Silvi Fatika Wulandari, Agus Darwanto, Dwi Setya Ningrum
{"title":"Efektivitas Salep Ekstrak Bambu Tali (Gigantochloa Apus) untuk Mengatasi Infeksi Sarcoptes Scabiei","authors":"Silvi Fatika Wulandari, Agus Darwanto, Dwi Setya Ningrum","doi":"10.51817/bjp.v7i1.472","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tanaman bambu tali (Gigantochloa apus) merupakan sumber flavonoid yang berguna bagi kesehatan, diantaranya untuk mereduksi tungau Sarcoptes scabiei pada patogen scabies. Tujuan penelitian ini adalah membuat salep dari ekstrak daun bambu tali dengan basis vaseline putih dan asam salisilat untuk mengatasi infeksi scabies. Metode pengumpulan data menggunakan eksperimen dengan metode prevalensi dengan menggunakan sample berupa kelinci (Oryctolagus cuniculus) yang sudah terinfeksi scabies. Analisis data menggunakan analisis deskriptif komparatif. Pembuatan salep ekstrak daun bambu tali dilakukan dengan mengkombinasikan ekstrak daun bambu tali, vaseline, asam salisilat, dan 0,05 ml gliserin. Proses ekstraksi daun bambu tali dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 96 %. Salep memiliki bentuk krim, warna coklat, beraroma ekstrak daun bambu dengan pH 6,5. Daya sebar salep 3,5 cm dan daya lekat 3,66 detik. Kandungan flavonoid dalam salep 0,1633% w/w QE dan fenolat 0,371% w/w GAE. Kandungan senyawa antioksidan dalam 10 ppm salep adalah 10,09%. Kandungan senyawa antioksidan dalam 10 ppm salep adalah 10,09%. Salep memiliki daya hambat terhadap bakteri gram positif 9 mm, 10 mm dan 11 mm. Hasil uji coba menunjukkan bahwa penggunaan salep ekstrak daun bambu tali lebih efektif mengobati scabies pada kelinci dibandingkan dengan wormectin, ivomec, gusanex, dan minyak goreng. Pada 72 jam dan 168 jam setelah pengobatan dengan menggunakan salep daun bambu tali diperoleh penurunan lebar luka yang cukup signifikan dengan indikator perubahan luka yang mengecil dan mengering. Sedangkan pada 240 jam, semua sample dinyatakan sembuh dari infeksi scabies. Dengan demikian salep ekstrak daun bambu tali lebih efektif mengatasi infeksi scabies pada kelinci daripada wormectin, ivomec, gusanex dan minyak goreng.","PeriodicalId":181128,"journal":{"name":"Borneo Journal of Pharmascientech","volume":"94 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Borneo Journal of Pharmascientech","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.51817/bjp.v7i1.472","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Tanaman bambu tali (Gigantochloa apus) merupakan sumber flavonoid yang berguna bagi kesehatan, diantaranya untuk mereduksi tungau Sarcoptes scabiei pada patogen scabies. Tujuan penelitian ini adalah membuat salep dari ekstrak daun bambu tali dengan basis vaseline putih dan asam salisilat untuk mengatasi infeksi scabies. Metode pengumpulan data menggunakan eksperimen dengan metode prevalensi dengan menggunakan sample berupa kelinci (Oryctolagus cuniculus) yang sudah terinfeksi scabies. Analisis data menggunakan analisis deskriptif komparatif. Pembuatan salep ekstrak daun bambu tali dilakukan dengan mengkombinasikan ekstrak daun bambu tali, vaseline, asam salisilat, dan 0,05 ml gliserin. Proses ekstraksi daun bambu tali dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 96 %. Salep memiliki bentuk krim, warna coklat, beraroma ekstrak daun bambu dengan pH 6,5. Daya sebar salep 3,5 cm dan daya lekat 3,66 detik. Kandungan flavonoid dalam salep 0,1633% w/w QE dan fenolat 0,371% w/w GAE. Kandungan senyawa antioksidan dalam 10 ppm salep adalah 10,09%. Kandungan senyawa antioksidan dalam 10 ppm salep adalah 10,09%. Salep memiliki daya hambat terhadap bakteri gram positif 9 mm, 10 mm dan 11 mm. Hasil uji coba menunjukkan bahwa penggunaan salep ekstrak daun bambu tali lebih efektif mengobati scabies pada kelinci dibandingkan dengan wormectin, ivomec, gusanex, dan minyak goreng. Pada 72 jam dan 168 jam setelah pengobatan dengan menggunakan salep daun bambu tali diperoleh penurunan lebar luka yang cukup signifikan dengan indikator perubahan luka yang mengecil dan mengering. Sedangkan pada 240 jam, semua sample dinyatakan sembuh dari infeksi scabies. Dengan demikian salep ekstrak daun bambu tali lebih efektif mengatasi infeksi scabies pada kelinci daripada wormectin, ivomec, gusanex dan minyak goreng.