{"title":"ANALISIS MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PANTAI GALESONG","authors":"Thania Aurel Sun Virgie Jumadil","doi":"10.62012/sensistek.v6i2.31676","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak Wilayah pesisir mengalami tekanan karena aktivitas dan fenomena yang terjadi di darat dan di laut, termasuk perubahan morfologi pantai seperti abrasi dan akresi. Akhir-akhir ini, erosi pantai, yang juga dikenal sebagai abrasi, meningkat di banyak tempat. Erosi pantai sendiri dapat disebabkan oleh penurunan permukaan tanah, erosi tanah, kerusakan Hutan Mangrove, kerusakan yang disebabkan oleh gaya hidrodinamika gelombang, kerusakan yang disebabkan oleh abrasi, dan kerusakan yang disebabkan karena abrasi, penduduk kehilangan lahan tempat tinggal, pertanian, dan pertambakan. Akibatnya, sebagian besar penduduk berusia produktif memiliki mata pencaharian sebagai buruh pabrik dan buruh bangunan. Akibatnya, mereka kehilangan mata pencaharian mereka dan juga kehilangan penghasilan mereka. Tingkat kerentanan sebuah daerah dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Ini termasuk tingginya kepadatan penduduk dan kelompok rentan, jumlah kepala keluarga miskin dan kelompok nelayan, tingginya kepadatan pemukiman, dan kurangnya luasan vegetasi di wilayah pesisir yang rentan terhadap ancaman bencana. Salah satu cara untuk mengurangi bencana abrasi adalah dengan mengetahui seberapa parah kerusakan yang disebabkan oleh abrasi, mengetahui di mana abrasi terjadi, dan menerapkan pengendalian pantai yang menyeluruh dan berbasis masyarakat. Kata Kunci : Abrasi, Resiko bencana, Dampak bencana, Pencegahan abrasi, Kawasan pesisir","PeriodicalId":509204,"journal":{"name":"Riset Sains dan Teknologi Kelautan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-11-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Riset Sains dan Teknologi Kelautan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.62012/sensistek.v6i2.31676","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Abstrak Wilayah pesisir mengalami tekanan karena aktivitas dan fenomena yang terjadi di darat dan di laut, termasuk perubahan morfologi pantai seperti abrasi dan akresi. Akhir-akhir ini, erosi pantai, yang juga dikenal sebagai abrasi, meningkat di banyak tempat. Erosi pantai sendiri dapat disebabkan oleh penurunan permukaan tanah, erosi tanah, kerusakan Hutan Mangrove, kerusakan yang disebabkan oleh gaya hidrodinamika gelombang, kerusakan yang disebabkan oleh abrasi, dan kerusakan yang disebabkan karena abrasi, penduduk kehilangan lahan tempat tinggal, pertanian, dan pertambakan. Akibatnya, sebagian besar penduduk berusia produktif memiliki mata pencaharian sebagai buruh pabrik dan buruh bangunan. Akibatnya, mereka kehilangan mata pencaharian mereka dan juga kehilangan penghasilan mereka. Tingkat kerentanan sebuah daerah dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Ini termasuk tingginya kepadatan penduduk dan kelompok rentan, jumlah kepala keluarga miskin dan kelompok nelayan, tingginya kepadatan pemukiman, dan kurangnya luasan vegetasi di wilayah pesisir yang rentan terhadap ancaman bencana. Salah satu cara untuk mengurangi bencana abrasi adalah dengan mengetahui seberapa parah kerusakan yang disebabkan oleh abrasi, mengetahui di mana abrasi terjadi, dan menerapkan pengendalian pantai yang menyeluruh dan berbasis masyarakat. Kata Kunci : Abrasi, Resiko bencana, Dampak bencana, Pencegahan abrasi, Kawasan pesisir