{"title":"Laporan Kasus: Enteritis Hemoragi karena Koinfeksi Ancylostomiosis dan Koksidiosis, Disertai Komplikasi Erlichiosis pada Anjing Kacang","authors":"Grace Caroline, I. W. Batan, P. Putriningsih","doi":"10.19087/imv.2023.12.6.807","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Infeksi saluran cerna pada anjing, salah satunya dapat terjadi karena parasit dan protozoa pada saluran pencernaan yang dapat menyebabkan enteritis hemoragik. Parasit berbahaya yang berada dalam saluran pencernaan adalah Ancylostoma spp. serta dari kelompok protozoa adalah Isospora spp., Kedua penyakit ini dapat menimbulkan penyakit yang menunjukkan tanda klinis yang hampir sama yakni diare hingga pendarahan, penurunan nafsu makan, lemah, anoreksia, yang dapat diteguhkan oleh pemeriksaan feses. Hasil pemeriksaan klinis anjing mengalami kepucatan pada membran mukosa dan konjungtiva, serta waktu pengisian kaca yang bertambah lama. Hasil pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan kasus anjing mengalami anemia mikrositik hipokromik, leukositosis, monositosis, neutrofilia, dan trombositopenia. Hasil pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya telur cacing Ancylostoma spp., dan ookista Isospora spp . Berdasarkan pemeriksaan tersebut, anjing kasus didiagnosis mengalami ancylostomiosis dan koksidiosis. Saat dilakukan pemeriksaan hematologi rutin, anjing mengalami kasus trombositopenia yang terinfeksi juga oleh parasit darah. Dilakukan ulas darah dan uji serologi rapid test antibodi dan didapat hasil anjing kasus positif terinfeksi Ehrlichia sp . Terapi yang diberikan berupa anthelmintik dengan kandungan pyrantel secara peroral, 5 mg/kg BB diulangi pada hari ke-3, hari ke-7, dan hari ke-10. Terapi antibitoik berupa sulfamethoxazole-trimethroprim secara peroral 30 mg/kg BB, satu kali sehari selama 10 hari. Terapi antibiotik lainnya berupa doksisiklin secara peroral, 10 mg/kg BB, satu kali sehari selama 28 hari. Antiparasit dengan kandungan sarolaner. Terapi suportif berupa hematopoietikum satu kapsul per hari, secara peroral satu kali sehari selama 10 hari. Pada hari ke-15 pengobatan, kasus anjing menunjukkan perbaikan kondisi yang ditandai dengan feses yang teramati tidak ada darah dan konsistensi feses yang memadat. Pada hari ke-28 kondisi kasus anjing semakin membaik, sangat aktif, dan mengalami penambahan bobot badan.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":"23 10","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-02-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Indonesia Medicus Veterinus","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.19087/imv.2023.12.6.807","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Infeksi saluran cerna pada anjing, salah satunya dapat terjadi karena parasit dan protozoa pada saluran pencernaan yang dapat menyebabkan enteritis hemoragik. Parasit berbahaya yang berada dalam saluran pencernaan adalah Ancylostoma spp. serta dari kelompok protozoa adalah Isospora spp., Kedua penyakit ini dapat menimbulkan penyakit yang menunjukkan tanda klinis yang hampir sama yakni diare hingga pendarahan, penurunan nafsu makan, lemah, anoreksia, yang dapat diteguhkan oleh pemeriksaan feses. Hasil pemeriksaan klinis anjing mengalami kepucatan pada membran mukosa dan konjungtiva, serta waktu pengisian kaca yang bertambah lama. Hasil pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan kasus anjing mengalami anemia mikrositik hipokromik, leukositosis, monositosis, neutrofilia, dan trombositopenia. Hasil pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya telur cacing Ancylostoma spp., dan ookista Isospora spp . Berdasarkan pemeriksaan tersebut, anjing kasus didiagnosis mengalami ancylostomiosis dan koksidiosis. Saat dilakukan pemeriksaan hematologi rutin, anjing mengalami kasus trombositopenia yang terinfeksi juga oleh parasit darah. Dilakukan ulas darah dan uji serologi rapid test antibodi dan didapat hasil anjing kasus positif terinfeksi Ehrlichia sp . Terapi yang diberikan berupa anthelmintik dengan kandungan pyrantel secara peroral, 5 mg/kg BB diulangi pada hari ke-3, hari ke-7, dan hari ke-10. Terapi antibitoik berupa sulfamethoxazole-trimethroprim secara peroral 30 mg/kg BB, satu kali sehari selama 10 hari. Terapi antibiotik lainnya berupa doksisiklin secara peroral, 10 mg/kg BB, satu kali sehari selama 28 hari. Antiparasit dengan kandungan sarolaner. Terapi suportif berupa hematopoietikum satu kapsul per hari, secara peroral satu kali sehari selama 10 hari. Pada hari ke-15 pengobatan, kasus anjing menunjukkan perbaikan kondisi yang ditandai dengan feses yang teramati tidak ada darah dan konsistensi feses yang memadat. Pada hari ke-28 kondisi kasus anjing semakin membaik, sangat aktif, dan mengalami penambahan bobot badan.