Dakwah Hamka Menjawab Isu-Isu Kenegaraan dalam Tafsir Al-Azhar

Akmal Rizki Gunawan Hasibuan, Agustina Agustina
{"title":"Dakwah Hamka Menjawab Isu-Isu Kenegaraan dalam Tafsir Al-Azhar","authors":"Akmal Rizki Gunawan Hasibuan, Agustina Agustina","doi":"10.21111/TSAQAFAH.V15I1.2937","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract This explained that Buya Hamka was an Indonesian interpreter who had a major influence on efforts in grounding state values. This paper confirms that the discourse on state issues in al-Azhar's interpretation delivered by Hamka has a selective and accommodating impression. For example, in the context of religious and state relations, he was more inclined to Husein Muhammad Haikal's opinion which is said that in Islam there is a set of principles, moral and ethical values related to the life of society and the state. Whereas in its implementation, Islam does not determine the standard system of government, but Islam has the right to determine the system to be used. As for the state ideology, there were found inconsistencies in Hamka's thinking, a kind of development or shift in Hamka's attitude. On the one hand, Hamka wants an ideology of Islam in Indonesia, while on the other hand, he recognizes Pancasila as a state ideology. It is not another due in around the fifties, Muslims suspected with so many interpretations and differences of interpretation concerning the Pancasila as the State ideology, moreover, the interpretation of the secular group. The approach used in this study is an interpretive approach in order to understand a figure's thoughts/interpreters through their works. Keywords : Hamka, State Issues, Al-Azhar Interpretation. Abstrak Ini memaparkan bahwa Buya Hamka (1908-1981) adalah salah seorang tokoh tafsir Indonesia yang punya pengaruh besar terhadap upaya pembumian nilai-nilai kenegaraan. Tulisan ini menegaskan bahwa wacana isu-isu kenegaraan dalam tafsir al-Azhar yang disampaikan oleh Hamka kepada para pembaca tafsirnya memiliki kesan selektif dan  akomodatif. Seperti misalnya, konteks hubungan agama dan negara, Hamka lebih cenderung kepada pendapat Muhammad Husein Haikal, yang mana dikatakan bahwa dalam Islam terdapat seperangkat prinsip dan tata nilai moral serta etika yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sedangkan  dalam pelaksanaannya, Islam tidak menentukan sistem pemerintahan baku, akan tetapi Islam berhak menentukan sistem yang akan digunakan. Adapun mengenai ideologi negara, ditemukan adanya inkonsistensi dalam pemikiran Hamka, semacam perkembangan atau pergeseran sikap Hamka. Di satu sisi Hamka menginginkan Indonesia berideologi Islam, sedangkan disisi lain ia mengakui Pancasila sebagai ideologi negara. Hal tersebut tidak lain dikarenakan pada sekitar tahun lima puluhan, umat Islam curiga dengan banyaknya penafsiran dan perbedaan penafsiran mengenai Pancasila sebagai ideologi negara, terlebih lagi penafsiran dari kelompok sekuler. Adapun pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah pendekatan interpretasi ( interpretatif approach ) dalam rangka memahami pemikiran seorang tokoh/mufasir melalui karya-karyanya. Kata Kunci: Hamka, Isu-Isu Kenegaraan, Tafsir Al-Azhar.","PeriodicalId":53315,"journal":{"name":"Tsaqafah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Tsaqafah","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21111/TSAQAFAH.V15I1.2937","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

Abstract

Abstract This explained that Buya Hamka was an Indonesian interpreter who had a major influence on efforts in grounding state values. This paper confirms that the discourse on state issues in al-Azhar's interpretation delivered by Hamka has a selective and accommodating impression. For example, in the context of religious and state relations, he was more inclined to Husein Muhammad Haikal's opinion which is said that in Islam there is a set of principles, moral and ethical values related to the life of society and the state. Whereas in its implementation, Islam does not determine the standard system of government, but Islam has the right to determine the system to be used. As for the state ideology, there were found inconsistencies in Hamka's thinking, a kind of development or shift in Hamka's attitude. On the one hand, Hamka wants an ideology of Islam in Indonesia, while on the other hand, he recognizes Pancasila as a state ideology. It is not another due in around the fifties, Muslims suspected with so many interpretations and differences of interpretation concerning the Pancasila as the State ideology, moreover, the interpretation of the secular group. The approach used in this study is an interpretive approach in order to understand a figure's thoughts/interpreters through their works. Keywords : Hamka, State Issues, Al-Azhar Interpretation. Abstrak Ini memaparkan bahwa Buya Hamka (1908-1981) adalah salah seorang tokoh tafsir Indonesia yang punya pengaruh besar terhadap upaya pembumian nilai-nilai kenegaraan. Tulisan ini menegaskan bahwa wacana isu-isu kenegaraan dalam tafsir al-Azhar yang disampaikan oleh Hamka kepada para pembaca tafsirnya memiliki kesan selektif dan  akomodatif. Seperti misalnya, konteks hubungan agama dan negara, Hamka lebih cenderung kepada pendapat Muhammad Husein Haikal, yang mana dikatakan bahwa dalam Islam terdapat seperangkat prinsip dan tata nilai moral serta etika yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sedangkan  dalam pelaksanaannya, Islam tidak menentukan sistem pemerintahan baku, akan tetapi Islam berhak menentukan sistem yang akan digunakan. Adapun mengenai ideologi negara, ditemukan adanya inkonsistensi dalam pemikiran Hamka, semacam perkembangan atau pergeseran sikap Hamka. Di satu sisi Hamka menginginkan Indonesia berideologi Islam, sedangkan disisi lain ia mengakui Pancasila sebagai ideologi negara. Hal tersebut tidak lain dikarenakan pada sekitar tahun lima puluhan, umat Islam curiga dengan banyaknya penafsiran dan perbedaan penafsiran mengenai Pancasila sebagai ideologi negara, terlebih lagi penafsiran dari kelompok sekuler. Adapun pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah pendekatan interpretasi ( interpretatif approach ) dalam rangka memahami pemikiran seorang tokoh/mufasir melalui karya-karyanya. Kata Kunci: Hamka, Isu-Isu Kenegaraan, Tafsir Al-Azhar.
达瓦说:哦!
这就解释了布亚·哈姆卡是一名印尼翻译,他对建立国家价值观的努力产生了重大影响。本文证实了哈姆卡对爱资哈尔的解读中关于国家问题的论述具有选择性和包容性。例如,在宗教和国家关系的背景下,他更倾向于Husein Muhammad Haikal的观点,即伊斯兰教中有一套与社会和国家生活有关的原则、道德和伦理价值观。然而,在其实施过程中,伊斯兰教并没有决定政府的标准制度,但伊斯兰教有权决定要使用的制度。关于国家意识形态,哈姆卡的思想存在矛盾,这是哈姆卡态度的一种发展或转变。一方面,哈姆卡希望在印度尼西亚有一种伊斯兰意识形态,另一方面,他承认Pancasila是一种国家意识形态。这并不是另一个原因,在50年代左右,穆斯林怀疑对Pancasila的解释和解释与国家意识形态的解释以及对世俗群体的解释有如此多的差异。本研究中使用的方法是一种解释方法,目的是通过人物的作品来理解他们的思想/口译员。关键词:哈姆卡,国家问题,爱资哈尔解释。这篇摘要表明,布亚·哈姆卡(1908-1981)是印度尼西亚画家之一,他对埋葬国家价值观的努力产生了重大影响。它证实,哈姆卡对爱资哈尔部队事态的评论具有选择性和宽容的效果。例如,在宗教和国家关系的背景下,哈姆卡更倾向于穆罕默德·胡赛因·海卡尔的观点,他说,在伊斯兰教中,有一定程度的原则、道德价值观和伦理与友谊和国家的生活有关。在执行过程中,伊斯兰教并不决定默认政府的制度,但伊斯兰教有权决定要使用的制度。关于这个国家的意识形态,哈姆卡的思想不一致,哈姆克的态度发生了某种发展或转变。哈姆卡一方面希望印尼拥有伊斯兰意识形态,另一方面他承认潘卡西拉是一种国家意识形态。这是因为在50年代,伊斯兰人民怀疑对Pancasila作为国家意识形态的许多解释和不同解释,尤其是世俗团体的解释。本研究所使用的方法是一种解释方法,目的是通过作品来理解一个人物/穆法西尔的思想。关键词:哈姆卡,伊苏·伊苏·凯尼加拉,爱资哈尔。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
7
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信