dunia, namun penyesuaian realitas sosial selalu terjadi. Masyarakat Islam di daerah perbatasan Minangkabau adalah komunitas budaya yang telah dan terus melakukan konfirmitas secara genuine serta akomodatif terbuka dalam menyelesaikan kontradiksi adat dan Islam yang secara prinsip sangat kentara dalam sistem budaya mereka. Melalui penelitian etnografi, artikel ini mengungkap bahwa konflik dan pertentangan antara konsep normatif Islam dengan adat selalu terjadi dalam masyarakat etnik Minangkabau dan Mandailing, terutama masalah perkawinan, kekerabatan, sistem kewarisan dan kepemilikan harta komunal. Namun proses itu selalu berjalan secara elegan dan atraktif melalui dialektika dan dinamika masyarakatnya. Sehingga, Islam secara kultur berakulturasi dengan budaya Minangkabau dan Mandailing dan membentuk identitas Islam kultur yang khas di daerah perbatasan.","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"22 1","pages":"223-243"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-11-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"El Harakah","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18860/eh.v22i2.9021","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2

Abstract

The relationship between Islam and culture was compatible and not antonym. Islam was a dynamic product and a long-term process of giving and receiving its people’s dynamics and social interaction. The contradiction between the ideal demands of religion and the demands of tradition and society’s social reality was a crucial problem faced by any religion in the world, but adjustments to social reality always occurred. The Islamic society in the Minangkabau border area was a cultural community that had and continued to confirm genuinely and became accommodative openness in resolving the contradictions of adat and Islam which were in principle very apparent in their cultural systems. Through ethnographic research, this article revealed that conflict and contradictions between the normative concepts of Islam and adat (custom) always occurred in societies of Minangkabau and Mandailing ethnics, especially related to marriage, kinship, inheritance system, and communal property ownership. However, the process always ran elegantly and attractively through the dialectics and the dynamics of the people. Thus, Islam was culturally acculturated with Minangkabau and Mandailing, and formed a distinctive cultural Islamic identity in the border area. Relasi Islam dengan kebudayaan adalah sesuatu yang selaras dan bukan antonim. Islam adalah produk dinamis dan proses dalam jangka panjang, yang saling memberi dan menerima dalam dinamika dan interaksi sosial masyarakatnya. Kontradiksi antara tuntutan ideal agama dan tuntutan tradisi serta realitas sosial masyarakat merupakan persoalan krusial yang dihadapi agama apapun 224 The Cultured Islam: The Boundary of Islamic Identity el Harakah Vol. 22 No. 2 Tahun 2020 el Harakah Vol. 22 No. 2 Tahun 2020 di dunia, namun penyesuaian realitas sosial selalu terjadi. Masyarakat Islam di daerah perbatasan Minangkabau adalah komunitas budaya yang telah dan terus melakukan konfirmitas secara genuine serta akomodatif terbuka dalam menyelesaikan kontradiksi adat dan Islam yang secara prinsip sangat kentara dalam sistem budaya mereka. Melalui penelitian etnografi, artikel ini mengungkap bahwa konflik dan pertentangan antara konsep normatif Islam dengan adat selalu terjadi dalam masyarakat etnik Minangkabau dan Mandailing, terutama masalah perkawinan, kekerabatan, sistem kewarisan dan kepemilikan harta komunal. Namun proses itu selalu berjalan secara elegan dan atraktif melalui dialektika dan dinamika masyarakatnya. Sehingga, Islam secara kultur berakulturasi dengan budaya Minangkabau dan Mandailing dan membentuk identitas Islam kultur yang khas di daerah perbatasan.
有文化的伊斯兰:米南卡保族与曼达林族之间的伊斯兰认同边界
伊斯兰教和文化之间的关系是兼容的,而不是反义词。伊斯兰教是一个充满活力的产物,是一个给予和接受人民活力和社会互动的长期过程。宗教的理想要求与传统要求和社会现实的矛盾是世界上任何宗教都面临的一个关键问题,但对社会现实的调整总是发生的。米南卡保边境地区的伊斯兰社会是一个文化社区,在解决阿达特和伊斯兰教的矛盾方面,它已经并将继续真正确认并变得宽容开放,这在其文化体系中原则上非常明显。本文通过人种学研究,揭示了在米南卡保和曼德勒两个民族的社会中,伊斯兰教规范概念与习俗之间经常发生冲突和矛盾,尤其是在婚姻、亲属关系、继承制度和共同财产所有权方面。然而,这个过程总是优雅而迷人地贯穿于辩证法和人民的动态之中。因此,伊斯兰教在文化上与米南卡保和曼德勒融合,并在边境地区形成了独特的文化伊斯兰身份。伊斯兰与文化的关系是一致的,而不是安东尼。伊斯兰教是一个动态的产物和长期的过程,在其动态和社会互动中相互给予和接受。宗教的理想需求与传统和社会现实的需求之间的矛盾是任何宗教都面临的一个关键问题224《文化化的伊斯兰教:伊斯兰身份的边界》el Harakah Vol.22第2年el Haraka Vol.22 2020第2年在世界上,但社会现实的适应总是发生的。米南卡保边境地区的伊斯兰社区是一个文化社区,它已经并将继续在解决习俗和伊斯兰教之间的矛盾方面进行真正和舒适的公开确认,而习俗和伊斯兰教在其文化体系中原则上非常混乱。通过人种学研究,本文揭示了在米南卡保族和曼德勒林族社区中,伊斯兰教规范概念与习俗之间的冲突和矛盾经常发生,尤其是在婚姻、友谊、继承和城市财产等问题上。但它总是优雅而迷人地通过辩证法和社会的动态。因此,伊斯兰教在文化上与米南卡堡文化和曼德勒文化相融合,形成了特定于边疆地区的伊斯兰文化特征。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
9
审稿时长
4 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信