{"title":"Hubungan antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pedagang Sayur di Pasar Kota Baru Bojonegoro","authors":"N. Ulfa, Abdul Rohim Tualeka","doi":"10.20473/mgk.v12i2.2023.906-913","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Latar Belakang: Undang – Undang Ketenagakerjaan telah mengatur berbagai aspek perlindungan terhadap tenaga kerja, salah satunya yaitu kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Terdapat beberapa faktor yang bisa memicu terjadinya kecelakaan terjadinya kecelakaam kerja, salah satunya ialah kelelahan dan sektor informal ialah salah satu sektor yang berisiko tinggi mengalami kelelahan kerja. Kelelahan kerja dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti posisi kerja duduk yang tidak ergonomis yaitu posisi kerja yang salah dan statis dalam jangka waktu panjang, tidak seimbangnya perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat, pengambilan beban kerja berdasarkan kemauan bukan kemampuan perorang dan faktor psikologis. Beban kerja yang tinggi memicu turunnya ketahanan tubuh, efisiensi dan efektivitas kerja, serta pengurangan kapasitas kerja. Tujuan: Menganalisis hubungan antara beban kerja pada pedagang sayur di Pasar Kota Baru Bojonegoro dengan keluhan kelelahan. Metode: Rancangan penelitian ini memakai rancangan observasional analitik dan memakai pendekatan cross sectional kepada 68 responden. Beban kerja (fisik) dapat dinilai melalui denyut nadi, beban kerja (mental) dinilai melalui NASA-TLX Questionnaire, dan kelelahan kerja dinilai menggunakan SSRT Questionnaire yang dikeluarkan oleh IFRC yang kemudian dianalisis menggunakan uji non-parametrik korelasi Spearmen. Hasil: Mayoritas responden adalah perempuan (94,1%), berusia kategori lansia awal yaitu 46 sampai 55 tahun (36,8%), berpendidikan SD/MI/Sederajat (42,6%), dan masa kerja pedagang sayur > 5 tahun (95,6%), memiliki beban kerja (mental) dalam kategori sedang (67,6%), memiliki beban kerja (fisik) dengan kategori rendah (100%) dan mengalami kelelahan kerja dalam kategori sedang (63,2%). Hasil uji hubungan menggunakan uji Spearmen menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja (fisik) dengan kelelahan kerja dengan nilai sig. α = 0,469 dan terdapat hubungan antara beban kerja (mental) dengan kelelahan kerja pada pedagang sayur di Pasar Kota Baru Bojonegoro dengan nilai sig. α 0,042 serta terdapat hubungan yang lemah antara beban kerja (mental) dengan kelelahan kerja dengan sig. α = 0,247. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara beban kerja (fisik) dengan kelelahan dan terdapat hubungan antara beban kerja (mental) dengan kelelahan kerja. Kuat hubungan masuk dalam kategori lemah. Meskipun begitu, akan tetapi kedua faktor tersebut harus tetap diperhatikan agar tidak terjadi penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja (KAK).","PeriodicalId":306707,"journal":{"name":"Media Gizi Kesmas","volume":"126 23","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Media Gizi Kesmas","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20473/mgk.v12i2.2023.906-913","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Latar Belakang: Undang – Undang Ketenagakerjaan telah mengatur berbagai aspek perlindungan terhadap tenaga kerja, salah satunya yaitu kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Terdapat beberapa faktor yang bisa memicu terjadinya kecelakaan terjadinya kecelakaam kerja, salah satunya ialah kelelahan dan sektor informal ialah salah satu sektor yang berisiko tinggi mengalami kelelahan kerja. Kelelahan kerja dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti posisi kerja duduk yang tidak ergonomis yaitu posisi kerja yang salah dan statis dalam jangka waktu panjang, tidak seimbangnya perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat, pengambilan beban kerja berdasarkan kemauan bukan kemampuan perorang dan faktor psikologis. Beban kerja yang tinggi memicu turunnya ketahanan tubuh, efisiensi dan efektivitas kerja, serta pengurangan kapasitas kerja. Tujuan: Menganalisis hubungan antara beban kerja pada pedagang sayur di Pasar Kota Baru Bojonegoro dengan keluhan kelelahan. Metode: Rancangan penelitian ini memakai rancangan observasional analitik dan memakai pendekatan cross sectional kepada 68 responden. Beban kerja (fisik) dapat dinilai melalui denyut nadi, beban kerja (mental) dinilai melalui NASA-TLX Questionnaire, dan kelelahan kerja dinilai menggunakan SSRT Questionnaire yang dikeluarkan oleh IFRC yang kemudian dianalisis menggunakan uji non-parametrik korelasi Spearmen. Hasil: Mayoritas responden adalah perempuan (94,1%), berusia kategori lansia awal yaitu 46 sampai 55 tahun (36,8%), berpendidikan SD/MI/Sederajat (42,6%), dan masa kerja pedagang sayur > 5 tahun (95,6%), memiliki beban kerja (mental) dalam kategori sedang (67,6%), memiliki beban kerja (fisik) dengan kategori rendah (100%) dan mengalami kelelahan kerja dalam kategori sedang (63,2%). Hasil uji hubungan menggunakan uji Spearmen menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja (fisik) dengan kelelahan kerja dengan nilai sig. α = 0,469 dan terdapat hubungan antara beban kerja (mental) dengan kelelahan kerja pada pedagang sayur di Pasar Kota Baru Bojonegoro dengan nilai sig. α 0,042 serta terdapat hubungan yang lemah antara beban kerja (mental) dengan kelelahan kerja dengan sig. α = 0,247. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara beban kerja (fisik) dengan kelelahan dan terdapat hubungan antara beban kerja (mental) dengan kelelahan kerja. Kuat hubungan masuk dalam kategori lemah. Meskipun begitu, akan tetapi kedua faktor tersebut harus tetap diperhatikan agar tidak terjadi penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja (KAK).