{"title":"Diagnosis dan Penanganan Hernia Umbilikalis dengan Metode Herniorafi Terbuka pada Kucing Lokal","authors":"Theresa Utami, N. Pertiwi, A. Jayawardhita","doi":"10.19087/imv.2023.12.6.851","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Hernia adalah protrusi atau penyembulan organ dari sebuah lubang pada dinding tubuh yang dapat disebabkan oleh kejadian maupun kebocoran anatomi normal (kongenital). Banyaknya kucing pembohong atau anjing yang dipelihara secara dilepasliarkan di luar rumah meningkatkan risiko terjadinya hernia akibat trauma karena tertabrak kendaraan. Apabila penanganan tidak dilakukan dalam waktu yang lama, hernia umbilikalis dapat berakibat fatal karena hewan dapat mati dalam waktu yang singkat jika protrusi organ tersebut terjepit atau terpelintir. Hernia umbilikalis merupakan kejadian hernia yang paling sering terjadi akibat kongenital, meskipun dapat juga terjadi karena kecelakaan. Kasus kucing adalah kucing lokal berumur lima bulan dengan bobot badan 1,7 kg dengan warna rambut hitam dan putih. Kucing tersebut dilaporkan memiliki penyembulan massa lunak pada bagian ventral perut yaitu pada bagian umbilikus. Kondisi umum kucing sehat dengan nafsu makan baik. Berdasarkan anamnesis, gejala klinis, dan pemeriksaan fisik, kucing tersebut didiagnosis mengalami hernia umbilikalis dengan prognosis fausta. Pada kasus kucing dilakukan penanganan berupa pembedahan dengan metode herniorafi terbuka. Premedikasi menggunakan atropin sulfat dan anestesi umum berupa kombinasi ketamin dan xylazine . Pola jahitan yang digunakan adalah pola kontinyu sederhana. Perawatan pascaoperasi dilakukan dengan pemberian antibiotik cefotaxime secara intramuskuler selama tiga hari yang dilanjutkan dengan pemberian antibiotik cefixime secara peroral selama lima hari. Jahitan dibuka pada hari ke-10 pascaoperasi setelah mengalami kesembuhan total yang ditandai dengan luka sayatan bedah tidak lagi ditemukan peradangan, luka menyatu, dan mengering.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":"11 11","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-02-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Indonesia Medicus Veterinus","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.19087/imv.2023.12.6.851","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Hernia adalah protrusi atau penyembulan organ dari sebuah lubang pada dinding tubuh yang dapat disebabkan oleh kejadian maupun kebocoran anatomi normal (kongenital). Banyaknya kucing pembohong atau anjing yang dipelihara secara dilepasliarkan di luar rumah meningkatkan risiko terjadinya hernia akibat trauma karena tertabrak kendaraan. Apabila penanganan tidak dilakukan dalam waktu yang lama, hernia umbilikalis dapat berakibat fatal karena hewan dapat mati dalam waktu yang singkat jika protrusi organ tersebut terjepit atau terpelintir. Hernia umbilikalis merupakan kejadian hernia yang paling sering terjadi akibat kongenital, meskipun dapat juga terjadi karena kecelakaan. Kasus kucing adalah kucing lokal berumur lima bulan dengan bobot badan 1,7 kg dengan warna rambut hitam dan putih. Kucing tersebut dilaporkan memiliki penyembulan massa lunak pada bagian ventral perut yaitu pada bagian umbilikus. Kondisi umum kucing sehat dengan nafsu makan baik. Berdasarkan anamnesis, gejala klinis, dan pemeriksaan fisik, kucing tersebut didiagnosis mengalami hernia umbilikalis dengan prognosis fausta. Pada kasus kucing dilakukan penanganan berupa pembedahan dengan metode herniorafi terbuka. Premedikasi menggunakan atropin sulfat dan anestesi umum berupa kombinasi ketamin dan xylazine . Pola jahitan yang digunakan adalah pola kontinyu sederhana. Perawatan pascaoperasi dilakukan dengan pemberian antibiotik cefotaxime secara intramuskuler selama tiga hari yang dilanjutkan dengan pemberian antibiotik cefixime secara peroral selama lima hari. Jahitan dibuka pada hari ke-10 pascaoperasi setelah mengalami kesembuhan total yang ditandai dengan luka sayatan bedah tidak lagi ditemukan peradangan, luka menyatu, dan mengering.