PENGARUH NILAI CADANGAN PANAS BUMI TERHADAP KELAYAKAN PROYEK PENGEBORAN SUMUR EKSPLORASI OLEH PEMERINTAH BERDASARKAN PERBANDINGAN BIAYA DAN PENDAPATAN NEGARA: STUDI KASUS PROYEK NAGE, KABUPATEN NGADA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Evi Octavia, Iman K Sinulingga, Fitri Purnamasari Liveta
{"title":"PENGARUH NILAI CADANGAN PANAS BUMI TERHADAP KELAYAKAN PROYEK PENGEBORAN SUMUR EKSPLORASI OLEH PEMERINTAH BERDASARKAN PERBANDINGAN BIAYA DAN PENDAPATAN NEGARA: STUDI KASUS PROYEK NAGE, KABUPATEN NGADA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR","authors":"Evi Octavia, Iman K Sinulingga, Fitri Purnamasari Liveta","doi":"10.47599/bsdg.v18i2.361","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tiga masalah utama pengembangan panas bumi di Indonesia yakni harga jual listrik, lelang wilayah kerja, dan risiko hulu yang tinggi. Ketiganya akan bermuara pada satu keadaan yaitu proyek panas bumi yang belum mencapai level keekonomian. Salah satu usaha mengurangi risiko hulu yang tinggi, pemerintah telah menginisiasi Program Government Drilling. Selain tujuan utama untuk menurunkan risiko hulu panas bumi, secara tidak langsung program ini juga dapat menghasilkan pendapatan negara. Untuk menilai keberhasilan Program Government Drilling ini maka perlu dilakukan evaluasi tidak hanya dari sisi teknis, namun juga dari sisi keuangan. Berdasarkan hasil evaluasi ini diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan para pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan tentang keberlanjutan program ini. Evaluasi keuangan ini akan menilai apakah biaya yang dikeluarkan sebagai investasi menghasilkan tingkat pengembalian yang diinginkan. Dalam hal ini adalah perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dari APBN dan pendapatan yang diperoleh pemerintah dari pajak dan PNBP dengan menggunakan parameter nilai Benefit Cost Ratio (BCR) sebagai indikator penilaiannya. Hasil penelitian memperlihatkan nilai BCR pada arus kas pemerintah dari Proyek Nage adalah sebesar 2,1. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan pemerintah dalam proyek tersebut akan menghasilkan pendapatan negara lebih dari dua kali lipatnya. Dengan menggunakan parameter tingkat pengembalian, yaitu nilai Internal Rate of Return (IRR), proyek ini menghasilkan nilai hampir dua kali lipat dari tingkat pengembalian yang ditentukan apabila proyek menggunakan APBN. Selain itu, valuasi Proyek Nage ini berdasarkan nilai Net Present Value (NPV) menunjukkan nilai positif (NPV>0). Berdasarkan ketiga indikator di atas, dapat disimpulkan Program Government Drilling khususnya Proyek Nage ini layak untuk dilanjutkan. Namun demikian jika dilihat dari sisi arus kas pengembang, Proyek Nage sebesar 30 MWe ini masih kurang menarik bagi investor pengembang swasta karena nilai indikator kelayakan proyek yang bernilai negatif atau tingkat pengembalian masih di bawah nilai yang diinginkan (IRR < MARR – Minimum Attractive Rate of Return). Proyek ini masih layak dilanjutkan oleh pengembang dari BUMN yang biasanya memiliki nilai MARR yang lebih rendah dan keistimewaan dalam parameter pinjaman dan depresiasi dibandingkan pengembang swasta.","PeriodicalId":191495,"journal":{"name":"Buletin Sumber Daya Geologi","volume":"52 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-11-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Buletin Sumber Daya Geologi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.47599/bsdg.v18i2.361","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Tiga masalah utama pengembangan panas bumi di Indonesia yakni harga jual listrik, lelang wilayah kerja, dan risiko hulu yang tinggi. Ketiganya akan bermuara pada satu keadaan yaitu proyek panas bumi yang belum mencapai level keekonomian. Salah satu usaha mengurangi risiko hulu yang tinggi, pemerintah telah menginisiasi Program Government Drilling. Selain tujuan utama untuk menurunkan risiko hulu panas bumi, secara tidak langsung program ini juga dapat menghasilkan pendapatan negara. Untuk menilai keberhasilan Program Government Drilling ini maka perlu dilakukan evaluasi tidak hanya dari sisi teknis, namun juga dari sisi keuangan. Berdasarkan hasil evaluasi ini diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan para pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan tentang keberlanjutan program ini. Evaluasi keuangan ini akan menilai apakah biaya yang dikeluarkan sebagai investasi menghasilkan tingkat pengembalian yang diinginkan. Dalam hal ini adalah perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dari APBN dan pendapatan yang diperoleh pemerintah dari pajak dan PNBP dengan menggunakan parameter nilai Benefit Cost Ratio (BCR) sebagai indikator penilaiannya. Hasil penelitian memperlihatkan nilai BCR pada arus kas pemerintah dari Proyek Nage adalah sebesar 2,1. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan pemerintah dalam proyek tersebut akan menghasilkan pendapatan negara lebih dari dua kali lipatnya. Dengan menggunakan parameter tingkat pengembalian, yaitu nilai Internal Rate of Return (IRR), proyek ini menghasilkan nilai hampir dua kali lipat dari tingkat pengembalian yang ditentukan apabila proyek menggunakan APBN. Selain itu, valuasi Proyek Nage ini berdasarkan nilai Net Present Value (NPV) menunjukkan nilai positif (NPV>0). Berdasarkan ketiga indikator di atas, dapat disimpulkan Program Government Drilling khususnya Proyek Nage ini layak untuk dilanjutkan. Namun demikian jika dilihat dari sisi arus kas pengembang, Proyek Nage sebesar 30 MWe ini masih kurang menarik bagi investor pengembang swasta karena nilai indikator kelayakan proyek yang bernilai negatif atau tingkat pengembalian masih di bawah nilai yang diinginkan (IRR < MARR – Minimum Attractive Rate of Return). Proyek ini masih layak dilanjutkan oleh pengembang dari BUMN yang biasanya memiliki nilai MARR yang lebih rendah dan keistimewaan dalam parameter pinjaman dan depresiasi dibandingkan pengembang swasta.
基于成本和国家收入的比较,地热储量价值对政府勘探钻井项目可行性的影响:东努沙登加拉省 Ngada 地区 Nage 项目案例研究
印尼地热开发的三大问题是电力销售价格、工作区拍卖和上游高风险。这三个问题都会导致一种情况,即地热项目没有达到经济水平。为了降低上游的高风险,政府启动了政府钻井计划。除了降低上游地热风险这一主要目标外,该计划还能间接为国家创收。要评估政府钻井计划是否成功,不仅需要从技术方面进行评估,还需要从财务方面进行评估。根据此次评估的结果,预计利益相关方在就该计划的可持续性做出决策时会将其考虑在内。财务评估将评估作为投资所产生的费用是否产生了预期的回报率。在这种情况下,它是将国家预算产生的成本与政府从税收和非税收收入中获得的收入进行比较,使用效益成本比(BCR)值参数作为评估指标。结果显示,纳吉项目政府现金流的 BCR 值为 2.1。该值表明,政府在该项目中产生的每一卢比成本将带来两倍以上的国家收入。使用收益率参数,即内部收益率(IRR)值,该项目产生的收益率几乎是使用国家预算确定的收益率的两倍。此外,根据净现值(NPV)对该 Nage 项目的估值显示出了正值(NPV>0)。根据上述三项指标,可以得出结论:政府钻井计划,尤其是 Nage 项目,是可以继续实施的。然而,就开发商现金流而言,由于项目可行性指标值为负值或回报率仍低于预期值(内部收益率 < MARR - 最低吸引力回报率),30 兆瓦特 Nage 项目对私人开发商投资者的吸引力仍然较低。对于国有开发商来说,该项目仍然可行,因为国有开发商的 MARR 通常低于私人开发商,贷款和折旧参数也较优惠。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信