Teologi Toleransi Dalam Dalihan Na Tolu (Kajian Teologi Religionum Menemukan Nilai-Nilai Toleransi di Dalam Budaya Dalihan Na Tolu Sebagai Jembatan Teologi dan Budaya)

Zulkarnain Zulkarnain, Junjungan Simorangkir, Ewen Josua Silitonga
{"title":"Teologi Toleransi Dalam Dalihan Na Tolu (Kajian Teologi Religionum Menemukan Nilai-Nilai Toleransi di Dalam Budaya Dalihan Na Tolu Sebagai Jembatan Teologi dan Budaya)","authors":"Zulkarnain Zulkarnain, Junjungan Simorangkir, Ewen Josua Silitonga","doi":"10.46965/jtc.v7i1.2267","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Saat ini konteks kehidupan kita adalah heterogenitas, dimana hampir diseluruh lingkungan hidup kita sehari-hari dipenuhi dengan berbagai hal yang berbeda, mulai dari perbedaan: Agama, gender, budaya, bahasa, ekonomi, status sosial, kedudukan sosial dan lain sebagainya. Secara khusus dalam hal teologi dan budaya. Umumnya teologi terlalu menyibukan diri kepada hal-hal yang doktrinal normatif, logis dan metodis. Ciri teologi seperti ini menerangkan karakter barat bukan karakter Asia. Hal-hal yang bersifat doktrinal normatif akan memperburuk kehidupan kita yang heterogenitas di Asia secara khusus di Sumatera Utara Indonesia. Karakter Indonesia adalah masyarakat yang beradat dan berbudaya, hal itu telah dikenal dunia sejak zaman nenek moyang bangsa ini. Oleh kehadiran dan dominasi agama-agama barat di Indonesia, akhirnya nilai-nilai adat-istiadat budaya di desakralisasikan bahkan termarginalisasikan. Akibatnya karakter masyarakat Indonesia, seolah-olah kehilangan identitasnya dalam merefleksikan iman percayanya. Untuk menjawab tantangan itu, kita memerlukan model berteologi yang baru yang lokus dari teologi itu adalah produk dari apa yang ada pada kita di Indonesia, yang dalam konteks ini adalah Dalihan Na Tolu (DNT) yakni adat-istiadat suku Batak. Bagaimana menjadikan DNT sebagai lokus teologi Indonesia dalam membangun dan menjembatani perbedaan yang ada menuju kerukunan atau toleransi masyarakat Batak secara khusus.","PeriodicalId":431271,"journal":{"name":"Jurnal Teologi Cultivation","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-08-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Teologi Cultivation","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.46965/jtc.v7i1.2267","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Saat ini konteks kehidupan kita adalah heterogenitas, dimana hampir diseluruh lingkungan hidup kita sehari-hari dipenuhi dengan berbagai hal yang berbeda, mulai dari perbedaan: Agama, gender, budaya, bahasa, ekonomi, status sosial, kedudukan sosial dan lain sebagainya. Secara khusus dalam hal teologi dan budaya. Umumnya teologi terlalu menyibukan diri kepada hal-hal yang doktrinal normatif, logis dan metodis. Ciri teologi seperti ini menerangkan karakter barat bukan karakter Asia. Hal-hal yang bersifat doktrinal normatif akan memperburuk kehidupan kita yang heterogenitas di Asia secara khusus di Sumatera Utara Indonesia. Karakter Indonesia adalah masyarakat yang beradat dan berbudaya, hal itu telah dikenal dunia sejak zaman nenek moyang bangsa ini. Oleh kehadiran dan dominasi agama-agama barat di Indonesia, akhirnya nilai-nilai adat-istiadat budaya di desakralisasikan bahkan termarginalisasikan. Akibatnya karakter masyarakat Indonesia, seolah-olah kehilangan identitasnya dalam merefleksikan iman percayanya. Untuk menjawab tantangan itu, kita memerlukan model berteologi yang baru yang lokus dari teologi itu adalah produk dari apa yang ada pada kita di Indonesia, yang dalam konteks ini adalah Dalihan Na Tolu (DNT) yakni adat-istiadat suku Batak. Bagaimana menjadikan DNT sebagai lokus teologi Indonesia dalam membangun dan menjembatani perbedaan yang ada menuju kerukunan atau toleransi masyarakat Batak secara khusus.
宽容神学在宗教神学中找到宽容的价值。
今天,我们生活的背景是异质性的,在我们的日常环境中几乎到处都是不同的东西,从不同开始:宗教、性别、文化、语言、社会地位、社会地位等等。尤其是神学和文化方面。总的来说,神学过于沉迷于那些教义规范、逻辑和方法论的东西。这种神学描述的是西方的性格,而不是亚洲的性格。任何教义规范的东西都会破坏我们在亚洲的异质性生活,特别是在印度尼西亚北部的苏门答腊。印度尼西亚的性格是一个有文化和文明的社会,从这个国家的祖先时代起就一直为人所知。随着西方宗教在印尼的存在和主导地位,传统文化的价值观甚至被边缘化。因此,印尼社会的本质,似乎正在失去自己的身份,以反映其信仰的信念。为了应对这一挑战,我们需要一种新的神学模型,这种神学的lokus是我们在印尼的产物,在这种背景下是巴塔克部落的传统。如何使DNT成为印尼神学的一个障碍,以建立和架起存在的差异,特别是巴塔克社会的和谐或宽容。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信