{"title":"PEMBELAJARAN LITERASI DI LPTK UNDANA MENYONGSONG GENERASI EMAS INDONESIA","authors":"F. A. Nai","doi":"10.53441/jl.vol7.iss1.100","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Schelfhout et al. (2006) yang dikutip Mehrak (dalam Asean EFL Journal, hal. 3) melalui www.asean-efl-journal.com>pta_oct_08, mengatakan bahwa: untuk menghasilkan calon guru yang baik, maka LPTK perlu membekali para calon guru dengan “ (1) master the content knowledge of the discipline they are specialized to teach; (2) have skills and knowledge about teaching/learning in order to teach properly; (3) work in school contexts;(4) notice any short comings in their teaching and constantly try to improve it; (5) take on a broader pedagogical and moralresponsibility”. Dengan kata-kata kunci master, skills, work, notice, dan take, pernyataan di atas berkaitan langsung dengan rancangan belajar dan pembelajaran yang dapat membantu menjembatani kualitas pendidikan guru di LPTK dan kebutuhan sekolah sebagai stakeholders. Penelitian ini mengakomodir studi etnografis dari sudut pandang James P. Spradley (1980) yang mendeskripsikan budaya suatu kelompok meliputi tiga aspek yakni cultural behavior (apa yang dilakukan), cultural knowledge (apa yang diketahui), dan cultural artifacts (apa yang digunakan) (dalam Muhyidin, 2023) Hasil studi etnografis terhadap cultural knowledge dan cultural artifact pembelajaran membaca dan menulis permulaan di SDN Maulafa Kota Kupang tahun 2023, menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang terlalu longgar antara bekal pragmatik para guru dengan hasil study teoretik di LPTK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar guru kelas rendah melakukan pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan menggunakan metode eja, metode kartu huruf, metode alphabe. Hal itu membuktikan perbedaan yang sangat signifikan antara learning materials di LPTK dengan content learning yang akan diaplikasi calon guru di lapangan kerja. Apabila model-model pembelajaran membaca dan menulis permulaan itu yang digunakan para guru, maka persoalan literasi sebagai salah satu kendaraan generasi muda menuju era emas, tidak bakal tercapai.","PeriodicalId":367260,"journal":{"name":"Jurnal Lazuardi","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-04-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Lazuardi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.53441/jl.vol7.iss1.100","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Schelfhout et al. (2006) yang dikutip Mehrak (dalam Asean EFL Journal, hal. 3) melalui www.asean-efl-journal.com>pta_oct_08, mengatakan bahwa: untuk menghasilkan calon guru yang baik, maka LPTK perlu membekali para calon guru dengan “ (1) master the content knowledge of the discipline they are specialized to teach; (2) have skills and knowledge about teaching/learning in order to teach properly; (3) work in school contexts;(4) notice any short comings in their teaching and constantly try to improve it; (5) take on a broader pedagogical and moralresponsibility”. Dengan kata-kata kunci master, skills, work, notice, dan take, pernyataan di atas berkaitan langsung dengan rancangan belajar dan pembelajaran yang dapat membantu menjembatani kualitas pendidikan guru di LPTK dan kebutuhan sekolah sebagai stakeholders. Penelitian ini mengakomodir studi etnografis dari sudut pandang James P. Spradley (1980) yang mendeskripsikan budaya suatu kelompok meliputi tiga aspek yakni cultural behavior (apa yang dilakukan), cultural knowledge (apa yang diketahui), dan cultural artifacts (apa yang digunakan) (dalam Muhyidin, 2023) Hasil studi etnografis terhadap cultural knowledge dan cultural artifact pembelajaran membaca dan menulis permulaan di SDN Maulafa Kota Kupang tahun 2023, menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang terlalu longgar antara bekal pragmatik para guru dengan hasil study teoretik di LPTK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar guru kelas rendah melakukan pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan menggunakan metode eja, metode kartu huruf, metode alphabe. Hal itu membuktikan perbedaan yang sangat signifikan antara learning materials di LPTK dengan content learning yang akan diaplikasi calon guru di lapangan kerja. Apabila model-model pembelajaran membaca dan menulis permulaan itu yang digunakan para guru, maka persoalan literasi sebagai salah satu kendaraan generasi muda menuju era emas, tidak bakal tercapai.