Rian Faisal Asqhor, Yandi Andri Yatmo, Kristanti Dewi Paramita
{"title":"INVESTIGASI DESAIN ARSITEKTUR YANG TIDAK TERKONDISI BERBASIS METODE PARTISIPATIF","authors":"Rian Faisal Asqhor, Yandi Andri Yatmo, Kristanti Dewi Paramita","doi":"10.24252/nature.v8i2a9","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This article investigates unconditional architecture, which is a form of design with space and architectural elements with disordered characters that arise in an unplanned way. Engagement with the community provides potential variation in developing space and architectural elements that value non-conformity, enriching the urban space. Architecture no longer focuses on aesthetics within the final form of the design but provides maneuvering opportunities for the community to develop an adaptive urban space. This article focuses on the design method of unconditional architecture through case studies of participatory architecture in Amiriya Complex restoration, Code river development, and Puebla traditional dwellings for the community in Mexico. The analysis of these case studies demonstrates how community participation changes function and emphasize material localities that are unconditioned that generate new urban identity. Understanding the mechanism of unconditioned architecture aims to expand architectural knowledge that values architecture beyond its orderliness, and highlights possibilities of the community as the main actor in the production of everyday urban space. Keyword: Uncoditional Architecture; NonConformity; Paritipatoru; Urban. 1Teknik Arsitektur Universitas Indonesia 2Teknik Arsitektur Universitas Indonesia 3Teknik Arsitektur Universitas Indonesia Volume 8, Nomor 2, 2021, hlm 197210 p-ISSN: 2302 – 6073, e-ISSN: 2579 4809 Journal Home Page: http://journal.uin-alauddin.ac.id DOI: https://doi.org/10.24252/nature.v8i2a9 Investigasi Desain Arsitektur yang Tidak Terkondisi Berbasis Metode Partisipatif Rian Faisal Asqhor, Yandi Andri Yatmo* , Kristanti Dewi Paramita H a la m a n 1 9 8 PENDAHULUAN Artikel ini berupaya memahami desain yang tidak terkondisi yang terbentuk dari metode desain arsitektur berbasis partisipatif masyarakat. Arsitektur yang tidak terkondisi hadir dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses desain yang muncul akibat upaya masyarakat untuk beradaptasi pada isu tertentu pada konteks (Upton, 2002). Terjadi berbagai perubahan secara ekonomi maupun budaya yang mampu mengubah ruang-ruang arsitektur di dalam suatu konteks sepanjang waktu, sehingga diperlukan suatu manuver desain yang responsif mampu menciptakan kesinambungan dan berjalan secara sinergis terhadap perubahan tersebut. Metode desain arsitektur berbasis partisipatif berpotensi bergerak sinergis terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat, karena masyarakat menjadi aktor utama dalam proses desain yang mampu bergerak bebas secara responsif dalam konteks (Upton, 2002: 723). Respons masyarakat ini menjadi bagian penting dalam mekanisme desain yang tidak terkondisi. Arsitektur yang tidak terkondisi berpotensi menciptakan desain yang adaptif dalam menjawab isu -isu yang terjadi di masyarakat, sehingga dapat memperkaya hadirnya arsitektur dalam suatu konteks. Arsitektur yang tidak terkondisi merupakan bagian dari arsitektur yang terbentuk dari ketidaksesuaian (non-conformity). Tulisan ini mengangkat kualitas non-conforming dalam desain berdasarkan pembahasan Cousins (1995) akan konsep ugly dalam arsitektur, yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam bagian kajian literatur. Ketidaksesuaian dapat hadir dengan proses merancang yang tidak terkondisi, terutama dengan pelibatan masyarakat yang membuka munculnya variasi yang tidak direncanakan dalam proses desain. Seberapa besar partisipasi masyarakat dalam berkontribusi menciptakan ruang memungkinkan ragam arsitektur yang tidak terkondisi itu hadir. Sherry (1969) dan Jones et al. (2005) mengemukakan bahwa tingkat citizen control menjadi bentuk parameter seberapa besar masyarakat dalam berkontribusi dan mendominasi proses desain memungkinkan hadirnya desain yang tidak terkondisi itu. Berdasarkan Arstein (1969) dan Upton (2002) arsitektur tidak terbatas dari guidelines yang ditentukan oleh desainer namun hadir dari hubungan antara masyarakat dan ruang yang terkait. Tulisan ini berupaya memahami bagaimana desain yang tidak terkondisi dapat menciptakan ruang arsitektur yang bersifat adaptif dan bagaimana mekanisme arsitektur yang tidak terkondisi hadir dalam proses desain yang berbasis partisipatif. Tulisan ini mengkaji pemahaman desain yang tidak terkondisi dan bagaimana partisipasi masyarakat membentuk desain yang tidak terkondisi tersebut, serta membahas penerapannya dalam studi kasus desain ruang publik dalam konteks urban. Memahami Desain yang Tidak Terkondisi Dalam Arsitektur Desain yang tidak terkondisi merupakan bentuk kontradiksi fungsi dari desain eksisting. Artinya, desain mengalami perubahan fungsi yang tidak semestinya hadir. Namun posisi yang tidak terkondisi ini bukan menjadi aspek yang dihindari karena dengan melihat ini menjadi penting. Pandangan desain tidak terbatas terhadap fungsi yang spesifik tetapi juga fungsi desain yang mampu adaptif dan bermanuver di dalam kebutuhan yang berubah-ubah, di luar kondisi yang ditetapkan di awal. Karakteristik desain yang tidak terkondisi sebenarnya ditentukan oleh seberapa adaptif desain itu hadir (Schuler, 1993 : 54). Berdasarkan Schuler (1993) dan Upt on (2002) desain menjadi adaptif ketika desainer melihat perubahan kebutuhan di masa yang akan datang, sehingga desain yang dicapai dapat bersifat multifungsi dan menyesuaikan kebutuhan. Manuver desainer dalam melihat perubahan tersebut akan mempengaruhi form suatu desain. Investigasi Desain Arsitektur yang Tidak Terkondisi Berbasis Metode Partisipatif Rian Faisal Asqhor, Yandi Andri Yatmo* , Kristanti Dewi Paramita H a la m a n 1 9 9 Dominasi masyarakat dalam proses merancang menjadi penting untuk berkontribusi menghadirkan form arsitektur yang tidak terkondisi (Arstein, 1993). Kualitas form yang tidak terkondisi dibahas dalam pembahasan ugliness (Cousins, 1995) dalam arsitektur. Ugly merupakan suatu bentuk non-conformity dimana terdapat suatu stigma yang mengakibatkan suatu bentuk tidak diterima dan tidak sesuai dalam desain yang hanya berparameter estetika (Cousins, 1995). Akan tetapi terdapat beberapa pandangan yang mengkritik bahwa desain yang estetik membentuk fungsi yang ter simplifikasi (Cousins, 1998). Desain yang estetika membatasi fungsi yang dibutuhkan pengguna. Estetika tidak lagi menjadi kriteria penting dalam menghasilkan desain bila tidak menciptakan fungsi yang tepat sasaran. Dengan demikian, secara subjek, ugly dapat menjadi sesuatu yang diterima dan mampu menyesuaikan dalam desain, apabila ugly berpotensi mengedepankan fungsi tepat sasaran dalam ruang arsitektur melalui metode desain. Dengan demikian, sebuah arsitektur yang tidak terkondisi menjadi penting ketika ia menciptakan sesuatu fungsi yang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Ugly mampu menciptakan variasi bentuk dan konfigurasi dalam desain. Artinya variasi dalam ruang arsitektur diharapkan bersifat universal dan mampu diterima oleh masyarakat dan desainer. Berdasarkan Cousins (1995) dan Aspa (2021), variasi pada respon terhadap isu menciptakan bahasa-bahasa baru terkait bentuk dan fungsi sehingga posisi estetika yang bersifat rigid dan terbatas pada order mengalami pergeseran menjadi bentuk yang lebih fleksibel dan terbuka. Metode partisipasi memiliki potensi dalam membentuk variasi tersebut sebagai desain yang tidak terkondisi, karena ditentukan oleh tingkat kontribusi masyarakat dalam menciptakan ruang arsitektur yang tidak ditentukan di awal oleh desainer. Metode partisipasi berimbas pada hasil desain yang tidak terkondisi. Metode partisipasi berbeda dengan metode desain lain dimana desainer mendominasi proses perancangan. Metode yang tidak terkondisi dipengaruhi oleh terbatasnya dominasi desainer dengan kliennya, yang memungkinkan masyarakat untuk dapat bermanuver maupun berkolaborasi dengan desainer membentuk integrasi dalam proses perancangan. Penekanan pada kontribusi masyarakat yang mendominasi dapat membuka peluang terjadinya sistem yang tidak terkondisi. Berdasarkan Cousins (1995) dan Gospodini (2001), sistem ini hadir karena tidak adanya pihak desainer dalam membatasi pergerakan masyarakat dalam mendesain. Pada arsitektur berbasis partisipasi, terdapat transformasi peran desainer. Desainer tidak lagi hadir sebagai praktisi ahli yang mengedepankan estetika dan terlepas dari kebutuhan keseharian, namun sebagai perantara yang memahami kebutuhan dan pengetahuan pengguna da n memberikan ruang untuk kebutuhan dan pengetahuan tersebut untuk berkembang (Till, 2005). Di sisi lain, pengguna memiliki peran untuk mentransformasikan pengetahuan arsitektur itu sendiri melalui potensi respon dan intervensi yang dikembangkan. Hasil dari arsitektur partisipatif di masa sekarang memperlihatkan pergeseran posisi estetika dari sebagai suatu yang diutamakan sebagai hasil akhir semata hingga menjadi sesuatu yang menumbuhkan kualitas yang penting bagi pengguna dalam merespon dan mengintervensi desain. Realita kebutuhan individu dalam tiap waktunya bersifat dinamis, artinya desain tidak bekerja secara adaptif dalam menyesuaikan kebutuhan pengguna setiap waktu. Dengan hal itu, akhirnya respon dari pengguna membentuk suatu perubahan fungsi dari eksisting desain sehingga menghasilkan desain yang tidak terkondisi (lihat Gambar 1). Investigasi Desain Arsitektur yang Tidak Terkondisi Berbasis Metode Partisipatif Rian Faisal Asqhor, Yandi Andri Yatmo* , Kristanti Dewi Paramita H a la m a n 2 0 0 Gambar 1. Unconditional Design Hadir dari Adaptasi Masyarakat Pada Suatu Desain Yang Dibentuk Oleh Arsitek Dan Klien Di Masa Lampau Sumber : Ilustrasi penulis Berdasarkan Finn (1998) dan Aspa (2001), desainer kerap tidak menghasilkan desain yang mampu menyesuaikan kebutuhan pengguna di masa yang akan datang sehingga adanya variabel fungsi yang hilang pada proses riset desain. Konsekuensi dari ketidaksesuaian fungsi terseb ut kemudian adalah hadirnya respon dari pengguna dalam menyikapi eksisting desain yang sudah terbentuk dan tidak menyesuaikan form yang ditentukan. Desain yang tidak terkondisi dengan demikian h","PeriodicalId":31442,"journal":{"name":"Nature National Academic Journal of Architecture","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Nature National Academic Journal of Architecture","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24252/nature.v8i2a9","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
This article investigates unconditional architecture, which is a form of design with space and architectural elements with disordered characters that arise in an unplanned way. Engagement with the community provides potential variation in developing space and architectural elements that value non-conformity, enriching the urban space. Architecture no longer focuses on aesthetics within the final form of the design but provides maneuvering opportunities for the community to develop an adaptive urban space. This article focuses on the design method of unconditional architecture through case studies of participatory architecture in Amiriya Complex restoration, Code river development, and Puebla traditional dwellings for the community in Mexico. The analysis of these case studies demonstrates how community participation changes function and emphasize material localities that are unconditioned that generate new urban identity. Understanding the mechanism of unconditioned architecture aims to expand architectural knowledge that values architecture beyond its orderliness, and highlights possibilities of the community as the main actor in the production of everyday urban space. Keyword: Uncoditional Architecture; NonConformity; Paritipatoru; Urban. 1Teknik Arsitektur Universitas Indonesia 2Teknik Arsitektur Universitas Indonesia 3Teknik Arsitektur Universitas Indonesia Volume 8, Nomor 2, 2021, hlm 197210 p-ISSN: 2302 – 6073, e-ISSN: 2579 4809 Journal Home Page: http://journal.uin-alauddin.ac.id DOI: https://doi.org/10.24252/nature.v8i2a9 Investigasi Desain Arsitektur yang Tidak Terkondisi Berbasis Metode Partisipatif Rian Faisal Asqhor, Yandi Andri Yatmo* , Kristanti Dewi Paramita H a la m a n 1 9 8 PENDAHULUAN Artikel ini berupaya memahami desain yang tidak terkondisi yang terbentuk dari metode desain arsitektur berbasis partisipatif masyarakat. Arsitektur yang tidak terkondisi hadir dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses desain yang muncul akibat upaya masyarakat untuk beradaptasi pada isu tertentu pada konteks (Upton, 2002). Terjadi berbagai perubahan secara ekonomi maupun budaya yang mampu mengubah ruang-ruang arsitektur di dalam suatu konteks sepanjang waktu, sehingga diperlukan suatu manuver desain yang responsif mampu menciptakan kesinambungan dan berjalan secara sinergis terhadap perubahan tersebut. Metode desain arsitektur berbasis partisipatif berpotensi bergerak sinergis terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat, karena masyarakat menjadi aktor utama dalam proses desain yang mampu bergerak bebas secara responsif dalam konteks (Upton, 2002: 723). Respons masyarakat ini menjadi bagian penting dalam mekanisme desain yang tidak terkondisi. Arsitektur yang tidak terkondisi berpotensi menciptakan desain yang adaptif dalam menjawab isu -isu yang terjadi di masyarakat, sehingga dapat memperkaya hadirnya arsitektur dalam suatu konteks. Arsitektur yang tidak terkondisi merupakan bagian dari arsitektur yang terbentuk dari ketidaksesuaian (non-conformity). Tulisan ini mengangkat kualitas non-conforming dalam desain berdasarkan pembahasan Cousins (1995) akan konsep ugly dalam arsitektur, yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam bagian kajian literatur. Ketidaksesuaian dapat hadir dengan proses merancang yang tidak terkondisi, terutama dengan pelibatan masyarakat yang membuka munculnya variasi yang tidak direncanakan dalam proses desain. Seberapa besar partisipasi masyarakat dalam berkontribusi menciptakan ruang memungkinkan ragam arsitektur yang tidak terkondisi itu hadir. Sherry (1969) dan Jones et al. (2005) mengemukakan bahwa tingkat citizen control menjadi bentuk parameter seberapa besar masyarakat dalam berkontribusi dan mendominasi proses desain memungkinkan hadirnya desain yang tidak terkondisi itu. Berdasarkan Arstein (1969) dan Upton (2002) arsitektur tidak terbatas dari guidelines yang ditentukan oleh desainer namun hadir dari hubungan antara masyarakat dan ruang yang terkait. Tulisan ini berupaya memahami bagaimana desain yang tidak terkondisi dapat menciptakan ruang arsitektur yang bersifat adaptif dan bagaimana mekanisme arsitektur yang tidak terkondisi hadir dalam proses desain yang berbasis partisipatif. Tulisan ini mengkaji pemahaman desain yang tidak terkondisi dan bagaimana partisipasi masyarakat membentuk desain yang tidak terkondisi tersebut, serta membahas penerapannya dalam studi kasus desain ruang publik dalam konteks urban. Memahami Desain yang Tidak Terkondisi Dalam Arsitektur Desain yang tidak terkondisi merupakan bentuk kontradiksi fungsi dari desain eksisting. Artinya, desain mengalami perubahan fungsi yang tidak semestinya hadir. Namun posisi yang tidak terkondisi ini bukan menjadi aspek yang dihindari karena dengan melihat ini menjadi penting. Pandangan desain tidak terbatas terhadap fungsi yang spesifik tetapi juga fungsi desain yang mampu adaptif dan bermanuver di dalam kebutuhan yang berubah-ubah, di luar kondisi yang ditetapkan di awal. Karakteristik desain yang tidak terkondisi sebenarnya ditentukan oleh seberapa adaptif desain itu hadir (Schuler, 1993 : 54). Berdasarkan Schuler (1993) dan Upt on (2002) desain menjadi adaptif ketika desainer melihat perubahan kebutuhan di masa yang akan datang, sehingga desain yang dicapai dapat bersifat multifungsi dan menyesuaikan kebutuhan. Manuver desainer dalam melihat perubahan tersebut akan mempengaruhi form suatu desain. Investigasi Desain Arsitektur yang Tidak Terkondisi Berbasis Metode Partisipatif Rian Faisal Asqhor, Yandi Andri Yatmo* , Kristanti Dewi Paramita H a la m a n 1 9 9 Dominasi masyarakat dalam proses merancang menjadi penting untuk berkontribusi menghadirkan form arsitektur yang tidak terkondisi (Arstein, 1993). Kualitas form yang tidak terkondisi dibahas dalam pembahasan ugliness (Cousins, 1995) dalam arsitektur. Ugly merupakan suatu bentuk non-conformity dimana terdapat suatu stigma yang mengakibatkan suatu bentuk tidak diterima dan tidak sesuai dalam desain yang hanya berparameter estetika (Cousins, 1995). Akan tetapi terdapat beberapa pandangan yang mengkritik bahwa desain yang estetik membentuk fungsi yang ter simplifikasi (Cousins, 1998). Desain yang estetika membatasi fungsi yang dibutuhkan pengguna. Estetika tidak lagi menjadi kriteria penting dalam menghasilkan desain bila tidak menciptakan fungsi yang tepat sasaran. Dengan demikian, secara subjek, ugly dapat menjadi sesuatu yang diterima dan mampu menyesuaikan dalam desain, apabila ugly berpotensi mengedepankan fungsi tepat sasaran dalam ruang arsitektur melalui metode desain. Dengan demikian, sebuah arsitektur yang tidak terkondisi menjadi penting ketika ia menciptakan sesuatu fungsi yang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Ugly mampu menciptakan variasi bentuk dan konfigurasi dalam desain. Artinya variasi dalam ruang arsitektur diharapkan bersifat universal dan mampu diterima oleh masyarakat dan desainer. Berdasarkan Cousins (1995) dan Aspa (2021), variasi pada respon terhadap isu menciptakan bahasa-bahasa baru terkait bentuk dan fungsi sehingga posisi estetika yang bersifat rigid dan terbatas pada order mengalami pergeseran menjadi bentuk yang lebih fleksibel dan terbuka. Metode partisipasi memiliki potensi dalam membentuk variasi tersebut sebagai desain yang tidak terkondisi, karena ditentukan oleh tingkat kontribusi masyarakat dalam menciptakan ruang arsitektur yang tidak ditentukan di awal oleh desainer. Metode partisipasi berimbas pada hasil desain yang tidak terkondisi. Metode partisipasi berbeda dengan metode desain lain dimana desainer mendominasi proses perancangan. Metode yang tidak terkondisi dipengaruhi oleh terbatasnya dominasi desainer dengan kliennya, yang memungkinkan masyarakat untuk dapat bermanuver maupun berkolaborasi dengan desainer membentuk integrasi dalam proses perancangan. Penekanan pada kontribusi masyarakat yang mendominasi dapat membuka peluang terjadinya sistem yang tidak terkondisi. Berdasarkan Cousins (1995) dan Gospodini (2001), sistem ini hadir karena tidak adanya pihak desainer dalam membatasi pergerakan masyarakat dalam mendesain. Pada arsitektur berbasis partisipasi, terdapat transformasi peran desainer. Desainer tidak lagi hadir sebagai praktisi ahli yang mengedepankan estetika dan terlepas dari kebutuhan keseharian, namun sebagai perantara yang memahami kebutuhan dan pengetahuan pengguna da n memberikan ruang untuk kebutuhan dan pengetahuan tersebut untuk berkembang (Till, 2005). Di sisi lain, pengguna memiliki peran untuk mentransformasikan pengetahuan arsitektur itu sendiri melalui potensi respon dan intervensi yang dikembangkan. Hasil dari arsitektur partisipatif di masa sekarang memperlihatkan pergeseran posisi estetika dari sebagai suatu yang diutamakan sebagai hasil akhir semata hingga menjadi sesuatu yang menumbuhkan kualitas yang penting bagi pengguna dalam merespon dan mengintervensi desain. Realita kebutuhan individu dalam tiap waktunya bersifat dinamis, artinya desain tidak bekerja secara adaptif dalam menyesuaikan kebutuhan pengguna setiap waktu. Dengan hal itu, akhirnya respon dari pengguna membentuk suatu perubahan fungsi dari eksisting desain sehingga menghasilkan desain yang tidak terkondisi (lihat Gambar 1). Investigasi Desain Arsitektur yang Tidak Terkondisi Berbasis Metode Partisipatif Rian Faisal Asqhor, Yandi Andri Yatmo* , Kristanti Dewi Paramita H a la m a n 2 0 0 Gambar 1. Unconditional Design Hadir dari Adaptasi Masyarakat Pada Suatu Desain Yang Dibentuk Oleh Arsitek Dan Klien Di Masa Lampau Sumber : Ilustrasi penulis Berdasarkan Finn (1998) dan Aspa (2001), desainer kerap tidak menghasilkan desain yang mampu menyesuaikan kebutuhan pengguna di masa yang akan datang sehingga adanya variabel fungsi yang hilang pada proses riset desain. Konsekuensi dari ketidaksesuaian fungsi terseb ut kemudian adalah hadirnya respon dari pengguna dalam menyikapi eksisting desain yang sudah terbentuk dan tidak menyesuaikan form yang ditentukan. Desain yang tidak terkondisi dengan demikian h
这篇文章研究的是无条件建筑,它是一种设计形式,具有无序特征的空间和建筑元素以一种无计划的方式出现。与社区的接触为发展空间和建筑元素提供了潜在的变化,这些元素重视不一致性,丰富了城市空间。建筑不再关注设计最终形式的美学,而是为社区提供了发展适应性城市空间的机动机会。本文通过对墨西哥Amiriya Complex修复、Code river开发和Puebla传统社区住宅的参与式建筑的案例研究,重点介绍了无条件建筑的设计方法。对这些案例研究的分析表明,社区参与如何改变功能,并强调无条件的物质场所,从而产生新的城市身份。理解无条件建筑的机制旨在扩展建筑知识,使建筑超越其秩序性,并强调社区作为日常城市空间生产的主要参与者的可能性。关键词:无条件架构;不一致;Paritipatoru;Urban. 1Teknik Arsitektur Universitas Indonesia 2 teknik Arsitektur Universitas Indonesia 3Teknik Arsitektur Universitas Indonesia第8卷,第2期,2021,hlm 197210 p-ISSN: 2302 - 6073, e-ISSN: 2579 4809期刊首页:http://journal.uin-alauddin.ac.id DOI:https://doi.org/10.24252/nature.v8i2a9 Investigasi Desain Arsitektur杨有些Terkondisi Berbasis Metode Partisipatif莉婉费萨尔Asqhor,凝聚炎黄Andri Yatmo *, Kristanti戴维·Paramita H a la m n 1 9 8 PENDAHULUAN Artikel ini berupaya memahami Desain杨有些Terkondisi杨terbentuk达里语Metode Desain Arsitektur Berbasis Partisipatif步伐。Arsitektur yang tidak terkondisi hadir dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses desain yang muncul akibat upaya masyarakat untuk beradaptasi pada isu tertentu pada konteks (Upton, 2002)。Terjadi berbagai perubahan secara经济,maupun budaya yang, mampu mengubaha, wangang arsitektur, di dalam suatu konteks, sepanjang waktu, sehinga diperlukan suatu, manchapmenciptakan, kesinambungan, berjalan secara sinergi, terhadap perubahan tersebut。[j] .方法设计:基于参与性的设计-潜在的设计-潜在的设计-潜在的设计-潜在的设计-潜在的设计-潜在的设计-潜在的设计-潜在的设计-潜在的设计。答:我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。Arsitektur yang tidak terkondisi berpotensi menciptaki and desain yang adaptif dalam menjawab isu - issu yang terjadi di masyarakat, sehinga dapat memperkaya hadirya Arsitektur dalam suatu konteks。Arsitektur yang tidak terkondisi merupakan bagian dari Arsitektur yang terbentuk dari ketidaksesuaian(不符合)。图里萨尼·孟冈卡特·库利塔斯(1995),阿坎康塞普丑陋的阿坎·阿坎,阿坎迪耶拉斯坎·莱比赫·兰杰特·阿坎巴吉安·卡吉安文学。ketidakesuaian dapat hadir dengan proses merancang yang tidak terkondisi, terutama dengan pelitbatan masyarakat yang membuka munculnya varasi yang tidak direncanakan dalam proses desain。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Sherry (1969), dan Jones等(2005),mengemukakan bahwa tingkat公民控制menjadi bentuk参数seberapa besar masyarakat dalam berkontribusi danmendominasi进程,desain memungkinkan hadirnya desain yang tidak terkondisi itu。阿斯坦(1969)丹·厄普顿(2002):《中国日报》,《中国日报》,《中国日报》。tusisan ini berupaya memahami bagaimana desain yang tidak terkondisi hadir dalam进程desain yang基础参与。tusisan ini mengkaji pemahaman desain yang tidak terkondisi dan bagaimana partisipasi masyarakat membentuk desain yang tidak terkondisi tersebut, serta membahas penerapannya dalam studi kasus desain ruang public dalam konteks urban。maahami Desain yang Tidak Terkondisi Dalam Arsitektur Desain yang Tidak Terkondisi merupakan bentuk kontradiksi fungsi dari Desain eksisting。阿提亚,设计,门伽拉米,佩鲁巴汉,真菌,阳,塔斯提亚,hadir。这句话是说:“我的意思是说,我的意思是说,我的意思是我的意思。”Pandangan desain tidak terbatas terhadap fungsi yang spespifik tetapi juga fungsi desain yang mampu adaptif - manmanver di dalam kebutuhan yang berubah-ubah, di luar kondisi yang ditetapkan di awal。 设计的非条件特性实际上是由设计的适应性程度决定的(舒勒,1993年:54年)。根据Schuler(1993年)和Upt on(2002年)设计,当设计师看到未来需求的变化时,它们是适应性的,因此实现的设计可以是多功能的,可以适应需求。设计师对这些变化的观察将影响设计形式。基于党派主义方法的缺乏条件设计调查。这种不可预制的质量是在建筑丑陋的讨论中讨论的。丑陋是一种非一致性的形式,这种耻辱导致一种形式在唯一的审美参数(cusins, 1995)中不被接受和不兼容。然而,有一些批评观点认为,审美设计构成了一个简单的功能(成本,1998年)。审美设计限制了用户所需的功能。如果没有创造出正确的功能,美学就不再是设计的重要标准。因此,在主题上,如果ugly有潜力通过设计方法精确定位建筑空间目标的功能,那么ugly就可以成为可接受的东西,并能够适应设计。因此,当一个不可塑性的建筑创造出能够达到其目标和满足用户需求的功能时,它就变得很重要。Ugly能够在设计中创建形状和配置的变化。这意味着建筑空间的变化预计是普遍的,能够被社会和设计师接受。根据《简写》(1995年)和《Aspa》(2021年),在创造相关形式和功能等问题上的反应的变化,使其在形状和功能上的灵活和开放的美学位置发生了变化。参与方法有潜力将这些变化塑造成一种不受限制的设计,因为这是由社会在创造建筑空间方面的贡献水平决定的,而这些贡献是由设计师最初不确定的。参与的方法影响了没有条件的设计。参与方法不同于设计师主导设计过程的其他设计方法。不受环境因素影响的是设计师对客户的统治程度有限,这使得公众能够操纵或与设计师合作,在设计过程中融合。强调占主导地位的社会贡献可以为一个不受条件影响的系统打开机会。根据《1995年》(1995年)和《2001年》(Gospodini),这个系统的存在是因为没有设计师限制人们的设计运动。在参与的架构中,设计师的角色发生了变化。设计师不再以审美为媒介,不顾日常的需要而存在,而是作为了解用户需求和知识的媒介,为需求和知识的发展提供空间(直到,2005年)。另一方面,用户可以通过开发的潜在响应和干预来改变建筑知识本身。今天的参与架构的结果表明,审美地位的变化,从本质上的本质到最终的结果,再到对用户的回应和干预设计至关重要的品质。每个时代的个人需求的现实都是动态的,这意味着设计在适应每个时代的用户需求方面没有发挥作用。对此,最终用户的反应形成现有设计的功能是产生变化的设计没有条件(见图1)。调查不基于条件的建筑设计方法参与莲费萨尔Asqhor Andri Yandi Yatmo *, Kristanti女神Paramita H a la m n 2 0 0图1。无条件的设计来适应社会的一种设计在过去是由建筑师和客户来源:作者根据芬恩(1998)插图和Aspa(2001),设计师通常不会产生的设计能够适应将来的用户需求,设计研究过程变量缺失的功能。由此产生的嵌入式功能不匹配的结果是用户在现有设计不符合规定形式的情况下的反应。 非条件设计,因此h