{"title":"WOMEN'S STRUGGLE AGAINST THE PATRIARCHATE AND COLONIAL HEGEMONY IN PRAMOEDYA ANANTA TOER'S RUMAH KACA","authors":"Iko Agustina Boangmanalu, B. Nainggolan","doi":"10.19166/pji.v17i2.3447","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"In most literary works set in the colonial era, women were described as weak, helpless, unable to resist, unlike the character Siti Soendari whom Pramoedya in the novel Rumah Kaca presented. Soendari became a female intellectual figure who fought against the existing power. This article describes the struggle in breaking down the patriarchal system and criticizing colonial power. This research uses a descriptive qualitative method with feminism and a post-colonial approach. The result shows that Siti Soendari was a female figure who fought intellectually. She was an educated woman who delivered her opinion through writing and speech. The way she fought was manifested by writing in newspapers, building organizations, and giving speeches at a youth meeting. Boycotted by the colonial power, Siti Soendari did not run out of ideas. She circulated her writings instead of publishing them in newspaper. Her struggle was unique because her goal was not just to create gender equality. She struggled to foster a nationalist nature among young people. In other words, she fought not only for women but also for her nation and country. This study recommends that the novel Rumah Hijau can be used as primary reading material in high schools and colleges.BAHASA INDONESIA ABSTRACT: Dalam kebanyakan karya sastra berlatar zaman penjajahan, perempuan digambarkan lemah, tak berdaya, tidak mampu melawan. Berbeda dengan tokoh Siti Soendari yang dihadirkan Pramoedya dalam novel Rumah Kaca. Siti Soendari menjadi sosok perempuan intelektual yang melakukan perlawanan terhadap kekuasaan yang ada. Artikel ini mendeskripsikan perjuangan tersebut dalam mendobrak sistem patriarkat dan mengkritisi kekuasaan kolonial. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan feminisme dan postkolonial. Hasil penelitian menunjukkan Siti Soendari adalah tokoh perempuan yang melakukan perjuangan dengan cara intelektual. Ia perempuan terdidik yang mampu menyuarakan pendapatnya lewat tulisan maupun lisan. Wujud perjuangan tokoh ini, antara lain; menulis di surat kabar, membangun organisasi, dan berpidato di pertemuan-pertemuan pemuda. Saat perjuangannya diboikot oleh kekuasaan kolonial, Siti Soendari tidak kehabisan akal. Tulisan-tulisannya tidak lagi dipublikasi melalui surat kabar, melainkan diedarkan dari orang ke orang. Perjuangan Siti Soendari menjadi unik karena tujuannya bukan sekadar menciptakan kesetaraan gender. Perjuangannya bertujuan menumbuhkan sifat nasionalis di kalangan pemuda. Dengan kata lain, ia tidak sekadar berjuang untuk kaum perempuan tetapi juga untuk bangsa dan negaranya. Hasil penelitian ini merekomendasikan novel Rumah Kaca digunakan sebagai bahan bacaan utama di sekolah menengah maupun perguruan tinggi.","PeriodicalId":31941,"journal":{"name":"Polyglot Jurnal Ilmiah","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Polyglot Jurnal Ilmiah","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.19166/pji.v17i2.3447","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
In most literary works set in the colonial era, women were described as weak, helpless, unable to resist, unlike the character Siti Soendari whom Pramoedya in the novel Rumah Kaca presented. Soendari became a female intellectual figure who fought against the existing power. This article describes the struggle in breaking down the patriarchal system and criticizing colonial power. This research uses a descriptive qualitative method with feminism and a post-colonial approach. The result shows that Siti Soendari was a female figure who fought intellectually. She was an educated woman who delivered her opinion through writing and speech. The way she fought was manifested by writing in newspapers, building organizations, and giving speeches at a youth meeting. Boycotted by the colonial power, Siti Soendari did not run out of ideas. She circulated her writings instead of publishing them in newspaper. Her struggle was unique because her goal was not just to create gender equality. She struggled to foster a nationalist nature among young people. In other words, she fought not only for women but also for her nation and country. This study recommends that the novel Rumah Hijau can be used as primary reading material in high schools and colleges.BAHASA INDONESIA ABSTRACT: Dalam kebanyakan karya sastra berlatar zaman penjajahan, perempuan digambarkan lemah, tak berdaya, tidak mampu melawan. Berbeda dengan tokoh Siti Soendari yang dihadirkan Pramoedya dalam novel Rumah Kaca. Siti Soendari menjadi sosok perempuan intelektual yang melakukan perlawanan terhadap kekuasaan yang ada. Artikel ini mendeskripsikan perjuangan tersebut dalam mendobrak sistem patriarkat dan mengkritisi kekuasaan kolonial. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan feminisme dan postkolonial. Hasil penelitian menunjukkan Siti Soendari adalah tokoh perempuan yang melakukan perjuangan dengan cara intelektual. Ia perempuan terdidik yang mampu menyuarakan pendapatnya lewat tulisan maupun lisan. Wujud perjuangan tokoh ini, antara lain; menulis di surat kabar, membangun organisasi, dan berpidato di pertemuan-pertemuan pemuda. Saat perjuangannya diboikot oleh kekuasaan kolonial, Siti Soendari tidak kehabisan akal. Tulisan-tulisannya tidak lagi dipublikasi melalui surat kabar, melainkan diedarkan dari orang ke orang. Perjuangan Siti Soendari menjadi unik karena tujuannya bukan sekadar menciptakan kesetaraan gender. Perjuangannya bertujuan menumbuhkan sifat nasionalis di kalangan pemuda. Dengan kata lain, ia tidak sekadar berjuang untuk kaum perempuan tetapi juga untuk bangsa dan negaranya. Hasil penelitian ini merekomendasikan novel Rumah Kaca digunakan sebagai bahan bacaan utama di sekolah menengah maupun perguruan tinggi.
在大多数以殖民时代为背景的文学作品中,女性被描述为软弱,无助,无法抵抗,不像小说《Rumah Kaca》中Pramoedya所呈现的角色Siti Soendari。桑达里成为了一位反对现存权力的女性知识分子。这篇文章描述了在打破宗法制度和批判殖民权力的斗争。本研究采用描述定性的方法,结合女性主义和后殖民主义的研究方法。结果表明,西蒂·森达里是一位知性斗争的女性人物。她是一位受过教育的女性,通过写作和演讲来表达自己的观点。她在报纸上发表文章、建立组织、在青年会议上发表演讲,这些都体现了她抗争的方式。在殖民势力的抵制下,西蒂·森达里并没有穷尽自己的想法。她没有在报纸上发表她的作品,而是把它们散发出去。她的奋斗是独一无二的,因为她的目标不仅仅是创造性别平等。她努力在年轻人中培养民族主义的天性。换句话说,她不仅为女性而战,也为她的民族和国家而战。本研究建议将小说《Rumah Hijau》作为高中和大学的主要阅读材料。摘要:印尼语:印尼语,印尼语,印尼语,印尼语,印尼语。Berbeda dengan tokoh Siti Soendari yang dihadirkan Pramoedya dalam小说Rumah Kaca。Siti Soendari menjadi sosok perempuan知识分子yang melakukan perlawanan terhadap kekuasaan yang ada。Artikel ini mendeskripsikan perjuangan tersebut dalam mendobrak system patriarkat dan mengkritisi kekuasaan colonial。penpentian在孟古纳坎的方法中,描述了女性主义与后殖民主义之间的关系。Hasil penelitian menunjukkan Siti Soendari adalah tokoh perempuan yang melakukan perjuangan dengan cara知识分子。我爱你,我爱你,我爱你。Wujud perjuangan tokoh ini, antara lain;Menulis di surat kabar,成员组织,Dan berpidato di pertemuan-pertemuan pemuda。Saat perjuangannya diboikot oleh kekuasaan殖民,Siti Soendari tidak kehabisan akal。土里土气,土里土气,土里土气,土里土气,土里土气,土里土气。Perjuangan Siti Soendari menjadi unik karena tujuannya bukan sekadar menciptakan kesetaran gender。Perjuangannya bertujuan menumbuhkan sifat nacional di kalangan pemuda。邓干卡塔兰,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。哈西尔·潘尼利特尼·梅里科米达斯坎小说《鲁玛·卡卡迪古纳坎》。